"Hakikatnya hijab itu menutupi dan bukan hanya membungkus. begitulah cara Islam memuliakan perempuan agar auratnya terjaga"
-Lina Adiratna-
Langit sore ini begitu cerah, secerah senyum seorang gadis yang tampak cantik dengan balutan gamis serba coklat susu, dipadukan dengan kerudung yang terulur melebihi batas dada. Kini Lina sudah bersiap untuk sholat berjamaah di masjid. Ia pergi bersama dinda, Nadia, dan syafira.Sesampainya di masjid, mereka segera mengambil air wudhu lalu ikut sholat berjamaah. Setelah sholat dan berdoa, mereka kembali ke kamar. Karna hari ini libur dan mereka bosan, Syafira mengajak mereka ke kantin. Yaaa sekalian mengenalkan area area Pondok kepada Lina.
Saat sampai di kantin, ia membeli beberapa jajanan. Lina tak membeli banyak, karna jujur ia belum memakan sama sekali cemilan yang ia bawa dari rumah tadi yang niatnya ingin dimakan saat pulang dari sholat ashar ini. Selesainya mereka membeli cemilan, ketiga adis itu kembali ke kamar Zahro 2. Di perjalanan menuju kamar, terdapat bisik bisik santriwati lain yg terdengar samar.
"Ihh cantikk bangett santri baru,"
"Iyaa, masyaallah skincare nya mahal tuh pasti,"
"Ya Allah, ini manusia apa bidadari, cantik benerr,"
"Itu beneran santri baru? cantik bangett oyy,"
"Fabiayyi 'alaa irabbikuma tukadzhiban," ucap seseorang dari ambang pintu masjid.
yaaa kurang lebih seperti itulah bisik bisik yang mampu Lina dengar. Di tengah-tengah perjalanan mereka ke kamar, kini dinda membuka suara.
"Lina, kamu ga gerah pake hijab panjang banget kaya gitu?" tanya Dinda heran menghadap Lina.
"Kalau udah terbiasa engga gerah kok," jawab Lina dengan santai.
"Di pondok ini kan minimal menutup dada aja udah cukup. Kalau kamu sampe panjang bangett," sahut Nadia.
"Hakikatnya hijab kan bukan hanya membungkus tetapi juga menutupi. Dengan itulah cara islam memuliakan perempuan," jawab Lina sembari menoleh kearah Nadia.
"Masyaallah."
Tak selang lama berbincang, kini mereka telah sampai di kamar Zahro 2.
"Assalamualaikum," ucap mereka berempat serentak.
"Yaudah kita makan dulu, sambil cerita-cerita sabi lah," ujar Nadia dengan senyum merekah.
"Eh eh kalian tau gak imam pas sholat ashar tadi siapa?" ujar Syafira membuka obrolan.
"Heh, jangan ghibah. Dosa tau," serobot Dinda.
"Manaa ada aku ghibah, aku mauu kasi tau kalian doang," jelas Syafira membuat mereka menganggukan kepalanya.
"Oohh kirain kamu mau ghibah, maaf ya."
"Emang imamnya siapa?" tanya Lina
"denger denger sih katanya gus Aksa. Itulohhh anak nya Nyai yang kuliah di Cairo," ucap Syafira dengan antusias.
"Wahh gus Aksa udah pulang?" seru Dinda dengan heboh
"Katanya udah dari seminggu yang lalu sihh," ucap syafira memberi tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Aksana
Teen FictionLina Adiratna, gadis berumur 18 tahun yang di daftarkan sang ayah ke Pondok Pesantren Darul Mushtofa. Perjodohan Lina dengan salah seorang gus membuatnya mau tak mau menerima kenyataan yang dihadapi. Pasalnya, gadis yang akrap di panggil Lina ini...