💕 Calvin & Clara 💕

727 101 59
                                    






Hai aku update lagi loh. Makannya kasih vote dan komentar yang banyak ya wkwkw.

Happy reading guys

💕💕💕



"Kamu boleh pergi jika memang keinginanmu seperti itu."

"Kenapa? Kenapa kamu bilang kayak gini, Vin?" Mata Shena berkaca-kaca. Kemana pun lelaki itu bergerak, Shena terus membuntutinya. Namun, bukan pelukan yang ia terima melainkan tepisan lembut dari tangan suaminya.

"Aku capek." Napas Calvin terdengar putus asa. Raut wajahnya juga menampilkan kekecewaan luar biasa pada istrinya.

"Dan aku nggak bakal nahan kamu lagi untuk tetap di sini." Lelaki itu pandangi sosok Shena dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Lalu memalingkan wajah guna mengeluarkan dengkusan penuh amarah.

"Aku lebih baik kembali sama Clara daripada mempertahankan kamu seperti ini. Itu menyiksa, Shen." Bulir-bulir bening perlahan turun membasahi pipi berisi milik Shena. Ia yang biasanya mendengar Calvin memohon padanya, meminta padanya untuk tetap tinggal. Kini, berakhirlah penolakan  yang ia terima.

Padahal hanya sebuah kalimat sederhana, tetapi mampu membuat sayatan hebat di palung hati Shena.

"Nggak! Nggak boleh, Vin. Bukannya kamu selalu minta aku buat tetap ada untukmu?" Ah, bodohnya. Shena bahkan terlalu rapuh untuk menahan prinsipnya sendiri ketika mendengar lelaki yang sudah menjadi candu untuknya itu mengharapkan kembali sang kekasih di masa lalu.

"Kamu udah nggak mau pertahanin aku lagi?" Calvin terdengar berdecih. Ia gosok hidungnya yang memerah menahan tangis dengan punggung tangan.

"Untuk apa? Dan apa yang harus aku pertahankan, jika orang yang aku harapkan untuk bersama tak sekalipun menghargai keberadaanku."

"Kamu harusnya senang, karena aku bisa bantu melancarkan tujuanmu untuk berpisah, kan?" Mata Calvin yang memerah itu memicing. Ucapannya barusan benar-benar seperti palu godam yang berhasil menghantam perasaan Shena tanpa ampun.

"Calvin?"

"Apa?" Lelaki itu terdengar putus asa dan mulai menyerah dengan usahanya untuk mempertahankan Shena.

"Ja—jangan pergi …." Sampai membolakan mata, Calvin dibuat terkejut dengan Shena yang perlahan beringsut dan menahan tangan kekarnya itu. Perempuan yang tengah terisak di bawahnya  terlambat menyadari, bahwa selama ini hidupnya sangat bergantung pada sang suami.

"Jangan pergi, Vin."

"Jangan …." Selagi isakannya terdengar cukup keras. Cepat-cepat orang yang ada di rumah itu menghampiri kamar Shena. Semalam ia dibawa pulang dan ditemani oleh kedua orang tuanya. Sementara Calvin, sudah pergi sejak subuh tadi untuk mengikuti acara pemakaman Satya.

Sebelumnya, ia sampaikan pesan pada sang mertua dan penghuni lainnya di rumah itu untuk tidak mengizinkan Shena keluar kemana pun selagi dirinya pergi.

"Shena, kamu udah bangun?"

"Kamu mimpi apa? Kenapa manggil-manggil nama suami kamu terus?" Suara berat milik Pak Pras seketika membuat Shena terjaga dari tidurnya. Sudah banyak sekali masalah demi masalah yang menimpa, tetapi hanya satu yang membuatnya terluka.

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang