💕Mencari bukti 💕

630 102 15
                                    






Happy reading guys

(Mengandung bad word tanpa sensor)

💕💕💕

"Tolong bukain pintunya, Pak." Selesai memarkirkan mobil di dalam carport. Calvin bergegas turun lalu memutari moncong mobilnya. Melihat Shena yang tertidur pulas setelah seharian ia ajak makan. Hatinya terasa menghangat. Sebelum mengambil sosok ibu dari anaknya itu, Calvin menengadah ke atas. Seolah berbicara pada semesta dan melangitkan satu pinta.

Berharap ia terus bisa membersamai perempuan itu dalam keadaan apa pun.

Senyum Calvin tersungging samar setelah ia merapikan anak rambut yang menutupi kening sang istri. Napas yang terdengar  konsisten dan dengkuran halus menandakan bahwa perempuan itu tenggelam nyenyak dalam tidurnya.

Dalam satu gerakan, ia berhasil memindahkan Shena dari jok mobil ke gendongannya. Walaupun dirasa semakin berat, ia tak masalah. Karena di dalam sana juga ada calon generasi hebatnya.

"Minta tolong rapikan, Bude. Cepet." Bude Mirna sigap menerima titah tuannya untuk membersihkan kamar di lantai bawah. Karena Calvin rasa terlalu lama jika harus menuju ke kamar utama. Jujur saja, lengannya juga mulai pegal.

Tak masalah, mau berapa kilo berat badan perempuan itu. Calvin tak akan keberatan melakukannya. Justru ia berharap momen menyenangkan ini bisa terulang lagi.

Usai Bude Mirna keluar dan Shena berhasil dibaringkan. Ia lanjut membersihkan diri. Selagi di kamar mandi, senyumnya sama sekali tak surut. Ketika matanya terkena busa sampo, Calvin justru terkekeh alih-alih mengeluh kepedihan.

Masih bisa ia ingat bagaimana tadi Shena memujinya tampan dan wangi. Padahal itu adalah hal yang amat sangat sederhana dalam sebuah hubungan ketika sang pasangan saling memuji.

Namun, tidak bagi Calvin. Meskipun sempat merasa kesal karena Shena bersikap demikian untuk tujuan tertentu. Calvin merasa seolah ia sedang disanjung oleh artis papan atas yang berhasil melempar jiwanya sampai ke pluto.

"Kamu harus tahu, kalau cantikmu makin  bertambah pas tidur begini." Rambut selegam obsidian milik Calvin  terasa segar dan terlihat masih ada beberapa tetes air. Sambil berpangku pada siku, ia arahkan kamera ponselnya pada wajah sang istri. Mengambil banyak sekali bidikan pada tiap sisi.

"Pipi kamu jadi tambah berisi." Menyingkirkan ponsel, kini Calvin meletakkan hidung mancungnya di pipi Shena. Ia telusuri dan raup aroma manis dari sang istri menggunakan moncong hidungnya. Ia berikan banyak ciuman-ciuman kecil pada wajah yang terlihat tenang itu sampai dirinya bosan.

Beruntungnya Shena tak terbangun oleh keaktifan Calvin. Hanya bergerak beberapa detik saja.

"Hey, kamu tidur juga, Nak? Kekenyangan ya habis makan banyak." Gemas ingin meraup perut itu dalam dekapannya, Calvin akhirnya hanya mendaratkan beberapa kecupan manis. Karena tak ingin mengganggu istirahat Shena yang cukup lama itu.

"Di mana aku naruhnya." Setelah beranjak turun untuk mencari bantal khusus ibu hamil di kamar atas. Ia kembali lagi, memasangkan bantal khusus itu pada Shena supaya lebih terasa nyaman.

"Vin? Udah pulang ya kita?" Suara serak Shena terdengar. Mungkin karena bantal yang terpasang di sekitar tubuhnya itu membuatnya terbangun. Calvin yang berniat mencharger ponsel, ia urungkan untuk menarik diri kembali ke ranjang.

"Udah barusan tadi."

"Tidur lagi gih." Decisan Calvin terdengar ketika mata Shena kembali terpejam. Ia sudah terbiasa dengan hal itu. Di tengah tidur nyenyak, Shena pasti akan terbangun beberapa detik dan berbicara seperti orang sadar. Namun, tidak lama kemudian hanyut lagi ke alam bawah sadarnya.

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang