20. Nyuksruk dan Ngambek

52 49 25
                                    

Hai hai haiiiii
Gimana sama hari ini? Baik semua, kan??

Aku sih, nggak.

Okeyyy langsung aja...

Happy Reading.

Jangan lupa vote, komen, follow, n share cerita ini ke teman-teman kalian.

Bayyyyy

"Ra!!! Ayo lah, ceritain semuanya!!!" pagi-pagi sekali Bima sudah datang ke rumahku sambil menggedor-gedor pintu.

Hari Rabu ini, sekolahku libur. Guru-guru melakukan rapat diluar kota, kalau tidak salah ke Bogor. Tadinya hari Rabu ini akan aku habiskan dengan tidur, tidur, dan tidur. Namun Bima menggagalkan semuanya, dia berteriak nyaring sekali didalam kamarku membuat aku yang masih tidur menjadi terbangun. Suaranya seperti tikus kejepit. Sangat berisik.

Dia melemparkan bantal dan guling ke arahku, kemudian menutup hidungku dengan tanganya yang bau--bercanda, lalu mencubit pipi tembamku. Sudah berbagai cara Bima lakukan untuk membangunkanku, namun aku enggan untuk bangun. Aku masih mengantuk.

"RA!! KALO LO GAK BANGUN JUGA, GUE TENDANG LO KEDASAR LAUTAN!!. BENERAN INI MAH, GAK BOONG!!" dengan suara deep voice-nya, Bima berteriak sangat keras.

Teriakan Bima yang mungkin saja bisa memecahkan kaca jendela tidak juga membuatku untuk bangun, membuka mata saja aku enggan. Lagipula, ini masih pagi. Aku masih ingin tidur. Bima sangat mengganggu.

"Gue tindih lo beneran," desis Bima tepat ditelingaku. Ancaman itu terdengar tidak main-main.

Mendengar desisan itu, aku lantas membuka mata dan duduk tegak. Bima yang melihat itu menyeringar tipis, sangat menyebalkan.

"Lo tuh, masih pagi juga!! Bisa gak sih, nanti aja minta ceritanya?!! Gue masih ngantuk Bima Sakti Pranayudha!!!" kataku berteriak.

"Ck, gue udah penasaran banget ini. Cepet lo ceritain!!" kata Bima memaksa.

"Iya deh, nanti tapi. Gue mau mandi, makan, abistuh mau beresin rumah dulu, baru gue cerita," ujarku santai.

"Lo!!! Jangan bikin gue penasaran, Ra. Lo tau kan, apa akibatnya kalo bikin gue penasaran?!" ucap Bima tajam sambil menatap intens kedua mataku.

Aku mengerjap untuk mencerna kata-kata Bima, lalu mengangguk.

"Jadi, setelah lo mandi, abistuh makan, langsung cerita ke gue. Lagian juga ada bi Inah ini. Kenapa harus lo yang beresin rumah?" ucap Bima lebih santai daripada sebelumnya.

"Pengen nyibukin diri sendiri," kataku sekenanya.

"Serah lo."

Setelah mengatakan itu, Bima langsung keluar dari kamarku dengan langkah berdentum-dentum dan muka di tekuknya. Sudah keberapa kali aku bilang jika mengganggu Bima itu menyenangkan, intinya membuat lelaki itu emosi adalah rutinitasku. Mungkin seperti, tiada hari tanpa mengganggu Bima. Dan tanpa sadar, senyuman tipis terbit dari bibirku.

Karena lelaki itu sudah keluar dari kamarku, aku langsung beranjak dari kasur dan membuka gorden. Saat baru saja aku membuka gorden, cahaya matahari yang sangat silau sudah menyapaku dan membuatku menyipitkan mata karena sangat silau.

Masih didepan jendela kamar yang memperlihatkan pemandangan komplek yang ramai orang-orang lalui, aku meregangkan tubuhku yang pegal-pegal karena baru bangun tidur. Setelah puas, aku menjauhi jendela dan masuk ke dalam kamar mandi.

Didalam kamar mandi, aku terdiam di depan cermin yang memantulkan diriku, aku menatap pantulan diriku dengan tatapan sendu. Aku memikirkan tentang bagaimana caranya untuk menjelaskan semuanya kepada Bima. Cara menjelaskan kenapa Yora bisa meninggal. Dan apakah aku harus menceritakan juga tentang diriku yang selalu disiksa oleh kedua orangtuaku. Tapi, apakah Bima akan percaya? Aku harap dia akan mengerti dan mempercayaiku.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang