Dita yang rupanya sedang memasak mi instan, beralih sejenak. Dia masih menatap Gandi yang malah diam melongo.
"Mm ...." Gandi heran, kenapa juga harus kikuk di rumah sendiri? "Kamu ngapain malam-malam di sini?"
"Oh, saya lagi masak mi, Pak. Entahlah, tapi kadang suka tiba-tiba lapar kalau terjaga jam segini."
"Sama." Gandi kelepasan.
"Maksudnya, Bapak ke sini karena lapar juga?"
"Eh?" Gandi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bapak mau sekalian saya masakin?"
Gandi tampak berpikir. "Nggak ngerepotin, kan?"
"Nggak, dong, Pak. Kan, sekalian." Dita terkekeh ringan. "Atau Bapak mau saya siapin nasi aja atau apa gitu?"
Gandi menggeleng sambil menarik kursi meja makan untuk duduk. "Mi aja."
"Bapak mau rasa apa?" tanya Dita sambil membuka lemari penyimpanan.
"Apa aja."
Selanjutnya Dita terlihat cekatan menyiapkan seporsi mi instan lagi. Diam-diam Gandi mengamatinya. Andai ART-nya masih Bibi, dia bakal minta ditambahin sayur-sayuran, sosis, atau semacamnya. Namun, karena ini Dita, entah kenapa dia tidak enakan. Lebih tepatnya Gandi masih setengah yakin bahwa perempuan ini benar-benar sudah memosisikan diri sebagai ART di rumah ini.
Ketika menggeser sedikit pandangan ke atas meja, Gandi malah salfok sama mug keramik bergambar Ana dan Pedro, pasangan ikonik Amigos, telenovela asal Meksiko yang tayang pada tahun 2000-an.
"Ini punya kamu?" tanya Gandi sambil menunjuk mug itu.
Dita menoleh. "Iya, Pak. Kenapa?"
"Amigos?" Sebelah alis Gandi terangkat.
Dita terkekeh ringan. "Itu telenovela favorit saya, Pak. Kayaknya nggak akan lekang oleh waktu, deh. Karena, banyak sekali kenangan masa kecil saya yang terselip di sana." Dita berpaling sejenak untuk mengecilkan api kompor. "Ngomong-ngomong, kok, Bapak tahu? Dulu suka nonton juga, ya?"
Gandi mengangguk. "Tapi, aku nggak begitu peduli, sih, sama jalan ceritanya. Aku hanya suka banget suasananya pas nonton rame-rame. Itu salah satu masa-masa emas generasi 90-an."
"Betul, Pak. Jadi kangen, nih, masa-masa itu."
Mereka terkekeh bareng.
"Jadi, sampai sekarang kamu masih suka nonton telenovela?"
Dita yang sedang menuang mi instan yang sudah matang ke dua mangkuk kaca menggeleng singkat. "Nggak, sih, Pak. Saya bukan pencinta telenovela secara umum, entah kenapa cuma suka Amigos. Lebih tepatnya, sekarang ini saya suka hal-hal berbau jadul, antik, kuno, pokoknya hal-hal yang bisa membangkitkan kenangan. Dan menurut saya Amigos termasuk di dalamnya."
Netra Gandi melebar. "Serius kamu suka hal-hal jadul?"
Dita mengangguk. "Saya punya beberapa koleksi di rumah. Lebih ke mainan, sih, Pak. Misal, papan monopoli, ular tangga, gimbot tetris, sama ... apa lagi, ya? Sebagian lupa namanya."
Punggung Gandi menegak, pertanda atensinya meningkat. "Jarang-jarang, nih, aku ketemu sama orang yang sefrekuensi."
"Maksudnya, Bapak juga suka hal-hal jadul?" Dita sambil membawa dua porsi mi instan yang sudah siap saji.
"Banget. Seperti yang kamu bilang tadi, mereka bisa membangkitkan kenangan, sesuatu yang pernah ada dan tidak bisa kita miliki dua kali."
"Tapi, kok, saya nggak melihat barang-barang antik di rumah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Terlalu Sibuk
RomanceDari awal Gandi paham konsekuensinya beristrikan artis yang sangat sibuk. Dia tidak mempermasalahkan istrinya jarang di rumah. Namun, ketika Gandi menemukan kenyamanan dari seorang babysitter yang baru bekerja di rumah mereka, segalanya berubah. Sem...