Hai hai haiiiiiii
I kombekkkk!!! Kalian kangen gak sama I?? Nggak deh pasti.
Gimana hari ini?? Baik semua, kan??
Aku up lagi dari sekian lamanya aku udah gk up. Karena klian maklumi lah ya, aku very very very sibuk bangettttt
Dah lah ya, gosah kebanyakan basa-basi karena itu basi.
Janlup Vote, komen, follow, n share cerita ini ke temen-temen kalian.
Happy Reading ^-^
●
●
Setelah keributan yang tadi kami--aku dan Bima--buat saat di kantin, kami tidak lagi berbicara satu sama lain. Bahkan saat kami berdua papasan di koridor, aku tidak melirik kearah Bima sama sekali.
Sebenarnya aku ingin meminta maaf padanya, namun aku malas. Tapi sepertinya aku gengsi untuk meminta maaf duluan. Lagipula yang salah itu Bima, bukan aku. Aku hanya memberi salam dengan agak mengagetkan, dan aku sudah minta maaf, tapi kenapa Bima harus memperpanjang masalah.
Itu terserah Bima saja, mau dia marah sampai beberapa hari pun silahkan. Aku tidak perlu mengemis meminta maaf padanya. Menurutku, Bima saja yang terlalu membesar-besarkan masalah. Dan pada akhirnya, kami berdua menjadi ribut.
Jika menurut kalian aku terlalu egois, ya itu benar. Aku memang egois.
Saat ini sedang jam istirahat, tapi aku tidak ke kantin sama sekali. Karena aku yakin Bima pasti ada disana, dan aku malas untuk bertemu dengannya. Aku masih marah padanya.
Kini aku sendirian didalam kelas, tidak ada satu orang pun selain diriku. Aku meletakkan kepala diatas lipatan tangan, dan memejamkan mata sebentar. Biarkan jika nanti aku ketiduran, toh Enriko pasti akan membangunkanku.
Baru juga aku memejamkan mata, ada seseorang yang menarik kursi disampingku. Aku tidak tau itu siapa, aku masa bodoh. Orang itu lantas menduduki kursinya, dan menepuk pelan bahu ku.
Tunggu, dari wanginya saja aku sudah bisa menebak siapa itu. Orang itu pasti Enriko.
"Ra, kamu gak tidur, kan?" ya, apa kubilang, itu pasti Enriko.
Aku mendongak, lalu menaikkan sebelah alisku mengisyaratkan bertanya apa. Enriko lalu memberikan semangkuk mie ayam kesukaanku. Dia sepertinya tahu jika aku sedang kelaparan.
"Makan dulu. Kamu pasti laper." ujarnya sambil tersenyum hangat.
"Iya, makasih Iko." aku menerima semangkuk mie ayam itu, dan memakannya dengan lahap.
Enriko yang melihatku makan dengan seperti itu, lantas tersenyum lembut. Sesekali dia terkekeh karena melihatku yang makan dengan belepotan. Enriko mengambil tisu yang entah sedari kapan ada di saku celananya, dan mengelap bibirku dengan hati-hati.
"Iko, aku bisa lap mulut aku sendiri." kataku. Lalu mengambil tisu yang ada ditangan Enriko, dan mengelap mulutku sendiri.
Enriko tampak keheranan entah karena apa, lalu tersenyum sangat menawan. Aku tidak tahu kenapa Enriko tersenyum dengan secerah itu. Karena aku yang terlalu bodo amatan, aku kembali melanjutkan kegiatan makanku yang sempat tertunda.
"Zora, kamu menggunakan kosakata 'aku' dari kapan?"
Uhukk uhukk
Aku terbatuk dan meminta minum pada Enriko. Dia mengambil sebotol air minum dari tasnya, lalu memberikannya padaku. Ya, Enriko memang terbiasa membawa air minum dari rumahnya. Dia sangat jarang membeli air mineral di kantin. Aku menerima botol itu, dan menenggaknya hingga tersisa setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Selfish?
Teen Fiction"Lo jangan egois, Zora!!" "Gue yang lebih dulu suka sama Lo, Bima!!" "Tapi lo sahabat gue." "Gue gak peduli." "Buang jauh-jauh sifat egois lo." "Gue suka sama lo dari dulu, Bim." "Buang jauh perasaan lo ke gue." "BIMAAAAA!!!" ○●○●○●○ Apa seorang per...