33 <3

6.3K 338 6
                                    

dorr

bergema,suara tembakan dari pistol Stella yang membuat Uci dan Emma teriak dan menutup mata.

kini terkapar,seorang gadi dengan berlumuran darah, di atas panggung tersebut.

Emma yang melihat hal tersebut jatuh pingsan, berbeda dengan Uci yang menangis dan berlari ke arah panggung tersebut.

"AUDREY!!!!"Uci berteriak, memanggil nama sahabat nya, tak ingin kehilangan seseorang yang spesial di hidupnya.

"apa?berisik lo"Uci yang mendengar sahutan dari arah belakang, terdiam, lalu segera memeluk Audrey dengan erat dan sesekali menangis.

"jadi?yang itu siapa?"Uci melepaskan pelukan nya, bingung dengan keadaan saat ini.

"Stella, mau ngebunuh gue, tp tiba tiba dia jatuh ga tau kenapa, mungkin bunuh diri"Audrey menjelaskan kronologi singkat kepada Uci.

"gue ga tau, kalau lo mati gue mutilasi si Stella sekarang juga Rey"Uci menghapus air matanya, lalu menepuk pundak sahabat nya.

setelah itu, terlihat segerombolan pria berbaju polisi memasuki ballroom hotel, dan berjalan mengarah Audrey dan Uci.

"selamat malam, kami dari kepolisian, saudari Audrey, apakah anda baik baik saja? kami baru saja mendapatkan laporan tentang penodongan senjata api di tempat ini"Uci yang merasa kesal dengan polisi yang terlambat datang, memutarkan bola matanya.

"bapak ini gimana sih?untung aja temen saya jago,kalau gak dia udah bernasib kayak gitu" ujar Uci sambil menunjuk mayat Stella.

"udah udah, mari pak, saya jelaskan di luar" Audrey dan sejumlah pihak kepolisian berjalan meninggalkan ballroom hotel, sedangkan Uci sedang membantu Emma yang pingsan karna syok.

untungnya,para medis datang dan langsung membawa Emma ke ambulance untuk di beri tindak lanjut,begitu pun dengan Stella, ia di tandu dalam kantong jenazah dan di bawa ke rumah sakit terdekat, untuk di autopsi.

bersamaan dengan hal itu,Arka,Kenzo,Gery dan juga James datang karna mendengar kabar dari pihak sekolah, bahwa Audrey sedang dalam bahaya, karna Stella menodongkan senjata api kepada Audrey.

sesaat melihat kantong mayat tersebut, kaki Arka menjadi lemas, tak berdaya, ia tak dapat berkata kata, lidah nya keluh, penglihatan nya memburam, ia hampir jatuh, tapi untungnya ada Kenzo yang menopang nya.

ia mengira kantong jenazah tersebut berisi Audrey, adik manis dan kesayangan nya yang ia antar untuk bersenang senang, tetapi ujung ujungnya malah seperti ini.

"Audrey!"Gery melambaikan tangan, sesaat mendengar Gery memanggil Audrey, lutut yang sedari tadi lemas kini segera kuat kembali.

Arka berdiri, melihat Audrey yang masih dalam keadaan sehat wal afiat, bahkan sekarang ia sedang senyum lebar di depan ke lima lelaki ini.

"Rey!"Kenzo segera memeluk kekasih nya, tak tau harus apa kenzo jika benar dugaan mereka tadi, ia tak ingin kejadia satu tahun lalu berulang kembali, masa yang sangat suram bagi kehidupan nya.

"udah, aku ngga papa, kamu ngga usah khawatir"Audrey membalas pelukan Kenzo, lalu mengusap udap pundak belakang Kenzo.

terlihat kekhawatiran Kenzo, Audrey mengerti, mereka semua trauma dengan kejadian Miqi setahun lalu, tetapi beruntungnya Audrey bisa selamat.

"kamu bilang ngga usah khawatir?, kamu nih gimana sih?, jelas aku khawatir Rey, udah aku bilang, aku ikut, kamu ngeyel!"celoteh Kenzo kepada Audrey, suasana yang tadinya tenang kini menjadi hangat kembali, akibat ulah Kenzo, teman teman yang lain malah tertawa melihat tingkah kenzo yang berbeda 180° saat bersama Audrey.

'dimana kenzo si es batu?' pikiran ke empat teman temannya.

"Re,lo beneran ngga papa kan?ayo abang anter ke rumah sakit yah?"Arka kemudian kembali menyela adegan pasangan itu, ia juga khawatir dengan adiknya.

"ngga usah Arka, gue bener bener ngga papa" Audrey kemudian memeluk Arka, mencoba menenangkan kakaknya yang sedang khawatir.

"Rey, kalau lo masih hidup, berarti yang di kantong jenazah siapa?"Gery mencoba mencari kebenaran tentang si kantong jenazah tersebut.

"Stella"belum sempat Audrey menjawab pertanyaan Gery, James segera membuka mulutnya.

"kok lo tau?"Audrey heran,bagaimana bisa James mengetahui isi dari kantong jenazah tersebut.

"mmh...kar.."

"permisi,Audrey karna jenazah saudari Stella sedang dalam perjalanan untuk autopsi, mungkin saudari Audrey bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian atas kejadian ini?"kalimat James terpotong karna salah satu polisi, menyela pembicaraan mereka.

"iya pak, saya berangkat dengan kakak saya" Audrey tersenyum ke arah polisi tersebut, lalu menggandeng tangan Arka.

"baik, kalau begitu saya tunggu, saya izin pamit, permisi"polisi itu pun pamit, pergi dari hadapan ke enam manusia itu.

setelah itu, Audrey, Kenzo dan Arka bergegas menuju mobil Kenzo yang terparkir di halaman hotel, untuk segera memberi kesaksian pada kepolisian.

di ikuti Gery dan juga James yang berada tepat di belakang mobil Kenzo.

di tengah perjalanan, Audrey teringat dengan Emma yang pingsan, segera mungkin ia merogoh tas hitam miliknya, mencari telpon genggam berlogo apel.

"halo, ci, gimana Emma?"nada bicara Audrey yang terdengar cemas, cemas karna memikirkan kondisi sahabatnya.

"halo Rey, Emma udah sadar, gapapa kok, lo gimana?"syukur lah,Emma sudah sadar, ia tak akan tenang jika sahabatnya kenapa napa.

"gue otw kantor polisi ci, selesai introgasi, gue langsung kesana yah, gue jemput"pinta Audrey kepada Uci.

"nggak yah! nggak usah, lo butuh istirahat, gue bisa handle Emma, pokoknya kalau butuh gue, just call me, okey?"Audrey begitu bersyukur, mempunyai sahabat yang selalu mengerti dan menyayanginya.

"iya Uci, makasih yah, gue tutup dulu, soalnya udah nyampe nih"tak terasa perjalanan mereka menuju kantor polisi telah sampai tujuan.

"okey rey, sama sama"jawab Uci di seberang sana.

IT'S NEW AUDREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang