Bab 19

3K 140 2
                                    

Happy reading😊

Sudah dua hari ini Andre dan Rahma tidak saling bertemu dan komunikasi. Andre meninggalkan Rahma di rumah sendirian. Ia menginap di markas Laksamoge yang dijadikan sebagai rumah kedua setelah menikah. Dulu rumah kedua setelah rumahnya dengan orang tua, namun setelah menikah ia jarang pulang ke rumah orang tuanya karena malas akan mendapat ceramah.

Malam ini,suasana markas Laksamoge sama seperti biasa. Ramai. Di meja ruangan yang biasa di gunakan untuk berkumpul seluruh anggota sudah tersedia minuman dan cemilan.

"itu kuda nya maju" seru Deri yang gemas melihat permainan catur temannya.

"lo kalo mau nonton gak usah kompor dong" ujar Dodit tak terima jika lawannya di bantu oleh Deri yang lumayan jago main catur.

Di sebelah mereka juga terdapat segerombolan anak yang memegang pinselnya dengan posisi miring. Yaaa mereka sedang mabar.

"kalo mau push tungguin kita jangan serang sendiri"ucap Riki saat melihat salah satu teamnya mendekati tower sendiri.

maniac

"apa gue bilang tungguin yang lain"seru Riki kesal.

"jangan gegabah mainnya" ucap Riki memberi tahu anggota yangg lain.

Dan di dapur juga terdapat 4 orang yang sedang berkutik dengan alat dapur demi mengisi perut mereka yang keronconga.

"Dho ambilin gula"pinta Rangga pada Ridho.

"nih" Ridho memberikan barang yang menurutnya gula kepada Rangga.

"ini garem tolol" ucap Rangga setelah menerima barang itu dari Ridho.

"hehehe" Ridho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"nih" Robi memberikan gula kepada Rangga.

"ini baru gula" Rangga menyodorkan gula tepat di depan mata Ridho.

"lama banget matengnya" ucap Andre yang sedang duduk di depan mereka.

"kalo gak bantu gak usah protes lo" ucap Arkan pada Andre.

"gak terima lo" ucap Andre ngegas.

"terima kok hehe"ucap Arkan diakhiridengan kekehan.

"dah selesai nih. Mari kita makaaan" ujar Rangga lalu menaruh sayur kobis yang ia masak di mangkuk yang berukukan lumayan besar.

Akhirnya setelah menunggu setengah jam. Mereka pun bisa mengisi perut mereka yang keroncogan. Mereka makan sayur yang baru saja mereka buat di meja yang berada di depan dapur mereka. Mereka memang sengaja tidak makan di ruangan yang biasanya untuk makan, karena takut yang lain meminta dan perut mereka tidak jadi kenyang. jahat sekali bukan.

Biasanya jika mereka lapar,mereka memang suka membeli mi ayam Pak Kribo atau membeli makanan online. Tapi hari ini Pak Kribo tidak jualan karena katanya sedang tidak enak badan. Dan di luar sedang hujan, jadi mereka tidak membeli makanan online. Karena di kulkas ada kobis, alhasil mereka measaka oseng kobis sendiri.

Duarrr

Suara petir yang menggelegar mampu membuat 4 orang yang sedang menikmati masakannya kaget.

"Allahu Akbar" ucap Rangga kaget.

"gede banget petirnya" ucap Arkan.

"serem banget hujannya malam ini" ujar Ridho.

Berbeda dengan mereka yang kaget. Andre malah diam . Ia mengingat istrinya yang sedang di rumah sendirian. Andre khawatir dengan keadaan Rahma saat ini. Namun melihat hujan yang sangat lebat, mustahil jika Andre akan pulang dan menemani Rahma.

"dah lah lanjott makan" ucap Ridho.

"gasss"

Mereka pun kembali menikmati makanannya.

~~~~~~

Saat ini Rahma hanya bisa menunggu Andre di rumah. Ingin menyusul suamninya di markas nya, namun ia tak tahu alamat markas geng motor suaminya. Nama geng motornya pun ia tak tahu. Rahma sempat bertanya Robi, namun Robi tak memberitahunya. Robi takut jika nanti Andre memarahi Robi karena memberitahu alamat markas geng motornya tanpa izin ketuanya. Rahma juga tidak mau pulang ke rumah orang tuanya karena nantinya yang disalahkan sudah pasti dirinya.

Malam ini Rahma sibuk berkutik dengan tugas dari dosen di meja belajar yang berada ujung kamarnya. Biasanya, kalau Rahma sudah fokus dengan tugasnya, apalagi tugas dari dosen killer, ia pasti lupa dengan segalanya. Lupa makan, mandi, chat dari teman,dll. Buktinya dari siang tadi Rahma belum mengisi perutnya.

Karena merasa pegal, Rahma istirahat sebentar. Ia sandaran di kursi yang ia duduki saat ini. Saat sedang menikmati posisi ini, tiba-tiba hujan turun. Ia langsung menutup laptop yang sedari tadi ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Ia beranjak dan berjalan menuju kasurnya.

"Akh gue benci situasi ini" ucapnya pelan.
Rahma sangat membenci hujan lebat yang ditambah dengan suara petir.

Duaarrr

Suara petir menyambar. Rahma langsung menelusup ke dalam selimut. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut. Badannya gemetar karena terus mengingat masa lalunya yang menyebabkan trauma hingga saat ini.

Flashback on
Diruangan sangat gelap dan berantakan. Terdapat sosok perempuan berusia 14 tahun yang diikat dikursi. Perempuan itu sedang menangis meminta pertolongan. Namun sudah hampir 3 hari tak ada satu orang pun yang menolongnya. Perempuan itu Rahma. Wajahnya sudah babak belur akibat seseorang yang menculiknya menampar dirinya dengan sangat keras.

"Tolooong" teriak Rahma yang sudah mulai kehabisan suara.

"Teriak sepuanya karena tidak ada seorang pun yang bakalan nolongin lo bocah ingusan" ucap seorang lelaki berusia 18 tahun yang menculiknya.

"Kak lepasin Rahma. Salah Rahma apa?" ucap Rahma dengan isakan tangis.

"Lo emang gak salah. Tapi abang lo yang sok jagoan itu selalu cari masalah sama gue" jawabnya.

Rahma memang mempunyai seorang kakak lelaki. Namun ia sudah meninggal saat Rahma berusia 17 tahun tepat ia duduk di bangku kelas 11. Kakak Rahma meninggal disebabkan karena ulah dari musuh geng motor kakaknya yang mengeroyok di jalan dan kakak Rahma kewalahan melawan mereka.

"Kalo abang lo liat adik kesayangannya gue siksa ,dia bakalan nangis di hadapan gue hahahah" ujar lelaki itu dengan sombong.

"Bos gue kasihan deh sama ni bocah. Gimana kalo abangnya gak nyelamatin dia" ujar temannya.

"Gue bakalan mancing dia kesini. Dan bersujud di hadapan gue" ucap lelaki itu oenuh tekanan.

Setelah mengucap itu mereka pergi meninggalkan Rahma sendiri di ruangan yang gelap itu. Ia merasakan sekujur tubuhnya yang sakit. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan pasrah.

Flashback off

"Ma...takut...hiks...hiks....tolong" suara Rahma begitu lirih. Di dalam selimutnya,tubuhnya sudah gemeteran karena mengingat masalalunya. Kedua tangannya memegangi kepalanya karena terasa sangat sakit.

"Mama...papa...Andre....Rahma takut...hiks" ucap Rahma pelan. Sangat pelan. Tiba-tiba pintu rumah Rahma ada yang mendobrak sangat keras.

Braaakkkk

Jangan lupa berikan vote kalian yaaa

*

Jangan sampai terlewatkan cerita selanjutnya


The Fated Foes (END & Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang