Happy reading😌😌
●
●
Malam hari yang sunyi tidak juga membuatku takut. Aku sedang menunggu Bima yang katanya akan mengajakku pergi ke pasar malam, tapi kemana lelaki itu? Tidak kunjung datang sampai membuatku bosan.
Daripada aku ketiduran akibat menunggunya, lebih baik aku menonton TV. Aku menyalakan alat elektronik tersebut menggunakan remot yang langsung menampilkan kartun dua bocah kembar botak. Hey, itu kartun kesukaanku.
Aku menontonnya dengan serius, sesekali aku tertawa akibat ulah kembar botak tersebut. Walaupun episodenya di ulang-ulang, tapi aku tidak pernah bosan.
Aku sudah tau bagaimana ending dari episode kartun tersebut, tapi aku tidak pernah bosan menontonnya. Mau aku menonton kartun lain pun, aku tidak akan bisa melupakan kartun yang satu ini karena aku tidak mendapatkan kepuasan tersendiri di kartun lain.
Dan yang aku maksud bukan cerita kartun itu, paham?
Ngomong-ngomong soal TV, dulu aku berpikir jika aku bisa masuk kedalam TV dengan cara membuka layarnya lalu menampar tokoh antagonist yang membuatku kesal. Lawak sekali, bukan?
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Walaupun jujur, aku masih trauma dengan kejadian beberapa bulan lalu. Saat ada yang mengetuk pintu, itu membuatku ketakutan.
"Assalamualaikum. Zora ini gue, Bima." ucapnya.
Oh ternyata Bima. Aku bisa bernapas lega sekarang.
Aku berjalan mendekati daun pintu dan membuka benda persegi panjang yang menjulang tinggi itu. "Waalaikumsalam, sebentar Bim."
Bima langsung menarikku keluar saat aku sudah membukakan pintu utama untuknya. Hey, aku sedang tidak menggunakan kerudung dan TV juga belum aku matikan, tapi lelaki ini seenaknya saja membawaku naik keatas jok motornya dan pergi meninggalkan rumah.
"Bim, gue lagi gak pake kerudung." ucapku yang tak digubris oleh Bima.
"Bima!!! Denger gue gak?!" ucapku lagi agak berteriak akibat jalanan yang berisik.
"Udah diem, katanya mau ke pasar malem?" jawabnya.
"Tapi Bim, gue belum matiin TV. Ntar kalo tagihan listrik ngelonjak, gimana? Gue lagi kena marah Mama."
Bima bersecak, "ck, cuman sebentar. Bukannya TV lo biasa pake timer? Nanti juga mati tiga puluh menit lagi."
"Ishh, tadi gue matiin timernya."
"Yaudahlah biarin." entengnya.
Lima menit kemudian kami sudah sampai di pasar malam yang sangat ramai dan dipenuhi oleh kalangan pemuda yang tengah kasmaran. Bima lalu menggandengku untuk berkelliling disana. Ada banyak penjual makanan disana, salah satunya penjual martabak.
"Bima, gua pengen martabak!" kataku sambil menunjuk penjual martabak.
"Hm, ayok."
Sesampainya dipenjual martabak, Bima langsung memesan satu martabak manis dengan topping susu, keju, dan kismis. Itu adalah kesukaanku, Bima selalu tau saja apa yang aku mau.
Tidak terlalu lama kami menunggu, pesanan pun sudah siap untuk disantap. Bima membayar martabak yang tadi kami pesan, dan memberikannya padaku. "Sesuai janji gue tadi siang."
Mataku berbinar melihat satu porsi martabak yang masih panas itu. "Makasih, Bima...."
"Apapun buat lo, Ra."
Bima menyuruhku duduk di kursi dekat penjual martabak tadi, dan aku menurut. Bima pergi sebentar untuk membelikanku minum, nanti dia akan kembali lagi. Lelaki itu berpesan padaku agar tidak kemana-mana, aku hanya mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Selfish?
Teen Fiction"Lo jangan egois, Zora!!" "Gue yang lebih dulu suka sama Lo, Bima!!" "Tapi lo sahabat gue." "Gue gak peduli." "Buang jauh-jauh sifat egois lo." "Gue suka sama lo dari dulu, Bim." "Buang jauh perasaan lo ke gue." "BIMAAAAA!!!" ○●○●○●○ Apa seorang per...