Hari sudah sore, aku sudah pulang dari rumah Bima dan diantar olehnya. Sekarang aku sedang di depan rumahku, rumah minimalis dan bercat putih. Rumahku tidak terlalu besar juga, ya mungkin sederhana.
Jangan tanyakan bagaimana aku menjelaskan tentang tanganku pada Bima dan Bundanya, aku memiliki banyak alasan untuk mengelak. Dan alasan yang aku pilih adalah bengkak karena tertimpa buku paket tebal saat aku mencari buku Lks dirak buku.
Dan dengan mudahnya mereka percaya. Apakah aku berdosa karena telah membohongi mereka? Tapi aku tidak memiliki cara lain, aku juga tidak ingin mereka tahu bagaimana sifat orangtuaku saat dirumah.
Mereka--Bima dan orangtuanya--tidak tahu bagaimana orangtuaku saat sedang dirumah. Mengapa mereka tidak tahu padahal sudah sering berkunjung kerumah ku? Karena orangtuaku berpura-pura baik didepan keluarga Bima. Orangtuaku melakukan itu karena ada alasan, dan alasannya tidak mau nama baik mereka tercemar.
Tapi apa itu hanya akan percuma? Jelas itu akan percuma. Sedalam apapun kamu mengubur bangkai, pasti akan tercium juga.
Dengan langkah yang sangat pelan, aku memasuki rumah. Aku sudah seperti maling yang akan merampok rumah. Aku takut jika orangtuaku sudah pulang. Tapi sepertinya belum. Karena yang aku lihat hanya ada Bi Inah--ART dirumahku--yang sedang menyiapkan makan malam.
"Assalamualaikum...bi, Zora pulang," ucapku memberi salam.
"Waalaikumsalam...ehh, Non Zora sudah pulang?" jawabnya sambil menghampiriku.
Aku menyalami tangan Bi Inah, dan menjawab "Udah, Bi. Mama-papa belum pulang, kan?"
"Belum, Non. Paling nanti malem."
"Oohh iya Bi," jawabku singkat.
"Non Zora sudah makan belum?" tanya Bi Inah padaku.
"Kalo makan malem, belum Bi."
"Yaudah Non mandi aja dulu, abis itu makan," titah Bi Inah.
Aku heran, sebenarnya ibu kandungku itu Bi Inah atau Mama?? Karena selama ini, yang menjadi sosok seorang Ibu untukku adalah Bi Inah. Ya, setelah kejadian kelam 3 tahun yang lalu.
"Iya Bi..." setelah mengatakan itu, aku pergi kekamar ku dilantai dua, dan meninggalkan Bi Inah dilantai satu.
Sesaat tiba dikamarku, aku terdiam di depan cermin yang memperlihatkan wajahku. Menurutku aku itu, cantik. Akhh sudahlah lupakan.
Kamarku itu bernuansa putih, karena aku menyukai warna putih jadi dulu aku meminta papa untuk mengecat kamarnya berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Selfish?
Fiksi Remaja"Lo jangan egois, Zora!!" "Gue yang lebih dulu suka sama Lo, Bima!!" "Tapi lo sahabat gue." "Gue gak peduli." "Buang jauh-jauh sifat egois lo." "Gue suka sama lo dari dulu, Bim." "Buang jauh perasaan lo ke gue." "BIMAAAAA!!!" ○●○●○●○ Apa seorang per...