31. Gadis itu lagi

27 32 13
                                    

Tetewww

Ayam kambekk🎉🎉

Sorry jarang up karena...sibuk. Hehee

Janlup votementnya yakk. Happy reading...

Hari baru pun tiba, kini aku sudah naik kelas XI SMA. Jangan tanya bagaimana nilai raportku, menurutku itu sangat memuaskan, tapi tidak dengan kedua orangtuaku. Menurut mereka itu tak ada apa-apanya.

Mereka yang tidak tau seberapa kerasnya aku berjuang, dengan seenaknya saja membuatku down. Aku hanya ingin mereka menghargaiku, apa itu susah? Tidak kan?!

Selama libur sekolah pun aku tidak bertemu Bima, terakhir kali aku bertemu dengannya saat pembagian raport. Setelah itu aku tidak lagi bertemu dengannya. Itu pun karena aku tidak dibolehkan keluar rumah oleh Mama-papa, mereka terus saja menyuruhku belajar.

Pagi ini aku memulai hari baru. Aku sudah tidak peduli dengan hasil yang akan kudapat, dan juga aku tidak peduli dengan siksaan Mama-papa. Aku hanya ingin menjalani kehidupanku tanpa tekanan, dan tanpa beban.

Aku mengambil ponsel dan menelpon Bima. "Halo, Bim?" ucapku saat panggilan tersambung.

"Halo? Siapa, ya?" jawab lelaki itu membuatku terpaku. Apa-apaan ini? Kenapa Bima bertanya seperti itu? Apa dia marah?

"Bim...lo masa lupa sih, sama gue?" ujarku lemah.

"Emang lo siapa?" tanyanya lagi.

"Bima!!! Jangan bercanda!!!" geramku sambil meremat ponsel yang kugenggam.

"Keluar, gue udah didepan," ucapnya sinis lalu memutuskan sambungan telpon.

Aku agak sebal pada Bima, apa salahku sampai dia merajuk? Huh, seharusnya aku tidak perlu memikirkan itu karena sudah tau jawabannya. Selama libur sekolah, aku sama sekali tidak mengabari Bima lewat telpon ataupun pesan singkat, dan juga...kami tidak pernah bertemu.

Dasar bodoh, kau Zora!!!

Aku bergegas keluar dari kamar dan menemui Bima didepan rumah. Aku sampai lupa sarapan saking geramnya dengan Bima, seharusnya dia tidak perlu semarah ini. Ini hanya kesalah pahaman diantara kami saja.

Huh, menyebalkan.

Saat sudah sampai di depan gerbang, bisa kulihat siluet lelaki yang tengah duduk dijok motor kesayangannya. Entah mengapa aku menjadi canggung seperti ini, aku tidak nyaman dengan keadaan ini.

"Bim," panggilku.

Lelaki itu berbalik, dan terlihat raut wajahnya yang kecewa. "Kenapa lo gak ngehubungin gue sama sekali? Kenapa chat gue cuman di read? Kenapa telpon gua gak pernah diangkat dan selalu lo tolak? Kenapa, Ra?!!" tanyanya beruntun.

"Maaf..." aku menundukan kepala.

"Lo tau gak gua khawatir banget sama lo? Gue hampir gila gara-gara lo gak bales chat gue hampir dua minggu ini," ucapnya dengan nada risau.

"Maaf, tapi━"

"Tapi apa?" sela lelaki itu.

"Hp gue dipegang Mama-papa, dan gue dipaksa belajar. Mungkin saat lo chat ataupun telpon gue, Mama-papa yang pegang Hp-nya," jelasku dengan lirih.

"Gak bohong, kan?" Bima memastikan lagi.

"Gue gak bohong, Bim. Gue beneran jujur," ucapku meyakinkan.

"Yaudah kalo gitu, ayo berangkat sekolah," finalnya.

Sesampainya  di sekolah Bima langsung menarikku ke kelasnya padahal aku akan pergi ke kelasku sendiri, tadinya aku akan mendengarkan musik sambil menunggu bel berbunyi, tapi gagal.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang