Bagian 17

1.1K 127 29
                                        


Aku tidak peduli tentangnya dimata orang lain, karena bagiku dia sangat sempurna.
-Fariq Luthfan Aksa-

Ditengah teriknya panas matahari, terdapat satu gadis yang berdiri kepanasan ditengah lapangan.

Lebih tepatnya, gadis itu diberi takzir karna kesalahan yang ia buat.

Shaqueel, itulah nama gadis yang kini tengah berdiri ditengah lapangan. Ia diberi takzir disebabkan karna mengaku bersalah atas lalai menyampaikan amanah.

Masih ingat dengan kejadian tadi malam? Tepatnya saat Lina mengalami sakit pada perutnya.

Nyai Aisyah telah mengamanahkan Shaqueel untuk membawa Lina ke Ndalem, namun sama sekali tak digubris olehnya.

Kesalahan fatal selanjutnya saat Shaqueel melarang siapapun menemani Lina pada saat keadaan darurat.

Bukankah itu dapat membahayakan seseorang?

Aksa yang mengetahui hal itu, tak tinggal diam. Ia lah yang mentakzir santriwati tersebut.

Shaqueel harus berdiri dari jam sembilan hingga waktu dzuhur tiba.

Banyak pasang mata yang berlalu lalang melihatnya sinis. Itu membuat Shaqueel terus menerus memaki dirinya.

Tentunya, banyak juga yang membicarakan gadis itu, tanpa segan segan santri lain membicarakan dirinya secara terang terangan.

"Awas lo Lina, ga gue biarin lo lepas!" Gumamnya penuh amarah.

🌷🌷🌷🌷

Suara tawa lepas menghiasi sebuah ruangan sederhana yang diisi oleh dua pasangan berikatan halal.

Asal suara tersebut berasal dari Lina dan Aksa yang berada di dalam kamarnya. Sebelum Aksa mengajak istrinya berjalan, Ia terlebih dahulu mengabiskan waktu bersiap siap untuk bersenda gurau dengan Lina.

Aksa terus menggelitik tubuh Lina hingga gadis itu mengeluarkan air mata dalam tawanya.

"Mas Udah, Hahahaa Lina capek." Ucapnya sembari terus tertawa.

"Iya iya, gih siap siap." Jawab Aksa mengehentikan kegiatannya.

Setelah keduanya siap, mereka keluar dari kamar lalu meminta izin pada Ummi ada Abi untuk keluar sebentar. Ummi dan Abi tentu mengizinkan mereka.

Aksa sengaja mengulur waktu untuk keluar dari dalem pada pukul 13.00 saat semua santri sudah memulai pelajarannya.

Yang Aksa harapkan, tak ada pasang mata yang memperhatikan kedekatan mereka karna ditakutkan akan menimbulkan fitnah yang tidak tidak.

Kedua pasangan tersebut keluar dari Ndalem lalu segera menuju mobil milik Aksa.

Aksa memasangkan seat belt pada tubuh Lina lalu memasangkan untuk dirinya demi tujuan keamanan berkendara.

Aksa melajukan mobilnya menuju luar kawasan pesantren. Lina sedikit Asing dengan suasana yang ada di kota Malang.

"Kita mau kemana, Humairah?" Tanya Aksa tetap fokus mengemudikan mobilnya.

"Terserah, Lina ngikut." Ucapan keramat 'terserah' dari istrinya membuat Aksa seketika frustasi.

"Ke Mall mau? nanti ke store gamis." Tawar Aksa yang langsung mendapat anggukan senang dari Lina.

Aksa kembali melajukan mobilnya menuju salah satu Mall besar yang ada di Malang.

Perjalanan menempuh waktu sekitar tiga puluh menitan dari area Pesantren hingga berada di Mall.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang