Selamat membaca!
Hari ini, Jamila akan ikut Ganendra untuk pergi ke pabrik. Ia ingin melihat proses pembuatan minyak kelapa, yang selama ini menjadi pemasok pundi-pundi rupiah ke rekeningnya. Ia sudah merasa percaya diri dengan penampilannya. Sebuah blus panjang berwarna dasar putih, dengan bunga-bunga kecil berwarna merah muda, tampak cocok dipadukan dengan celana jeans berwarna biru gelap. Rambut ia ikat cukup tinggi, khawatir kalau nanti akan panas di sana. Riasan di wajah juga cukup natural, tidak berlebihan. Memberikan kesan segar dengan pewarna bibir yang sedikit mengilap.
Ia bersenandung kecil, mencipta kernyitan heran dari sang suami.
“Mas Ganen cuma pakai kaos?”
“Biasanya, kan, juga pakai kaos. Emang mau ke mana?”
Iya juga, sih. Jamila saja yang lupa kalau mereka bukan akan mengunjungi pabrik modern yang tentu saja harus menggunakan pakaian modis agar terlihat semakin cantik.
“Iya juga, sih,” sahut Jamila sembari mengerucutkan bibirnya.
Ia hendak ganti baju, tetapi Ganendra mencekal tangannya. “Mau ngapain lagi? Ganti baju?” Jamila mengangguk polos. “Nggak usah. Pakai ini aja, jangan pakai kaos,” larang lelaki itu sembari memperhatikan istrinya dari kepala hingga ke kaki.
“Kenapa? Biar nggak gerah.”
“Nanti ngejeplak ke kaos.”
Jamila langsung tahu apa yang dimaksud oleh suaminya. Ia lantas menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Seolah-olah dilecehkan suaminya sendiri.
“Ih! Mesum!” ia pun tergelak setelahnya. Dengan gerakan menggoda, Jamila merangkul lengan suaminya, dan dengan sedikit mendongak, ia letakkan dagunya di bahu lelaki itu. “Emang kenapa kalau ngejeplak? Kan, malah jadi bagus.”
Ganendra mendengkus, tetapi membiarkan Jamila bergelayut begitu saja. “Ya nanti jadi pada suka ngelihatin. Apalagi banyak laki-laki di sana.”
“Oh, kalau laki-laki, tuh, suka ngelihatin kayak gini, ya?”
“Ya menurut kamu? Cewek yang penampilannya biasa aja juga banyak yang jadi korban kejahatan seksual, meskipun itu cuma cat calling. Apalagi yang punya tubuh bagus?”
Jamila cengengesan. “Jadi, body aku bagus? Mas Ganen suka?”
Ganendra kembali mendengkus, lantas melepaskan belitan tangan istrinya. Ia meraih sisir untuk merapikan rambutnya yang sudah diberi pomade. Tetapi Jamila kembali meraih tangannya, memaksa sang suami untuk menatapnya.
“Apa lagi?”
“Kalau ditanya, tuh, jawab, Mas.”
“Ya menurut kamu, gimana? Bagus atau enggak badan kamu ini?”
Ganendra memperhatikan istrinya lagi, membuat Jamila sedikit menggembungkan kedua pipinya. “Kalau menurut aku, ya udah bagus. Aku, kan, lagi tanya sama Mas Ganen. Bagus menurut aku, belum tentu bagus menurut kamu, Mas.”
“Kenapa bisa mikir begitu?”
“Kan, banyak laki-laki yang nuntut pasangannya buat punya body goals. Nggak jarang yang ngebandingin pasangannya sama cewek lain,” ujar Jamila memberitahu.
Ganendra menghela napas, menaruh kembali sisirnya dan meraih kancing blus Jamila di posisi dua teratas. Ia mengancingkannya, lantas kembali membukanya saat melihat bahwa yang ia lakukan justru membuat bentuk tubuh istrinya semakin terlihat.
“Ya kalau mereka lihatnya kamu, mungkin aja mereka bakal ngebandingin istri mereka sama kamu. Makanya pakai baju yang bener, jangan yang ketat. Pakai kaos kalau di rumah aja,” ujar Ganendra sembari merapikan lagi pakaian istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love
General FictionAkan diunggah secara berkala. Masukkan ke dalam daftar bacaan, apabila ingin mendapat pemberitahuannya nanti. *** WARNING!!! Cerita ini berisikan cukup banyak kebencian. Jamila Meirina Hendarto Ia pikir, semuanya akan indah seperti saat mereka berte...