5. Beda dari yang lain

100 74 46
                                    

Pagi hari dihari selasa, pagi yang cerah. Tapi tidak secerah hari-hariku. Aku sedang menunggu Bima menjempuku, waktu malam Bima bilang akan menjemput, jadi aku tunggu. Ya, walaupun tiap hari aku pergi  kesekolah bersamanya, tapi aku merasa tidak enak. Aku takut merepotkannya.

"Sorry, Ra. Lama, ya??" Bima datang tepat sebelum aku akan meneleponnya.

"Nggak, kok." jawabku.

"Yaudah, naik."

"Hmm," balasku singkat.

Lalu Bima menjalankan sepedanya. Ya, sepeda. Dengan apalagi kami berangkat sekolah jika bukan menggunakan sepeda. Kalian masih ingat sepeda ontel yang kemarin aku ceritakan? Itu sepeda yang sedang kami naiki.

Selama perjalanan kami tidak membicarakan topik apapun. Kami hanya diam, sampi deru nafas Bima yang kelelahan pun bisa terdengar. Sepertinya dia keberatan karena memboncengku.

"Kalo capek, sini biar gue aja yang bawa sepedanya," ucapku menawarkan diri.

"Nggak usah, gue bisa kok. Ya kali, cewek yang bonceng cowok? Kan gak lucu," tolaknya sambil terus menggowes.

"Yaudah, pulang nanti gue yang bawa sepedanya. Gimana??" tawarku lagi masih kekeuh.

"Ettt dah. Nyampe sekolah aja belum, udah mikirin pulangnya gimana." Bima tertawa renyah. Suaranya sangat membuatku candu. Jadi ingin mendengarnya lagi dan lagi.

"Ehh. Bener juga ya," akhirnya aku diam lagi.

"Waktu malem, lo belajar kagak??" tanyanya lagi memulai topik pembicaraan.

"Belajar lah. Ampe larut malem gue belajarnya," kataku jujur. Aku memang waktu semalam belajar sampai larut malam. Untung saja tadi pagi aku tidak terlambat bangun.

"Lo begadang?? Kan, dah gue bilang jangan begadang. Kalo mau belajar, jangan ampe larut malem. Gak baik buat kesehatan lo, Zora." Bima sudah mulai memarahiku.

"Gue gak begadang. Kan, kata Rhoma Irama juga gak boleh begadang," kataku.

"Begadang, jangan begadang
Kalau tiada ayangnya
Begadang boleh saja
Kalau ada pacarnya."

Tiba-tiba Bima bernyanyi lagu tersebut. Tapi lirik lagu-nya diubah. Memang kocak.

"Begadang, jangan begadang
Kalau tiada artinya
Begadang boleh saja
Kalau ada perlunya," kataku membenarkan.

"Lah, emang yang tadi gue nyanyiin salah??" tanya Bima.

"Ya, Jelas salah lahh," akhirnya aku terpancing emosi. Tapi aku harus tetap sabar menghadapi cobaan ini.

"Ooh. Ya sorry, gue kan gak tau," katanya.

"Lagu gitu doang gak tau," aku mencibir.

"Kan, selera musik saya bukan dangdut, mbak," ucapnya membela diri.

"Ya, makanya harus tau, mas," aku menjawabnya.

"Tapi kan, aku gak peduli, Sasuke."

"Ya, harus peduli. Peduli sesama itu penting, Naruto."

"Bacot lo, Hinata."

"Ettt dah, Takamechi."

"Takemichi, bodoh!!!"

"Ehh iya, maap gak tau gue." aku tertawa.

Dan Bima, dia juga ikut tertawa. Tidak peduli pada banyak orang yang menatap kami dengan sinis.

"Kok lo gak tau sih, tentang Anime??" tanya Bima.

"Gue tau, tapi gak terlalu tau," kataku.

"Maksudnya gimana, bego??" Bima mengataiku.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang