💕Be kind, be patient💕

950 120 40
                                    

Happy reading guys

💕💕💕


Bohong jika Calvin berkata dengan gamblang tak ingin lagi mengharapkan Clara sebagai pasangan hidupnya. Bisa saja mulutnya berdusta ke sana kemari menyatakan hal tersebut, akan tetapi hatinya yang masih tertinggal cukup lama pada perempuan yang mengaku menjadi pramugari itu masih susah untuk diambil kembali. 

Pramugari. Benar, sejauh Calvin melakukan stalking pada semua akun sosial media milik Clara dan beberapa teman dekatnya. Tidak ada satupun foto atau status yang menyinggung soal pekerjaan baru Clara. Hanya ada jepretan dengan preset  nude tone tentang moncong sebuah maskapai penerbangan. Selebihnya, hanya foto-foto Clara dan seorang lelaki yang diyakini Calvin adalah pilot yang pernah dibanggakan oleh mantannya itu. 

Membanting pelan ponsel yang masih belum keluar dari akun sosial Clara, Calvin meloloskan napas panjangnya. Lehernya ia sandarkan pada kursi putar untuk sejenak. Semakin jauh ia berniat memenuhi rasa penasaran terhadap hubungan baru Clara, semakin sakit pula hatinya. 

Ketika matanya sempat terpejam, sebuah ketukan pada pintu ruangan bernuansa abu muda itu membuyarkan segala macam pikiran yang memenuhi otaknya. Pintu terbuka perlahan, Haikal datang dengan segelas wedang jahe yang dipesan Calvin padanya. 

"Suntuk banget, Mas." Lelaki ber-hem panjang yang tak dikancingkan dengan sempurna itu dengan sedikit malas menyambar wedang jahe yang masih mengepul, kemudian ia seruput tanpa ditiup.

"Panas, arghh! Nggak terlalu, sih, Kal." Lidah Calvin terjulur sembari meringis. Kedatangan Haikal sekaligus membawa kabar perkembangan tentang kesehatan kucing-kucing milik Calvin yang dirawat dengan baik oleh pemuda manis itu.

" Oh, ya, Mas.  Apakah ada lowongan? Teman aku lagi nyari-nyari kerjaan. " Mendengar itu Calvin tampak berpikir sejenak. Dua petshop cabang barunya sudah terisi. Bagian kuli angkut barang sudah full, warehouse juga masih aman karena karyawan Calvin banyak yang betah bekerja di Pets Poin. Selain tidak ribet dan Bosnya yang terkenal baik hati. Fasilitas juga terpenuhi untuk yang tinggal di mess maupun karyawan cabang. Hanya saja mereka harus jujur saat bekerja dan tidak memanfaatkan kebaikan Calvin. 

"Ada. Suruh ke sini aja nemuin saya. Kayaknya di kandang masih perlu orang buat bantu sortir telur." Haikal tersenyum sumringah, ia yakin jika malaikat tak bersayap di depannya itu bisa menjadi harapan bagi temannya yang sudah mulai putus asa mencari pekerjaan di Kota Metropolitan ini. 

"Makasih, Mas Bos. "

Selang beberapa menit setelah Haikal keluar dari ruangannya. Seseorang kembali mengetuk pintu ketika Calvin baru saja ingin melihat laporan income bulan ini.  

"Surat jalan, Pak."

"Oke, sini." Sembari menandatangani surat jalan yang dibawa oleh salah satu karyawannya, Calvin berujar,"Gladys katanya nggak masuk? Bukannya hari ini barang datang semua? Kok saya nggak nerima izin?" Selesai Calvin membubuhkan tanda tangan, perempuan itu menjawab,"Mbak Gladys datang, kok, Pak. Cuma agak telat. Tadi saya lihat dia di lantai dua sama Bu Shena." 

Aktivitas tangan Calvin yang kembali membuka lembaran di depannya itu terhenti.

"Shena istri saya? Di sini?" Perempuan itu terkekeh pelan, ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Begitu ia keluar ruangan, Calvin buru-buru merapikan kemeja yang ia pakai. Ia ingin keluar saat itu juga, tetapi laporan yang menumpuk seolah memaksanya untuk kembali duduk dan menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu. 

"Oke, aku yakin kamu nggak bakal bisa keluar dari tempat ini Shena. Kamu butuh uang banyak, kan?" Dengan teliti Calvin mengecek semua laporan yang ditumpahkan padanya. Ada banyak retur barang dari cabang yang kembali membuat kepalanya berdenyut nyeri. Hal ini bisa menambah nilai kerugian nantinya. 

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang