💕Koboy & Kudanya💕

1K 122 50
                                    

Setelah menaiki tangga demi tangga yang ada di dalam rumah, seorang anak kecil yang baru saja pulang dari sekolah dasar memekik senang ketika mendapati sang papa menyerukan namanya. Ia sedikit bertanya-tanya,jika hari belum beranjak sore orang tuanya sudah tampak berada di rumah. Pasti akan ada acara atau rencana bepergian. 

"Apa sekolah barunya bikin kamu seneng?"

"Papa,kok,udah pulang? Nggak kerja? Apa kerjanya libur?" Bocah yang terlihat memiliki tatanan rambut sangat rapi itu bertanya balik. Segala macam tanya yang memenuhi pikiran  anak energik itu terjawab oleh suara hangat dari wanita yang muncul dari balik pintu. Seragam berwarna keki dan senyum manisnya menandakan bahwa ia adalah sosok pendidikan yang amat disayangi oleh murid-murid istimewanya. 

"Kita mau ke rumah Om Pras, Vin. Kamu mau ikut?" Waktu Calvin memang banyak dihabiskan oleh belajar dan bermain saja di rumah bersama art,satpam,dan supir yang sekaligus merangkap menjadi teman bermain bocah itu selagi kedua orang tuanya bekerja. Namun, beruntungnya Calvin bukan sosok yang manja harus menyertakan kedua orang tuanya ada di setiap waktu. Cara mereka memberi pengertian mengenai pekerjaan masing-masing dan alasan tidak bisa berada di rumah setiap saat bisa dengan mudah ditangkap oleh anak itu. 

"Mau!" Calvin kecil berseloroh semangat. Kemana pun orang tuanya mengajak keluar, tidak ada penolakan sama sekali. Karena menurut Calvin  saat itu adalah waktu paling berharga baginya.

Keluarga kecil itu melakukan perjalanan ditemani celotehan putra semata wayang mereka mengenai sekolah dan teman barunya. Sampai tak sadar jika mobil yang tengah ditumpangi tiba di tempat tujuan. Rumah Pras–adik kelas dari  papa Calvin semasa SMP hingga bangku kuliah dulu terlihat begitu segar dengan banyak tanaman yang tumbuh di depan halaman.

"Ada acara ulang tahun,Ma?" 

"Bukan, Vin. Kamu mau liat adik bayi,nggak?" 

"Bayi? Yang kayak boneka itu, Ma?" Bu Mila tertawa lirih mendengar pertanyaan polos putranya. Setelah dipersilakan dengan baik oleh keluarga Pak Pras. Mereka lekas memasuki rumah tersebut yang disambut langsung oleh aroma wewangian khas bayi.

"Selamat,ya. Akhirnya Dirga punya adik juga."

"Makasih,Mbak." Seorang perempuan di depannya mengulum senyum menawan, sesekali memperhatikan bayi perempuannya yang kini sudah menginjak usia dua Minggu. Mereka baru bisa menjenguk karena disibukkan oleh padatnya pekerjaan. 

"Calvin nggak mau adik bayi juga? Minta dong sama mama dan papa," celetuk Pak Pras. Binar matanya terlihat bangga setelah mendapat seorang putri cantik yang akan menjadi teman anak pertamanya.

"Papa sama mama sibuk kerja, Om. Nanti Calvin beli adik bayi aja di minimarket." Tawa dari mereka terdengar saling bersahutan. Apalagi setelah Calvin menowel dengan ragu pipi bayi perempuan yang tampak gembul itu. 

Selagi orang tuanya berbincang, Calvin hanya menyibukkan diri untuk bermain dengan bayi yang bahkan hanya tidur saja sepanjang dirinya menemani sejak tadi. 

"Ma, bayi gundulnya tidur terus,loh. Nggak bisa diajak main." Bu Mila datang menghampiri Calvin yang tengah menyandarkan dagunya di box bayi. Ia lantas menyuapkan makanan untuk putranya.

"Ya belum bisa, Vin. Nanti tunggu dia besar. " Bibir bocah kecil itu memberengut, tetapi tetap mengunyah makanan yang disiapkan oleh mamanya.

"Om, namanya siapa? Dia perempuan,ya? Kok gundul? Nggak punya rambut kayak teman-teman Calvin di sekolah." Mereka memaklumi ocehan Calvin. Anak seusianya memang banyak ingin tahu tentang semua hal. 

"Namanya Shena. Shena Sandara, kalau udah besar nanti baru bisa diajak main." Pak Pras mengusap rambut klimis dari anak temannya itu. Sebenarnya sang istri sedikit kecewa dengan lahirnya sang putri yang tidak pernah direncanakan sebelumnya. Namun, berkat dirinya yang terus memberikan pengertian bahwa anak tersebut adalah anugerah, maka sang istri mencoba untuk menerima dengan lapang. 

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang