17. Karena Hujan

53 53 21
                                    

Hai hai haiiiii

Gimana sama hari ini? Baik semua, kan??

Tidak perlu basa-basi, langsung saja.

Happy reading.

Biasakan pencet bintangnya. Janlup komen, follow aku, n share cerita ini ke teman-teman kalian.

Bayyyyy

Angin sore yang berhembus menerpa wajahku, sangat dingin. Langit sore di hari ini terlihat mendung seperti akan turun hujan.

Beberapa saat yang lalu aku dan Bima sudah pulang dari kafe tempat aku dan teman-temanku berkumpul.

Kami berdua berniat akan pergi ke makam Yora. Sudah sangat lama aku tidak datang berkunjung ke makamnya, aku sampai lupa kapan terakhir kali aku kesana.

Bima menghentikan motornya didepan toko bunga, tadi dia bilang akan membeli buket bunga untung dibawa ke makam. Entah bunga apa.

"Mau ikut, atau tunggu disini?" tanya Bima padaku.

"Disini aja," jawabku singktat.

Setelah mendapat jawaban dariku, Bima melepas helm full face yang menutupi kepalanya. Dia turun dari motor, dan masuk kedalam toko.

Tidak sampai sepuluh menit, Bima sudah kembali sambil membawa buket bunga tulip warna putih. Buketnya sangat cantik. Aku yakin, Yora pasti sangat senang karena Bima membawakan bunga favoritnya.

 Aku yakin, Yora pasti sangat senang karena Bima membawakan bunga favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pegang," titah Bima lalu memberikan buket tersebut padaku. Aku menerimanya.

Lelaki itu kembali memakai helm, dan menghidupakan mesin motornya lalu menjalankan motor menjauhi toko bunga. Makam dan toko bunga tadi jaraknya tidak terlalu jauh, hingga hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai disana.

Sesampainya dimakam, Bima memarkirkan motornya diparkiran. Aku turun dari motor Bima, dan melepas helm yang tadi kupakai. Begitupun dengan Bima, dia juga melakukan hal yang sama denganku.

Kami berjalan berdampingan melewati makam yang berjajar rapi. Tidak lama kemudian, kami berdua sampai didepan makam Yora yang sangat bersih dan terawat. Aku lega jika makam Yora sangat bersih, itu berarti makamnya sangat dirawat dan dijaga.

"Assalamualaikum, kak. Gue dateng sama Bima nih," ucapku memberi salam.

"Waalaikumsalam..."

"Anjirr! Lo ngagetin gue, goblok!!"

Bagaimana aku tidak kaget? Tiba-tiba saja ada yang menjawab salamku. Aku kira itu siapa, tapi ternyata itu adalah Bima. Sialan memang.

Aku berjongkok disamping makam Yora, dan Bima berjongkok didepanku. Aku menaruh buket bunga yang tadi Bima beli didekat batu nisan bertuliskan Yora Novalina binti Joni Dewantara.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang