show

1.1K 104 9
                                    

Hatinya sedikit menghangat mengetahui jika Bright masih peduli padanya. Namun saat mengingat kenyataan bahwa Bright begitu enggan menatapnya hatinya kembali terasa sesak. Harusnya bukan seperti itu bukan? Harusnya Bright menatapnya dengan penuh cinta seperti biasanya, harusnya Bright tersenyum dan memeluknya, harusnya Bright memberikan begitu banyak kecupan kupu-kupu diwajahnya. Tapi kenapa yang terjadi malah seperti ini?.

...

Bahkan saat mereka berbaring bersebelahan pun Bright tetap bersikap seperti sebelumnya.
Namun entah keberanian darimana Win memeluk Bright dari samping. Beberapa saat berlalu namun Bright masih terdiam dengan mata terpejam, tapi Win yakin jika Bright masih terjaga.

Siapapun tolong beritahu Win apa yang harus ia lakukan sekarang, sejujurnya bukannya Win tidak tahu harus berbuat apa, hanya saja ia terlalu takut untuk berbuat apapun karena melihan keadaan Bright seperti saat ini. Bahkan ia terlalu takut untuk terlalu banyak bergerak karena khawatir jika Bright akan terusik.

Sial, persetan dengan itu semua fikir Win. Dengan beribu kali mengumpulkan keyakinan dan keberanian ia akhirnya bergerak naik untuk duduk diatas kekasihnya yang kini masih setia berbaring.

"Apa yang kau lakukan?"

Finally! Akhirnya Bright bersuara meskipun masih terdengar kurang hangat. Namun sialnya kali ini masalahnya ada pada Win, entah mengapa keberanian yang selama ini ia kumpulkan lenyap tak tahu kemana. Hanya dengan berhadapan dengan wajah Bright yang tak sehangat biasanya membuatnya kembali menciut bahkan kini matanya kembali terasa panas. Shit, apakah air mata sialan ini tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk memaksa keluar? Kenapa harus saat ia dihadapan Bright. Bagaimana jika Bright justru semakin kesal dan tak menghiraukan ucapannya yang tidak jelas karena menangis.

"Phii" panggilnya lirih.

Bright hanya menatapnya tanpa menjawab.

"Tolong maafkan win naa"

Dan lagi tak ada jawaban yang terdengar.

"Berhentilah marah.. jangan menunjukkan wajah seperti itu"

"..."
"Win mohon phiii.."

"Maaf mengecewakan phi.. apa phi tidak akan memaafkanku?"

Bright menghela nafasnya berat. Apakah itu pertanda buruk? Fikir win. Apakah Bright merasa terganggu dengan rengekan nya. Win menganggap helaan nafas Bright kali ini adalah persetujuan dari pertanyaan nya yang terakhir. Sial, matanya semakin memanas bahkan sedikit tampak kabur.  Dadanya terasa semakin tertekan dan terasa menyesakkan.

"Apa itu artinya kau akan meninggalkan ku? Apa phi tidak menyayangiku lagi? Win mohon-"

Kalimatnya terjeda, rasanya sulit sekali untuk bicara karena tenggorokannya kini tercekat akibat menahan tangis sejak tadi. Namun ia tetap memaksakan untuk melanjutkan kalimatnya.

"Aku mohon jangan tinggalkan aku, jangan berhenti menyayangiku phi, jangan berpaling dariku, jangan diamkan aku lagi.." kali ini ucapan panjangnya begitu terbata-bata karena ia sudah menangis lepas dengan sesenggukan.

"Jangan abaikan aku phi.. win janji akan melakukan apapun yang phi katakan, win akan selalu bersama phi kapanpun itu, win tidak akan pergi secara tiba-tiba lagi, win- win akan memberitahu phi apapun yang phi tanyakan, win- win akan-"

"Shhuutt"

Bright menempelkan telunjuknya dengan bibir tebal win yang kini tampak sedikit membengkak akibat menangis.

Apa Bright merasa risih? Apa kalimatnya sejak tadi tidak terdengar jelas? Ah mungkin iya. Mungkin apa yang ia bicarakan tadi terdengar sangat berantakan. Sial, lagipula kenapa juga ia harus menangis. Ah, Win ingat jika Bright pernah mengatakan jika ia benci melihat Win sedih dan terluka. Sedangkan saat ini Win justru menangis dihadapannya, pasti itu akan tampak menjengkelkan untuknya. Apakah Bright akan semakin marah? Bahkan untuk melihat raut wajah Bright saat ini saja win tidak mampu karena sibuk memejamkan mata berharap agar air matanya berhenti mengalir.

my universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang