35. Baikan

34 14 0
                                    

Hai hai haiiii
Gimana kabarnya? Baik semua, kan?

Janlup votementnya, follow dan share cerita ini ke temen2 kalian yakkk

Happy reading ^_^

Pagi ini Bima terlihat sangat kacau dengan mata yang seperti panda dan rambut yang acak-acakan karena baru bangun tidur, kepalanya pun pening dan tubuhnya terasa panas. Sepertinya dia demam.

Lalu cowok itu menghampiri bundanya yang tengah menyiapkan sarapan. Hari ini tanggal merah, jadi Bima tidak pergi sekolah.

"Bun," panggil Bima.

Rahma yang mendengarnya pun menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia dengan penampilan anak semata wayangnya itu, "kenapa?"

"Bunda bisa bantuin Abim, gak?" tanya cowok itu dengan lirih.

"Bantu apa?"

"Suruh Zora kesini, bun. Abim kangen sama dia," jawabnya dengan sendu.

Ya, persahabatan mereka berdua sudah merenggang dan sepertinya sebentar lagi akan hancur, dan Bima tidak ingin kehilangan gadis yang menjadi sahabatnya selama ini. Tadi malam lelaki itu habis menangis karena merasa bersalah pada Zora, dia merasa tidak becus menjadi sahabatnya.

Rahma pun bertanya, "emang kamu udah berapa hari gak ketemu Zora?"

"Hampir dua minggu," jawabnya lesu.

"Hah, kok bisa? Bukannya di sekolah selalu ketemu? Kan tiap berangkat sekolah juga kamu jemput Zora, masa gak ketemu dia?" tanya Rahma lagi.

"Nggak, bun. Setelah Zora tau kalo Abim pacaran, dia jadi jauhin Abim," jelasnya dengan nada sendu.

"Kamu pacaran kenapa gak kasih tau bunda?" tanya Rahma sedikit emosi.

Memang benar, Rahma tidak tahu jika anak lelakinya ini sudah memiliki pacar, ia kira anaknya ini masih jomblo. Dan juga, Rahma memang tidak tahu jika Bima dan Zora sedang ada masalah.

Bima sangat merindukan Zora, tapi gadis itu selalu menjauhinya. Karena rasa rindu pada sahabatnya ini sudah diujung batas, maka dari itu Bima meminta bundanya untuk menyuruh Zora datang kerumah mereka. Jika Bima yang meminta, mana mungkin Zora mau. Nomor telepon cowok itu aja sama Zora diblokir, jadi Bima tidak bisa menghubunginya.

Bima menghela nafas panjang, "kita berdua lagi ribut."

"Ribut kenapa lagi, Bim? Kamu tuh gak ada abis-abisnya nyari masalah sama Zora," ucap Rahma.

"Abim juga gak tau apa salah Abim sampe-sampe Zora marah, padahal Abim cuman pacaran doang sama Disa. Ya, walaupun tanpa sepengetahuan Zora..." jelas Bima.

"Lah, ya itu salah kamu. Kenapa kamu gak bilang dulu kalo mau pacaran sama cewek lain, sampe bunda kamu aja gak tau?" tanya Rahma lagi. Kini wanita itu sudah duduk disamping anaknya.

"Tapi bun, Zora izinin Abim buat pacaran, kok." Bima masih bingung dengan apa kesalahannya.

"Udahlah, kamu aja yang langsung tanya sama Zora nanti." Rahma bangkit dari duduknya dan meninggalkan Bima untuk menelpon Zora.

___♡♡♡___

Drtt drttt drttt

Suara ponsel yang bergetar membuat tidurku sedikit terusik, siapa yang menelpon pagi-pagi begini? Aku tatap layar ponselku yang menampilkan nama bunda Rahma, lantas aku jawab panggilan tersebut.

"Ra, nanti kamu bisa kerumah gak? Nda kangen nih, sama kamu," ucap bunda di sebrang sana.

"Iya, bun. Nanti Zora kesana," jawabku tanpa curiga sedikit pun.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang