Bab 21

1.1K 227 13
                                    

Curhat dikit, yak.

Ih, kesel banget earphone aku mati sebelah 😫 mana ikutan rebut voucher sopi kagak pernah dapet. Kan mayan kalau dapet bisa buat tambahan beli lagi 😫💔

Dah gitu aja, jangan ikutan kesel.

























Sejak menjadi dewasa dan mengerti apa yang terjadi dengan keadaan orangtuanya, Jamila selalu berdoa agar dia tidak memiliki jalan hidup yang sama seperti ibunya. Ia sudah melihat bagaimana menyedihkannya seorang janda membesarkan anaknya sendiri, meskipun hidup mereka disokong oleh beberapa orang. Tetapi, uang juga bukan segalanya. Ada hal-hal lain yang tidak bisa diganti kehadirannya dengan uang.

Keluarga.

Kasih sayang.

Cinta.

Dan juga rasa nyaman.

Menjadi anak yang merupakan hasil perceraian kedua orangtuanya juga bukan hal yang menyenangkan untuk Jamila. Ia tahu bagaimana rasanya dirundung karena ibunya seorang janda, lalu dianggap benalu di keluarganya sendiri, meskipun ia dan ibunya juga memberikan sejumlah uang tiap bulannya, tidak membuat semuanya menjadi lebih baik. Jamila tidak pernah dijemput ataupun diambilkan rapornya oleh sang ayah, seperti anak-anak lain, atau bahkan dijemput di ujung jalan sambil dibawakan payung karena hujan mengguyur.

Kadang, saat ia merasa sudah tidak tahan dengan semuanya, Jamila akan menangis di depan ibunya dan bertanya; mengapa hidup mereka semenyedihkan itu? Di saat anak-anak seusianya bisa tinggal bersama dengan orangtua yang utuh, tetapi Jamila malah harus hidup tanpa ayahnya. Ibunya menjadi orang yang paling sedih di antara mereka. Jamila tahu itu, karena ibunya akan menangis dan meminta maaf karena tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuknya.

Jamila bertekad untuk tidak pernah menjadi seperti ibunya. Rumah tangganya harus bahagia, tidak seperti orangtuanya.

Pagi ini, seperti hari-hari sebelumnya, Jamila akan menyiapkan bekal untuk sang suami. Nasi goreng ayam dengan beberapa potong sosis goreng, tidak lupa buah potong sebagai pelengkap gizi. Termos berisi es kopi juga sudah ia siapkan. Tinggal dibawa saja.

Ia tidak peduli dengan pesan yang sempat ia baca di ponsel sang suami. Jamila sangat yakin, kontak bernama Bu Ratih Bio itu adalah Ratih yang sama dengan yang pernah didengarnya. Perempuan yang gosipnya pernah menjadi kekasih sang suami di masa lalu.

Tetapi, itu masa lalu, kan? Jamila istri sah Ganendra sekarang.

Jamila selalu memenuhi kebutuhan Ganendra. Meskipun lelaki itu berpikir kalau kebanyakan dari makanan yang mereka makan adalah hasil olahan Bu Atik, ia tidak peduli. Jamila berperan sebagai istri yang baik. Makanan ia siapkan, pakaian Ganendra selalu rapi, Jamila tidak pernah membiarkan suaminya keluar dari rumah dengan tampang tidak sedap dipandang, kebutuhan biologisnya juga selalu terpenuhi. Kalau lelaki itu masih melirik perempuan lain, berarti bukan salah Jamila di sini.

“Aku bikinin nasi goreng buat bekal kamu. Nggak apa-apa, kan?”

Ganendra tersenyum sembari mengusap kepalanya. “Nggak apa-apa. Sesempatnya kamu bikin apa, nanti aku makan.”

Jamila ikut tersenyum tipis. “Nanti aku ke pasar dulu. Bahan makanan kita udah tinggal dikit soalnya.”

“Aku anter sekalian, mau?”

Perempuan itu pun mengangguk. Sejauh ini, suaminya belum terlihat mencurigakan sama sekali. Entah makanan yang ia siapkan akan benar-benar dimakan atau tidak, Jamila tidak peduli.

“Kamu nggak bosen apa, tiap hari bawa bekal terus?”

Ganendra tersenyum sembari mengunyah sarapannya. “Kenapa bosen? Malah enak, nggak perlu jalan buat cari makan. Lebih hemat juga.”

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang