Bagian 21

1K 111 49
                                        

"Setiap jalan yg diberi Allah pasti akan berakhir bahagia, walaupun harus mengeluarkan air mata"
-Lina Adiratna-

Kala itu mentari pulang, kehadirannya digantikan oleh sang Rembulan. Meski langit tak benderang seperti saat bersama mentari, ia tetap menawan bersama rembulan

Angin berhembus kencang, menembus diri yang rapuh. Malam ini, di sebuah ruangan sederhana milik seorang lelaki tengah digerogoti oleh suasana sepi serta sunyi. Tak ada gelak tawa maupun obrolan yang terdengar sejak mentari mulai terbenam.

"Maaf," parau seorang gadis yang menunduk memecah keheningan malam.

Aksa, yang tengah terduduk di samping gadis cantik itu segera menghadap pada istrinya.

Dengan lembut, Aksa menjawab "Maaf untuk apa?"

"Maaf telah mempermalukan Gus didepan khalayak ramai," lirih Lina menjawab pertanyaan dari suaminya.

"Maaf udah bikin Gus repot," Sambungnya lagi.

Air matanya tak lagi terbendung, cairan putih bening itu kembali membasahi pipi mulus milik Lina. Untuk kesekian kalinya, Lina kembali menangis.

Aksa membawa istri kecilnya itu masuk dalam dekapannya. Aksa berharap bahwa hal kecil ini akan membuat Lina tenang. Namun, alih alih tenang istrinya semakin menangis sesenggukan didalam dekapannya.

"Kamu ga salah, kamu hanya menjadi korban," ujar Aksa lirih.

Lelaki itu mengeratkan pelukannya, mengusap lembut punggung istrinya sembari melafalkan beberapa doa penenang.

Tak membutuhkan waktu lama, tubuh ringkih istrinya kini telah tertidur dalam dekapannya. Aksa menatapnya sendu, matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Lina, semua ini karna saya. Maaf," lirihnya pelan sembari menatap teduh wajah Lina.

Setetes air mata Aksa berhasil jatuh pada pipi indah milik istrinya. Aksa segera mengusapkan jarinya pada wajah istrinya agar tak ketahuan. Ia juga menghapus air mata yang meluruh di wajahnya dengan kasar menggunakan baju pada lengannya.

Aksa menidurkan Lina perlahan, berusaha agar gadis itu tak terbangun kembali. Lelaki itu bergerak menarik selimut tebal miliknya untuk menutupi separuh badan Lina. Aksa mengecup kening istrinya sekilas, sebelum akhirnya ia membaringkan tubuhnya di samping gadis itu.

🌷🌷🌷🌷

'Allahuakbar Allahuakbar....'

Adzhan Subuh mulai terdengar dan masuk dalam indra pendengaran manusia. Aksa membuka matanya sembari menggososok gosokkan matanya dengan tangannya.

Aksa melihat pada tempat tidur disampingnya, ia seketika menyerngitkan dahinya, berfikir dimana gadis itu berada pada saat subuh.

Aksa beranjak dari tempat tidurnya lalu bergegas keluar dari kamarnya. Saat hendak membuka pintu kamar, Aksa kembali dibingungkan dengan kondisi pintu yang masih terkunci dari dalam. Artinya, Lina belum keluar dari kamar tersebut.

Kini Aksa telah mengambil wudhunya. Walau dilanda rasa cemas, ia tak boleh meninggalkan sholat sebagaimana kewajiban seorang muslim.

Setelah ia selesai sholat dan juga berdoa, ia segera mencari sang ibu untuk menanyakan keberadaan istrinya.

"Assalamualaikum Ummi, ada liat Lina ga?" Aksa bertanya dengan tergopoh-gopoh.

"Waalaikumsalam nak, Ummi engga liat," jawab Ummi Ais sembari menatap sang putra.

"Bukannya masih dikamar?" sambungnya

"Lina gaada dikamar Ummi, kayanya keluar," sanggah Aksa khawatir.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang