"Jangan pernah menganggap bahwa dirimu sendirian, karna sesungguhnya banyak yang perhatian, namun tak langsung diungkapkan."
-Lina Adiratna-Sapuan angin yang hangat menyapa kulit, indahnya cahaya rembulan tergantikan oleh terangnya cahata mentari yang menerangi indahnya semesta.
Saat ini, terdapat tiga orang yang tengah duduk di teras rumah yang tampak minimalis. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Aksa dan kedua mertuanya.
Mereka tengah asik berbincang sembari menikmati kopi yang telah dibuat sebelumnya.
"Loh, Lina mana?" tanya Shafa pada Aksa.
"Masih tidur?" sambungnya lagi."Ohh ngga bu, masih mandi kayanya," jawab Aksa memberi tahu dan diangguki oleh Shafa.
"Kirain tadi udah mabar," seru Atthar spontan membuat Shafa dan Aksa mengerutkan dahinya kebingungan.
"Mabar apa toh pak?" tanya Shafa penasaran pada suaminya.
"Mandi bareng lhoo buk," jawab Atthar cengengesan sebelum akhirnya mendapat cubitan kecil dari istrinya. Aksa yang melihat itupun ikut terkekeh.
"Oh iya, Aksa sama Lina pulang ke Malang hari ini ya bu, yah," ucap Aksa berniat memberitahukan.
"Insyaallah jam delapan," sambungnya.
"Loh sejam lagi kan ya?" kini bukan Arthar yang menjawab, namun Shafa.
"Nggeh bu,"
"Hati hati dijalan ya nak, jangan ngebut ngebut," peringat Atthar pada menantunya.
"Nggeh, siap yahh,"
"Ingat, yang kamu bawa ini istri, bukan temen," seru Atthar lagi sembari tertawa kecil.
"Hehhe nggeh,"
"MASSS," teriak Lina dari dalam rumah yang tampaknya sedang mencari cari keberadaan suaminya itu.
"Dalem, sayangg," jawab Aksa sedikit memekik dari teras.
"Mass dimanaa?" Teriak Lina lagi.
"Di teras," jawab Aksa sembari menolehkan kepalanya ke arah pintu.
Beberapa detik kemudian, Aksa melihat kemunculan istrinya dari balik gorden ruang tamu. Saat Lina telah melihat batang hidung Aksa, ia seketika berlari menuju tempat suaminya berada.
Tanpa melihat sekitar, Lina spontan memeluk tubuh tegap suaminya. Aksa tersentak takkala mendapat pelukan mendadak dari Lina. Ia hanya bisa tersenyum kearah kedua mertuanya yang kini sedang senyum senyum.
"Pripun sayang, Pangku?" tawar Aksa pada istrinya dan segera diangguki oleh Lina.
Saat Lina melepas pelukannya dari Aksa, barulah ia melihat keberadaan kedua orangtuanya yang sedari tadi melihat tingkahnya.
Atthar menggeleng gelengkan kepalanya sembari terkekeh, sebelum akhirnya ia berseru,
"Persis kaya ibuk dulu, manjaa poll," ucap Atthar menatap kearah Shafa.
"Ya iyalah, kan anak Ibu." jawab Shafa tersenyum bahagia.
Lina malu, entah ingin ditaruh dimana mukanya sekarang. Rasanya ia ingin pindah planet sekarang juga. Lina beranjak berdiri untuk segera masuk kembali. Namun, kedua tangan kekar Aksa tiba tiba menarik pinggangnya hingga ia terduduk diatas paha milik suaminya.
"M-mass," gugup Lina saat mendapat perlakuan spontan dari Aksa.
"Kursinya hanya tiga sayang," ujar Aksa tersenyum simpul pada istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Aksana
Teen FictionLina Adiratna, gadis berumur 18 tahun yang di daftarkan sang ayah ke Pondok Pesantren Darul Mushtofa. Perjodohan Lina dengan salah seorang gus membuatnya mau tak mau menerima kenyataan yang dihadapi. Pasalnya, gadis yang akrap di panggil Lina ini...