💕Sensitive with you💕

851 121 86
                                    


Happy reading guys

💕💕💕


Berita kehamilan Shena kembali mempertemukan kedua keluarga. Sekaligus menggelar acara kecil karena kedua pasutri itu sudah resmi pindah rumah di Pakuwon. Lingkungan yang bersih, nyaman, dan strategis sepertinya sangat  cocok untuk mereka tinggali dalam waktu lama. 

"Calvin ke mana, Bude?" Shena menghampiri sosok perempuan yang akan menjadi bagian rumah ini selama ia hamil. Seperti yang dikatakan Calvin saat mereka pertama kali pindah ke sini, Bude Mirna akan mengurus keperluan mereka sampai bayi itu nanti lahir. 

Perempuan yang tengah mengenakan setelan senada berwarna biru telur asin itu sedikit mengernyit. Lalu kemudian menjawab pertanyaan sang majikan yang tampak lucu dengan kaos oversize itu  apa adanya, "Bapak pagi-pagi sekali tadi udah kerja, Bu." Menggaruk pelipis yang tak gatal, Shena kini membuka pintu balkon untuk merasakan segarnya udara pagi hari. Karena suasana rumahnya nyaman dan sangat sesuai dengan selera Shena, maka ia dengan cepat beradaptasi dengan tempat tinggal baru ini. 

"Bude jangan panggil aku ibu, dong. Aku,kan, masih muda banget." Perempuan itu berucap sambil berjalan pelan menuju balkon. Bisa ia lihat club house yang sekaligus menyediakan taman dan juga kolam untuk anak-anak dari atas sini. Di depannya  ada beberapa rumah yang masih dalam proses pembangunan. 

"Ya sudah, ibu maunya dipanggil apa? Bude manut saja, asal ibu nyaman." Shena mengetuk layar ponselnya sembari berpikir. Sebelum mendengar suara ramai dari lantai bawah, ia memberi jawabannya pada Bude Mirna.

"Mbak saja, Bude. Panggil kayak gitu aja. Lagian aku juga masih cocok jadi gadis SMA, kan?" Wajah Shena tampak sumringah meskipun ia belum mandi. Sebelum mereka berdua resmi pindah ke sini, Calvin memang menyempatkan untuk memastikan kondisi kehamilan Shena dengan periksa lebih lanjut ke dokter.

"Iya anak SMA tapi udah mau punya baby, kan? Hehe." Sebelum sang majikan memaki, Bude Mirna cepat-cepat mengacungkan dua jarinya bertanda peace. Alih-alih marah, Shena justru dibuat tertawa olehnya.

Ada  perasaan berbeda yang tengah mereka rasakan. Jika Calvin bangga dengan kehamilan itu  karena bisa menjadikan rumah tangganya lebih baik melalui caranya, maka tidak dengan Shena. Tentu saja perempuan itu bahagia bukan karena akan memiliki anak, melainkan bisa memenuhi syarat dari Pak Sam jika ingin pernikahan ini berakhir.

Bahkan Shena sudah menyusun rencana apa saja yang akan ia lakukan setelah memberikan anaknya  pada keluarga Calvin nanti.

"Siap, Mbak Shena." Bude Mirna menyahut dengan santun. Semua latar belakang Bude Mirna dari keluarga, anak, dan pekerjaan lama sudah ditelusuri oleh Calvin sehingga tidak mendapati hal-hal buruk pada perempuan seusia mamanya itu. 

"Mbak Ica ikut ke sini?" Shena cepat-cepat turun. Dari atas, Bude Mirna sudah was-was jika perempuan itu kenapa-kenapa karena terlalu aktif seperti cucunya di kampung halaman. 

"Iya, kamu baik-baik aja,kan?" Shena memperdalam pelukannya pada art yang sudah sejak kecil merawatnya.  Sekarang gantian Bude Mirna yang akan merawat Shena selama hamil. Jika dipikir-pikir lagi, mengapa harus orang lain yang menyerahkan seluruh waktu itu  untuk merawat dirinya. Harusnya sang mama yang ia harap selalu ada, apalagi di saat dirinya dalam kondisi seperti ini.

"Hmm, baik,kok." Di saat menjawab seperti itu, tiba-tiba saja ia kepikiran tentang penjelasan Bude Mirna mengenai Calvin yang sudah berangkat kerja di pagi buta. Padahal biasanya malah santai-santai saja datang ke tempat kerja. 

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang