💕Gugur satu jiwa💕

616 98 76
                                    





Happy reading guys


💕💕💕


Gerbang kayu yang hampir lapuk dibuat remuk oleh debaman tubuh berkat satu hempasan dari tangan Zaki. Begitu lelaki yang lebih muda dari Satya itu lengah karena kedatangan sebuah mobil yang parkir asal-asalan bahkan sampai memasuki sisi pagar, membuat Satya bisa mengambil kendali dan menahan pemuda itu untuk tidak mengikuti langkah Calvin yang terburu-buru.

"Shena di dalam! Kamu masuk sekarang,Vin!" ucap Satya sembari menahan Zaki dengan sikunya yang melingkar di leher pemuda itu. Entah karena shock atau sempat linglung karena keadaan malam ini, Calvin masih belum melakukan apa yang diperintahkan Satya tadi.

Sampai sang dokter hewan tersebut kewalahan menahan Zaki yang hampir lepas, barulah ia mengangguk yakin dan segera memasuki hunian kosong di depannya itu.

Meskipun masih diliputi amarah, kesal, dan yang paling besar adalah rasa kecewa. Calvin masih tetap mempertahankan tujuannya untuk segera membawa sang istri keluar dari ruang penyekapan.

Benar, hanya ada satu ruang yang kini tersegel oleh rantai berkarat. Dan pikirannya itu pasti tempat di mana Shena tengah disembunyikan.

"Brengsek!!" umpat Calvin dengan mata memanas. Bodohnya ia dari tadi hanya membuka rantai itu dengan tangan kosong dan mulut yang sibuk mencerca si manusia menjijikkan.

Ah, pikiran Calvin terlalu kalut. Padahal ada sebuah linggis ulir yang tergeletak di bawah tangga depan ruangan tersebut. Namun, mata elang yang berapi-api itu tidak sempat memindainya.

Lilitan rantai di pintu berhasil ia buka dengan memukulnya berkali-kali. Pemandangan yang ia tangkap pertama kali adalah perempuan dengan pakaian amat minim terduduk di ranjang seraya menutup mata dengan satu lengan. Ia tergugu, tangisnya mengisyaratkan bahwa ia berada dalam kepasrahan.

"Shena ...," bisiknya lirih. Dalam sekali tangkap, tubuh yang hampir tak dililit pakaian itu berhasil Calvin rengkuh dalam dekapannya setelah Shena mulai menyadari kedatangannya.

"Aku di sini. Aku nggak terlambat, kan?" Bisa Calvin rasakan isakan tangis dari calon ibu itu semakin kencang hingga punggung terbukanya terguncang. Dengan memberikan kecupan beruntun di ujung kepala Shena, Calvin harap tangis perempuan itu mereda. Namun, rupanya semakin histeris dan tangisnya terdengar menyayat hati.

Bagaimana lagi, Calvin sudah mengerahkan semua usahanya demi melindungi perempuan itu, tetapi kepercayaannya dipatahkan oleh perempuan itu juga.

"Sepertinya hanya mama perempuan yang bisa menghargaiku selama ini." Calvin ungkap kekecewaannya dalam hati. Baik Clara maupun Shena, dua perempuan itu sama-sama buta dengan perhatiannya.

Rasa kesalnya memang sangat besar, tetapi hatinya juga tak bisa baik-baik saja melihat keadaan Shena seperti ini. Masih ada perasaan dan mental Shena yang harus Calvin jaga daripada mengedepankan egonya untuk melampiaskan amarah.

"Kita keluar dari sini sekarang. Kamu nggak sendirian lagi. Ada banyak polisi yang bakal datang," ucap Calvin sembari melepas hem hitamnya yang kemudian berpindah untuk membungkus tubuh sang istri. Menyisakan kaos lengan pendek berwarna hitam saja yang saat ini dikenakan oleh Calvin.

Sementara Karina dan Ningsih yang juga hampir putus ada tadi, kini sudah pergi dari balik jendela. Karena mereka berniat menyusul Satya yang sedang menahan Zaki untuk tidak masuk ke dalam hunian kosong itu.

Sebelum Calvin dan Shena benar-benar keluar. Perempuan itu menghentikan langkah sebentar sampai Calvin yang memapahnya juga ikut berhenti.

"Maafin aku."

From Enemy to be PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang