Bagian 29

1K 81 5
                                        

"Jadikanlah yang awalnya kau haramkan, kini engkau Halalkan."
-Fariq Luthfan Aksa-


Suara riuh sahut-sahutan mulai terdengar saat kelompok vocal hadrah memulai shalawat,  menandakan pengantin yang mereka tunggu telah tiba. Alunan Sholawat terus beriringan bersama marawis yang menjadi dasar sambutan hari ini.

Sebuah mobil hitam melaju perlahan di halaman pondok pesantren yang kini telah terdekor rapi dengan tenda-tenda bernuansa putih elegan.

Pintu mobil mulai terbuka memperlihatkan sepasang suami istri yang kini lengkap dengan pakaian pengantinnya tengah berjalan menuju Ndalem. Hal itu tentu mengundang banyak sorak-sorai heboh dari para santri dan santriwati yang tentunya hadir.

"Assalamualaikum," salam Lina dan Aksa kompak lalu masuk ke dalam rumah tersebut.

Dari dalam, terdengar sahutan salam dari beberapa orang. Aksa dan Lina dengan cepat menyalami tangan Nyai Aisyah dan Kyai Agam, serta Ibu dan ayah Atthar.

"Aduhh siapa ini bercadar," ledek Ummi Ais membuat Aksa tersenyum hangat.

"Masyaallah, cantik sekali kamu nak," puji Ummi Ais menatap penuh kagum pada menantunya. Lina menunduk mengucap kata shalawat sembari tersenyum malu pada mertuanya.

"Ooh cuma Lina aja yang dipuji? Aksa engga?" cemberut Aksa merasa cemburu pada istrinya, membuat orang orang didalam ruangan tersebut tertawa kecil.

"Huuuu, masih manja sama Ummi," sorak Azka dari belakang ummi Ais membuat Aksa mendelikkan matanya tajam.

"Ya ampun, Aksa ganteng bangett, pantesan Lina klepek klepek," Bukan Ummi Ais, melainkan Shafa yang menimpali perkataan Azka tadi. Abi Agam tampak berfikir, lalu berujar,

"Ini kok kebalik, malah pada muji menantunya duluan,"

"Yo gakpapa toh, kan udah dianggep anak sendiri," sela Ummi Ais terkekeh ringan.

"Yowes, ayo keluar,"

"Sudah ditunggu sama mereka," sambung Abi Agam lagi, lalu diangguki oleh semua orang disana.

Mereka semua keluar dari Ndalem, lalu berjalan kearah pelaminan yang telah disiapkan. Sorak-sorai heboh mulai terdengar dari berbagai sudut Pesantren. Ucapan shalawat mulai terdengar bersahut-sahutan dengan hadrah yang tak berhenti ditabuh. Dengan langkah pelan, mereka menuju kursi yang sudah didekorasi se elok mungkin.

Kini mereka telah berdiri tepat dihadapan semua santri-santriwati dan seluruh pengajar Pondok. Gadis disamping Aksa terus menerus menunduk saat mendengar sorakan-sorakan santriwati yang tak henti-henti memuji.

Selang beberapa menit, Hadrah berhenti dan diikuti oleh alunan shalawat yang mulai berhenti. Beberapa kata sambutan mulai diucapkan oleh pembawa acara untuk penyambutan acara pada pagi hari ini.

"Baik itulah beberapa kata yang dapat saya sampaikan. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf," ujar seorang pria menyudahi pembukaan acara.

"Selanjutnya, saya persilahkan kepada pengantin yang sedari tadi sudah menjadi bahan sorotan," sambungnya sembari sedikit bersenda gurau dengan para santri.

"Tes.. Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh," ucapan salam dari Aksa yang menggema dari seluruh sudut pesantren itu dengan cepat mendapat seruan jawaban dari ribuan tamu yang hadir.

"Sebelum saya lanjutkan acara ini, izinkan saya terlebih dahulu untuk menjelaskan kesalah-pahaman yang terjadi beberapa waktu lalu,"

Seluruh tamu mulai menyimak penjelasan dari gusnya tersebut. Dengan tegas, Aksa mulai mengungkapkan apa yang terjadi.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang