Bagian 22

921 94 58
                                    

"Pada dasarnya, bahagia itu perlu dicari. bukan datang sendiri."
-Lina Adiratna-

"Ihh mass, Lina basah ih," kesal Lina saat selang air yang dipegang Aksa tiba tiba mengarah padanya.

"Oo kamu basah, Zaujati?" ucap Aksa berpura pura tidak tau.

"Iya ini basah, liat baju lina basah," semprot gadis itu pada Aksa.

"Galak bener yang lagi pms," gurau Aksa kembali mengarahkan selang air tersebut lagi pada Lina.

Gadis itu tak tinggal diam, ia juga mengarahkan selang air yang dipegangnya untuk menyiram Aksa.

"Astagfirullah, balas dendam ya mbak?" ledek Aksa sedikit terkekeh.

"iya saya mau balas dendam, dendam dari lubuk hati yang paling dalam," ujar Lina dengan suara lantangnya didepan Aksa.

"Yaudah, sini bales kalo bisa," tantang Aksa berlari di halaman rumah sembari menyiram Lina dengan air.

Pasangan halal tersebut kini tengah berlari larian mengelilingi halaman luas milik Ayah Atthar. Mereka berlarian dengan tak luput dari gelakan tawa yang terdengar lembut dari kedua orang itu.

Ibu Shafa keluar dari rumahnya saat mendengar gelak tawa dari samping rumahnya, ia kini mencari keberadaan kedua anaknya. Shafa terkejut takkala melihat anaknya bermain kejar kejaran bak anak kecil.

Shafa menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah absurd mereka.

"Astagfirullah, katanya mau siram tanaman," ujar Shafa sedikit berteriak dari teras rumahnya.

"Kok malah siram manusia,"

"Mas Aksa duluan nih bu," jawab Lina dengan terus berlari larian mengejar suaminya.

"Ga sengaja ibuu, jangan marahin Aksa," seru Aksa tersenyum bahagia.

"Kaya anak Tk aja kalian ini, jangan lama lama main airnya," titah Shafa dan segera diangguki oleh Lina dan Aksa.

Shafa beranjak duduk di kursi terasnya sembari menikmati teh hangat yang sudah ia siapkan sebelumnya. Suasana sore di depan rumah benar benar menjadi kenyamanan siapapun yang merasakannya.

Shafa terus melihat anak anaknya yang sedang berlarian kesana kemari dengan memegang selang air. Rasanya ia bernostalgia saat ia masih kecil dulu.

🌷🌷🌷🌷

Langit gelap disertai dengan angin sejuk yang bertiup. matahari sudah terbenam tergantikan dengan cahaya bintang dan bulan yang bersinar di kegelapan.

Purnama pada akhirnya menunjukkan diri bersamaan dengan perginya sang mentari, hari mulai berlalu memasuki gelapnya malam yang tenang.

Adzhan Maghrib berkumandang menandakan bahwa saatnya kembali beribadah. Kali ini, Aksa yang mengimani sholat. Mereka sholat dengan khusyuk dan khidmat hingga selesai.

Menadahkan tangan serta memohon ampunan pada Allah SWT tak pernah mereka lupakan saat setelah sholat. Bahkan, pada saat saat seperti inilah mereka dekat kepada sang pencipta.

Setelah kegiatan berdoa selesai, mereka saling bersalam salaman sebagai mana mestinya. Aksa mencium tangan kedua mertuanya. Jika ditanya kemana Lina, maka jawabannya gadis itu masih belum selesai dari menstruasinya.

"Yasudah, ibu ke dapur dulu," pamit Shafa dari tempat sholatnya.

"Nggeh bu," jawab Aksa tersenyum.

Kepergian Shafa diikuti juga oleh Atthar dari belakang. Kini hanya menyisakan Aksa seorang. Aksa beranjak, bukan untuk keluar namun ingin meraih satu Al-Qur'an yang ada di rak buku.

Cerita AksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang