Bab 15

1.2K 201 10
                                    

Selamat membaca 🤗


























Jamila bangun lebih dulu. Perempuan itu memperhatikan wajah sang suami yang masih lelap dalam tidur damainya. Kemudian, ia tersenyum malu.

Hari masih begitu pagi, suara orang mengaji masih terdengar samar dari kejauhan. Itu tandanya, waktu subuh belum tiba. Masih ada waktu untuk membiarkan Ganendra tidur beberapa saat lagi sebelum membangunkannya.

Jamila lantas bangun untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi, ia kembali terbayang apa yang dilakukannya semalam dengan Ganendra. Baru pertama kali, dan ia tidak menyangka kalau akan melakukannya, meski itu sebenarnya hal yang lumrah. Wajar sebagai seorang istri membantu suaminya sendiri untuk bersenang-senang, meski dirinya sendiri sedang tidak bisa dicampuri.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Ganendra semalam.

Jamila yang baru saja kembali dari kamar mandi pun hanya mengernyit bingung. “Emangnya kenapa?”

“Maksudku ... nggak keberatan kayak tadi? Maaf, ya, seharusnya aku bisa nahan kayak biasanya,” tutur Ganendra penuh penyesalan.

Mendengar hal itu, Jamila tersenyum malu. “Nggak apa-apa, kok. Kan, aku juga yang nawarin. Lagian, sebenernya nggak apa-apa aku bantuin  Mas Ganen kayak tadi. Selama nggak campur aja, kan?”

Menurut Jamila, Ganendra terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu.

Kadang, Jamila berpikir kalau dirinya yang terlalu bernafsu pada suaminya sendiri. Padahal, Ganendra terlihat biasa saja. Jamila sering kali memancing agar suaminya itu melihat dirinya, dengan mengenakan pakaian seksi saat bersama lelaki itu, tetapi Ganendra biasa saja. Ia melupakan saat-saat melihat mata Ganendra bisa memancarkan tatapan memuja pada tubuhnya yang terbuka. Yang paling gampang membuat lelaki itu teralihkan saat bersamanya adalah; kancing baju yang terbuka hingga menampilkan dada atasnya.

Ya ampun! Meskipun menurut penelitian menyebutkan bahwa perempuan yang sedang datang bulan bisa memiliki nafsu seksual yang lebih tinggi dari biasanya, namun Jamila tidak menyangka, bahwa dia akan menemui itu pada dirinya sendiri.

Pagi-pagi seperti ini biasanya ia dan Ganendra akan bercampur, karena malam sebelumnya lelaki itu kelewat lelah. Atau bahkan, biasanya sebelum subuh adalah sesi percintaan mereka yang kedua dari malam sebelumnya.

Di saat-saat seperti itu, Jamila baru merasakan Ganendra miliknya sepenuhnya. Ia bisa dengan bebas memeluk, menyentuh, menciumi suaminya sendiri tanpa takut ataupun malu.

“Mil?” ketukan di pintu dan suara serak Ganendra memanggil namanya, membuat Jamila berjingkat kaget.

“Iya, Mas?”

Jamila buru-buru mengguyur tubuhnya, lalu memakai handuk dan keluar dari kamar mandi.

Ada Ganendra yang berdiri di depan pintu dengan wajah mengantuknya, masih sempat menguap dan menggaruk kepalanya.

“Mau mandi sekarang?” Ganendra hanya mengangguk. “Ya udah, aku mau ke dapur habis ini. Mas Ganen mau kopi apa teh?”

“Kopi aja,” sahut lelaki itu.

Jamila berdecak setelah Ganendra masuk ke dalam kamar mandi. Semalam saja bisa manis, tetapi saat pagi tiba, kenapa suaminya itu jadi sok cuek lagi?

Dengan sedikit bersungut-sungut, Jamila ke luar kamar. Ia pergi ke dapur dengan ditemani suara azan yang mulai bergema. Ganendra akan pergi ke musala terlebih dulu sebelum meminum kopinya, dan itu waktunya tidak begitu lama. Jadi, Jamila langsung menyiapkannya, agar ketika lelaki itu pulang, suaminya bisa langsung menikmatinya.

Perhaps LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang