💕Bukan kamar pengantin💕

1.1K 146 32
                                    

Happy reading guys!


💕💕💕

📍Awas zona merah📍

Hujan malam itu tak mampu menjadi pelebur amarah Calvin. Ia kendarai mobilnya dengan napas memburu dan emosi luar biasa. Sesekali ia membanting setir dengan sembarangan, lalu mengklakson semua kendaraan yang menghalangi mobilnya. Terakhir ia memukul setir mobil dengan marah,kecewa dan sedih secara bersamaan. 

Begitu jalanan sepi, ia menginjak rem hingga menimbulkan suara decitan yang memekak telinga. 

"Kamu tetap nggak mau pertahanin aku demi menjadi pramugari?" Matanya memandang tajam, benci juga penuh cinta pada perempuan yang kini tengah mengatur napas dengan baik. Tangannya tak lepas memegangi seat belt, karena mobil yang ia tumpangi sedang dikendalikan oleh Calvin dengan emosi tak terkontrol. 

"Harusnya kamu bisa menolak perjodohan itu," ucap Clara lirih. 

"Aku tanya sekali lagi. Clara, apakah kamu mencintaiku selama ini?" 

Perempuan di sebelahnya hanya diam. Masih enggan untuk menjawab karena Calvin seolah-olah sedang menyudutkan dirinya. 

"Lihat aku, Ra!" Kesal tak mendapat respon, Calvin terpaksa meraih tangan yang menggigil dan wajah yang tampak menegang itu untuk menghadap kepada dirinya. 

"Clara …," panggilCalvin dengan lirih, bahkan hampir tak terdengar karena hujan menyamarkan suara beratnya. 

"Kamu lebih tahu jawabannya." 

"Aku mau tahu dari kamu!" bentak Calvin. Ia berbicara lagi,"Aku mau, kamu bilang cinta sama aku, Ra! Jangan bikin aku ngerasa mencintai sendirian selama ini. Please, katakan itu, Ra!" Genggaman Calvin pada pundak Clara semakin erat. Sekaligus menyalurkan emosinya.

Clara masih bergeming. Ia sengaja menghindari kontak mata lelaki di depannya dengan mencari objek lain yang lebih baik. Pandangannya jatuh pada jalanan di depan mereka yang tengah tersorot lampu mobil.

"Aku nggak bisa jawab, Vin." Calvin merenggangkan genggamannya. Ia menjatuhkan kepalanya pada setir mobil. Setelah beberapa detik, ia menggeram hebat sembari memukul kaca mobil yang tak bersalah itu. 

"Keluar!" usirnya tanpa memandang Clara.

"Vin, kamu nggak boleh nyetir dalam keadaan kayak gini."

Mata merah Calvin kini menghunus tajam ke arah Clara. Suara beratnya terdengar lagi."Keluar!!" Perempuan di sampingnya cukup terkejut. Ia baru saja melihat sisi menyeramkan Calvin, karena selama ini lelaki itu bagaikan manusia bucin yang tiap hari, tiap menit mengirim pesan cinta untuk dirinya.

Tanpa meninggalkan sepatah kata, Clara turun. Tidak lama setelah itu mobil Calvin melesat begitu cepat meski sempat terseok ke bahu jalan. 

"Maaf," cicit perempuan yang tengah terguyur hujan itu lirih. Memandangi mobil Calvin hingga menghilang dari pelupuk matanya.

💕💕💕

"Arrghh!!!" Pekikan itu terdengar saat Shena baru saja sampai di depan pintu apartemen milik Calvin  bersama ayah mertuanya. Pak Sam. 

"Dia tidak segarang yang kamu pikirkan." Sang ayah mertua mencoba memberi sugesti positif melalui tepukan halus di punggung Shena. Tetap saja gambaran Calvin yang tinggi bagaikan raksasa,tiang listrik dan  menyeramkan seperti boneka santet itu tak bisa lenyap dari otaknya. 

Begitu pula  dengan Mama mertuanya yang kerap berkata bahwa Calvin memiliki hati bak malaikat. 

Iya, malaikat maut. Pikir Shena sehari sebelum resmi menjadi istri boneka santet. 

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang