16. Menghampiri

55 53 19
                                    

Hai hai haiii
Gimana sama hari ini?? Baik semua kan??

Dahlah gosah basa-basi. Langsung aja.

Happy reading.

Jangan lupa kasih bintang, komen, follow aku, dan bagikan cerita ini ketemen-temen kalian.

Bayyyyyy

"Hai, Ra. Lama gak ketemu."

"Kamu gak kangen gitu Ra, sama kakak?"

Gadis itu adalah Yora. Dia berada ditaman bunga dengan menggunakan baju serba putih.

Gadis berambut hitam yang panjang sampai punggung dan kulit putih bersih, tersenyum menawan pada gadis yang berada tidak jauh dihadapannya.

Yora menatap teduh gadis dihadapannya. Gadis yang memiliki paras seperti dirinya, itu Zora.

Yora berjalan mendekati kembarannya, dia sangat merindukan sosoknya. Perlahan Yora sampai dihadapan sang adik, lalu memeluknya sayang.

"Kakak kangen sama kamu, dek." Yora menangis dalam diam sambil terus memeluk adiknya.

Gadis yang dipeluk hanya menatap lurus kedepan sambil menahan air matanya. Zora juga sangat merindukan kakaknya, namun dia tidak mau mengungkapkannya. Perlahan, Zora membalas pelukan Sang kakak dan menangis bersamanya karena tidak sanggup menahan kerinduan.

"Lo kenapa ninggalin gue, kak?" ujar Zora lemah tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Maafin kakak," ucap gadis bersurai hitam panjang itu.

Zora melepas pelukannya dengan Sang kakak. Dia ingin berbicara banyak dengannya. "Kenapa lo malah pergi gitu aja?" tanya Zora lagi.

Yang ditanya hanya menghela napas panjang. "Kakak udah gak kuat sama tekanan dari Mama."

"Tapi semenjak lo pergi, gue yang dapet semua tekanan itu," ucap Zora sambil terisak pelan.

"Maafin kakak." Yora hanya bisa mengatakan itu sambil menunduk.

"Waktu lo masih ada juga gue sering dibeda-bedain mulu sama lo, lah ini apalagi pas lo udah gak ada. Makin-makin perlakuan Mama ke gue."

Yora tersenyum teduh pada Sang adik, "kakak yakin kamu itu kuat, kamu bisa lewatin ini semua."

Yora duduk dikursi yang berada ditaman tersebut. Sebenarnya, ini bukan taman bunga didunia nyata, ini hanya sebuah mimpi Zora yang dimana ada Yora.

Zora pun ikut duduk disamping Sang kakak. Gadis itu tersenyum miris mengingat perlakuan orangtua mereka kepada dirinya. Itu sangat menyedihkan baginya. "Ck, gue selama ini cuman pura-pura kuat doang. Aslinya mah pengen nyerah," kata Zora sambil berdecak.

"Jangan nyerah dulu, kan, masih ada Bima," peringat Yora pada adiknya.

"Ilih si Bima, apaan tuh bocah. Yang ada nih ya, tiap hari dia bikin gue naik darah mulu."

"Tapi kan, Bima selalu ada buat kamu. Bima pasti percaya sama kamukalo kamu cerita yang sebenarnya."

"Mungkin," lirihnya. "Tapi kak, Mama-papa selalu salahin gue tentang kematian lo," lanjut Zora sambil cemberut.

"Ya, kamu jelasin lah semuanya," ucap Yora sambil mengusak puncak kepala adiknya.

"Percuma, mereka gak akan dengerin gue," balas Zora lesu.

Am I Selfish?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang