Hidup Baru di Rumah Lama

1.4K 230 15
                                    

Sebetulnya ada yang nunggu cerita ini update nggak, sih? 😁






















***












Jamila baru saja masuk ke kamarnya karena ia ingin mandi, saat suara ketukan samar terdengar dari pintu rumahnya.

Tunggu ... itu bukan setan, kan? Ini masih sore, dan ia tinggal sendiri di rumah ini. Rumah bergaya Belanda yang sudah cukup lama tidak ditinggali itu memang sudah terlihat bersih. Ayahnya mengerahkan beberapa orang untuk membersihkan rumah ini dalam kurun waktu kurang dari dua hari. Aroma cat baru bahkan masih menguar, karena baru selesai dikerjakan tadi siang. Bukan tidak mungkin, kan, kalau penghuni tak kasat mata rumah ini ingin berkenalan dengan Jamila?

Sembari mengusap kedua lengannya yang otomatis meremang saat ia berpikir sesuatu yang menakutkan, Jamila bergegas ke depan. Ketukan itu masih terdengar, disertai panggilan untuknya dari seorang laki-laki.

Jamila menghela napas lega saat menemukan Ganendra di balik pintu. Lelaki itu mengernyitkan kening saat melihatnya.

“Mas Ganen baru pulang ngajar?” tanyanya setelah memperhatikan penampilan Ganendra yang masih mengenakan seragam. Juga ransel yang memeluk erat punggung lelaki itu.

“Iya. Kamu habis ngapain?”

“Tadi mau mandi. Baru selesai beres-beres kamar,” sahutnya, lalu membukakan pintu lebih lebar. “Ayo, masuk, Mas.”

Tetapi Ganendra menggeleng. Menunjuk kursi di teras yang tadi baru diangkat setelah dijemur karena kemarin sudah dicuci bersih.

“Kenapa pulang ngajar malah ke sini?”

Ganendra memberikan bingkisan untuk Jamila. Membuat gadis itu penasaran, lantas melihat isinya.

“Nasi ayam?” Jamila hampir tertawa. Mungkin Ganendra pikir, Jamila tidak memiliki makanan karena baru menempati rumah ini.

“Kamu udah ada makan malam, ya?”

Jamila pun mengangguk. “Udahlah, Mas. Aku, kan, juga udah masak buat orang yang ngecat tadi siang.”

“Kamu masak?” tanya Ganendra sangsi.

Jamila mengangguk yakin. “Iya, dong! Kamu pikir, aku nggak bisa ngapa-ngapain, ya?”

Jamila berpura-pura tersinggung, apalagi saat melihat Ganendra tampak merasa bersalah. Lelaki itu menggeleng sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya.

“Nggak begitu,” kata Ganendra. “Aku cuma mikir, kamu baru pindah ke sini. Mungkin belum bisa masak karena belum lengkap bahan-bahan sama peralatannya.”

Jamila akhirnya tertawa. Ia memeluk keresek pemberian Ganendra, lalu berdiri. “Aku taruh ini ke dalam dulu ya, Mas? Mas Ganen mau minum kopi atau teh?”

“Udah sore,” tolak Ganendra halus.

Jamila mencebik, tetapi ia sadar, lelaki itu juga butuh istirahat setelah bekerja seharian ini. “Ya udah, deh. Makasih ya, Mas, repot-repot segala.”

“Bukan masalah,” sahut Ganendra.

Jamila memperhatikan lelaki itu menaiki motornya, lalu pergi setelah membunyikan klakson sekali kepadanya. Perhatiannya tertuju lagi kepada sekotak nasi ayam yang lelaki itu berikan.

Ini sebuah angin segar, kan? Bolehkah Jamila menganggap kalau Ganendra memiliki ketertarikan kepadanya?

 

***

 

Selama dua hari terakhir, Jamila tinggal di rumah ayahnya. Ia tidak peduli dengan orang lain, dan mengurung diri di dalam kamar. Dan semalam, saat pertama kalinya ia menempati rumah ini, ia sama sekali tidak berpikir tentang makhluk halus, yang mungkin saja akan mengganggu dirinya.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang