Bagian 16

1K 135 19
                                    


Apapun yang menjadi kenyamanan mu, selalu saya prioritaskan.
-Fariq Luthfan Aksa-

Aksa turun dari taxi dengan langkah terburu. Ia tak lagi memikirkan barang bawaannya karna saat ini yang ada dalam Fikirannya hanya Lina.

Tanpa memikirkan barangnya ataupun adiknya, ia segera berkejar menuju Ndalem dan mengetuk pintu yang terlihat sedikit terbuka.

"Assalamualaikum Ummi, Abi," Ucap Aksa ngos ngosan lalu segera masuk.

Diruang tamu, Abi dikejutkan dengan kedatangan Aksa. Aksa segera mencium telapak tangan Abinya lalu kembali bergegas menuju kamarnya.

Namun, sebelum Aksa beranjak, Abi Agam terlebih dahulu mencekal tangan anaknya.

"Nak, Lina gaada disini." Ucap Abi Agam seolah tau apa yang Aksa cari.

"Dimana Lina bi, bukannya Aksa suruh santriwati antar Lina ke Ndalem?" Ucapnya dengan khawatir.

"Iya, tadi Ummi mu sudah memberi tahu salah satu santriwati, tapi sampai sekarang belum ada tanda tanda mereka datang." Ucap Abi Agam menjelaskan.

"Kemungkinan istrimu sudah membaik," Sambungnya.

"Aksa ke Asrama dulu bi, mau mastiin keadaannya." Ucap Aksa pamit lalu keluar dari Ndalem.

Saat Aksa keluar dari Ndalem, Ia berpapasan dengan Azka yang repot membawa barang bawaannya.

"Azka, maaf mas merepotkanmu." Ucap Aksa disela sela larinya menuju Asrama Putri.

"Nggeh mas, ndak papa." Jawab Azka mengangguk.

Sesampainya Aksa didepan kamar Zahro 2, ia mengetuk pintu tersebut.

Tak berselang lama, terdengar decitan pintu yang menandakan pemilik kamar tersebut membuka pintu.

"Assalamualaikum, Afwan menganggu, Apakah ada Lina?" Ucapnya tak ingin berlama-lama.

"Waalaikumsalam, Mboten gus, Lina masih di Poskestren." Jawab Syafira seraya menunduk.

"Kenapa kalian disini? apakah tidak ada yang menemani?" Ucap Aksa menyerngitkan dahinya.

"Afwan gus, tadi mba Shaqueel ga bolehin kami nemenin Lina." Jawabnya.

"Baik, Syukron. saya pamit Assalamualaikum." Ucap Aksa lalu bergegas menuju Poskestren yang tak berjarak jauh dari asrama putri.

Saat Aksa sampai di Poskestren, ia kembali menyerngitkan dahinya saat melihat pintu Pkt tertutup rapat seolah tak ada orang di dalamnya.

Aksa mengetuk pintu tersebut, namun tak mendapat jawaban apapun dari dalam. Aksa memberanikan diri masuk sembari mengucapkan salam.

Setelah Aksa masuk, ia melihat keberadaan gadis yang terbaring lemah di brangkar yang terus meringis kesakitan dengan memegangi perutnya.

Aksa tak mungkin salah liat, itu sudah pasti istrinya yang sedari tadi ia khawatirkan.

Aksa segera mengelap pelipis Lina yang bercucuran keringat dingin dengan tangannya. Namun, Lina menepis tangan tersebut.

"Jangan sentuh saya, kamu bukan mahram saya." Paraunya dengan ringisan.

"Lina, ini saya." Ucap Aksa lembut menyadarkan istrinya.

Lina sedikit membuka matanya lalu menatap wajah tampan milik suaminya.

"G-gus," Ucap Lina terbata.

"Iya, saya disini." Jawab Aksa masih mengelap pelipis Lina.

"Gus, sakit.." Paraunya lagi dengan terus memegangi perutnya.

"ke Ndalem." Ucap Aksa singkat.

Tanpa menghabiskan waktu lama, Aksa segera mengangkat Lina lalu menggendong Bridal style menuju Ndalem.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang