Bab 20

1.2K 222 21
                                    

Halo!

Udah hampir seminggu nggak update, ya? 😂🙏🏻

Kangen, nggak?

Ya kangen nggak kangen, sih, nggak apa-apa. Hahaha.

Kalau nggak lancar update-nya, nggak apa-apa, ya? Soalnya lagi mau mulai masuk konflik. Kayak ... Capek banget nulisnya. Satu bab aja aku nggak kelar-kelar nulisnya karena capek sendiri wkwk.

Cusslah, baca. 🙏🏻





































Hari sudah sore. Hujan juga sudah berhenti sejak satu jam yang lalu, tetapi Jamila masih betah tiduran sambil dipeluk suaminya. Ganendra memeluknya dari belakang, sesekali mengecup kepalanya atau pundaknya, sedangkan tangannya terjalin di depan perutnya. Jamila mengusap-usap tangan sang suami, juga sesekali memainkan jemarinya.

Sisa keringat yang menempel di tubuhnya, membuat ia sedikit tidak nyaman. Apalagi udara kembali terasa dingin. Mungkin karena mereka sudah tidak lagi bergerak, membuat Jamila kembali menarik selimut rapat-rapat.

“Pulang?”

Suara Ganendra teredam di bahunya. Lelaki itu masih senang menggesek-gesekkan hidungnya di sana. Mencipta remang di tubuh sang wanita.

“Tapi males mandi di sini,” kata Jamila dengan sedikit merengek.

“Kenapa? Masih mau lagi di rumah?”

“Ish!” dicubitnya lengan si lelaki yang justru terkekeh di belakangnya. “Males aja. Malu!”

“Kenapa malu? Kan, keluarnya pakai baju.”

“Malu aja. Ntar ketahuan habis ewita,” ujar Jamila sambil meraih tangan sang suami, lalu menciumnya. Hal itu membuat Ganendra melebarkan bibir. Tersenyum di sela-sela rambut sang wanita yang sore ini tampak begitu jinak dan manja.

Untung saja, mereka sudah bersih-bersih tadi, walau memang masih malas untuk berpakaian dengan benar.

“Wajar. Kita, kan, suami istri,” sahut lelaki itu yang lantas menerima cubitan kecil di punggung tangannya.

“Ya tapi malu aja. Emangnya kamu nggak malu, ketahuan habis nidurin aku di depan Bapak?”

Dasar Jamila! Membuat Ganendra jadi berpikir yang tidak-tidak saja. Lelaki itu malah jadi merasa berdosa sekarang. Padahal, kan, mereka suami istri. Wajar dan malah normalnya memang harus berhubungan badan, kan? Lagi pula, ayah mertuanya itu juga tampak sudah menunggu-nunggu kabar bahagia dari mereka berdua.

“Kalau aku nidurin kamu pas posisinya kita nggak ada hubungan, itu yang harus dikhawatirin. Lah kita udah nikah, kok. Malah nggak wajar kalau nggak pernah kelihatan habis hubungan badan,” tutur lelaki itu dengan sabar.

Jamila menggeplak tangan sang suami yang sudah menjalar ke payudaranya lagi. Lelaki itu terkekeh, lalu melabuhkan kecupan di pipi wanitanya.

“Mandi sekalian. Biar bersih, jangan cuma wudu, ya?” bujuknya dengan lembut. Jamila mendengkus, namun kepalanya mengangguk.

Perempuan itu ke kamar mandi lebih dulu, dan tidak perlu waktu lama untuknya keluar dengan tubuh segar yang hampir menggigil, serta handuk yang membalut rambut panjangnya. Ganendra tersenyum dan kembali melabuhkan kecupan di pipi sebelum masuk ke kamar mandi.

Jamila tidak berias kembali, hanya memakai lipstik agar bibirnya tidak terlalu pucat. Saat suaminya muncul dari pintu kamar mandi, ia mendesis jengah. Lelaki itu hanya tertawa kecil karena berhasil menggoda istrinya.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang