"setiap perbuatan buruk yang kita alami, pasti akan ada waktunya untuk terbongkar dengan sendiri"
-Lina Adiratna-Ayo sayang, sudah ditungguin ummi," ujar pria berjubah putih dengan terburu buru didalam rumahnya.
Pria bertubuh tegap itu segera meraih kunci mobil yang tergeletak diatas nakas lalu memasukkannya dalam saku jubahnya. Kini kakinya melangkah beriringan bersama gadis kecil disebelahnya untuk segera menuju garasi rumahnya.
Mobil hitam yang ditumpangi oleh Aksa dan Lina kini mulai melajukan kecepatannya. Seperti ucapan Umminya tadi malam, mereka disuruh untuk pergi ke ndalem pagi hari. entahlah apa alasannya.
Tak butuh waktu lama, kendaraan milik Aksa
sudah memasuki dalam area Pondok Pesantren Darul Mushtofa. Aksa memarkirkan mobilnya tepat didepan Ndalem. Matanya memicing, melihat mobil lain yang telah terparkir lebih dulu disampingnya.Tanpa berbasa basi, Aksa turun dari mobilnya bersamaan dengan istrinya. Beberapa pasang mata santri menatap kagum pada keindahan mereka berdua. Kaki aksa dan Lina pun mulai menapaki lantai teras Ndalem.
"Assalamualaikum," ucap mereka berdua memberi salam di ambang pintu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab beberapa orang dari dalam. .
"Masuk nak," ujar Ummi Ais mempersilahkan anak anaknya masuk ke Ndalem.
Pria dan gadis itu beranjak memasuki Ndalem lalu menyalami tangan Abi dan Umminya. Untuk ketiga orang tamunya, mereka hanya menyatukan tangannya didepan dada.
Lina mendudukkan dirinya di sofa tepat disamping Ummi Ais, sedangkan Aksa duduk di samping Lina.
Mata Lina melotot tersaat ia melihat siapa gadis yang ada didepannya. Ia memicingkan lagi matanya untuk memastikan siapa gadis yang tengah tertunduk itu. Dan dugaannya benar, itu adalah Nindya. Gadis yang beberapa kali telah membully Lina.
Lina seketika menggenggam tangannya erat, seolah ada rasa trauma saat melihat gadis didepannya. Aksa melirik, lalu mengulurkan tangannya ke tangan istrinya untuk ia genggam. Karna tak ingin berlama lama, Aksa berniat untuk segera membuka suara.
"Ada apa ini, abi?" tanya Aksa sembari menoleh kearah Abinya.
"Karna kita sudah lengkap, mari saya jelaskan mengapa saya memanggil wali santri ini," tegas Kyai Agam membuat ketiga tamunya terus menunduk.
"Jadi, Santriwati yang bernama Nindya Wulandari ini, telah banyak melakukan kasus pembullyan," terang Kyai Agam yang membuat kedua orang tua Nindya melotot kearah anaknya.
"Sudah banyak sekali korban yang ananda bully, salah satunya menantu saya." lanjut Kyai Agam kembali menjelaskan.
"M-menantu?" sela ayah Nindya dengan dahi yang berkerut.
"Ya, saat itu memang menantu saya tidak ingin diungkapkan statusnya karna masih akan mencari ilmu di pondok kami."
"Semua santriwati yang menjadi korban tak pernah mengadu kepada kami, yang membuat kasusnya tak pernah kami ketahui. Namun, setelah ananda Nindya mulai melakukan kekerasan kepada menantu saya, disitulah kami tau bahwa terdapat perundung dalam pesantren saya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Aksana
Teen FictionLina Adiratna, gadis berumur 18 tahun yang di daftarkan sang ayah ke Pondok Pesantren Darul Mushtofa. Perjodohan Lina dengan salah seorang gus membuatnya mau tak mau menerima kenyataan yang dihadapi. Pasalnya, gadis yang akrap di panggil Lina ini...