Maaf jika terjadi kesamaan cerita,alur,tokoh,nama dll
*
Berasal dari kehaluan saya
*
Real dari pemikiran saya juga*
Happy reading😊*
*Di sebuah ruangan rumah yang megah, seorang Ayah bernama Kevin duduk tenang menunggu kopi yang ia pesan kepada istrinya. Udara pagi hari yang sejuk memeluk tubuhnya. Sorot matanya penuh dengan kehangatan. Mata berlinang menunjukkan kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur. Di tangannya sebuah ponsel yang memperlihatkan sebuah foto seorang gadis dengan senyum manisnya, melambaikan tangan ke arah kamera seolah menyapa dirinya. Ia adalah Rahma.
Seorang wanita cantik berjalan ke arahnya. Membawa secangkir kopi panas pesannya. Siapa lagi kalau bukan istrinya, Liora. Liora meletakkan secangkir kopi buatannya di meja yang terletak disamping Kevin, lalu duduk di kursi sebelah Kevin. Sebagai seseorang yang sudah belasan tahun hidup bersama, Liora tau pasti kalau suaminya sedang memikirkan seuatu. Menatap suaminya dengan kehangatan dan menanyakan pertanyaan yang timbul dipikirannya.
Antara senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena putrinya semata wayangnya sudah tumbuh besar dan sedih karena putrinya meminta untuk melanjutkan pendidikannya ke luar kota yang jauh dari mereka. "Gini Ma, anak kita kan baru saja lulus sekolah, gimana kalo kita nikahin aja biar ada yang selalu jaga?" jawab Kevin sambil minum kopi yang dibuat istrinya. Sebuah ingatan kembali muncul dipikiran Kevin. Perjanjian Kevin dengan sahabatnya akan menjodohkan anak mereka.
Dulu Kevin mempunyai sahabat saat dibangku SMA, ia bernama Alvi. Pada masa itu, mereka kesana kemari selalu bersama sampai satu sekolah menyebut mereka Upin Ipin. Kevin dan Alvi selalu membicarakan sesuatu hal yang random dan tidak masuk akal. Contohnya menjodohkan anak mereka kelak. Dan kebetulan anak mereka saat ini sama-sama sudah dewasa dan cocok menurut mereka.
Meskipun setelah kelulusan mereka berpisah, namun mereka tidak pernah memutus silaturahim antar sesama. Terkadang Kevin main ke rumah Alvi begitupun sebaliknya. Terakhir, Alvi mengajak istri dan anaknya datang ke rumah Kevin ketika anak mereka berusia dua tahun.
Liora pun menyetujui apapun keputusan suaminya, yang terpenting itu yang terbaik untuk anaknya. Karena ia juga khawatir jika anaknya akan hidup sendiri tanpa mereka di tempat yang jauh dari mereka.
Kevin sangat senang karena istrinya setuju untuk menjodohkan anak perempuan mereka. Kevin menghubungi sahabatnya dan membuat pertemuan keluarga mereka minggu depan. Mereka setuju perjodohan ini. Mendengar kabar tersebut Liora memberi tahu anaknya yang akan dijodohkan.
"Apaaaaaaa, mama pasti bercanda kaaan??" teriak Rahmaa pada mamanya. Padahal jarak mereka sangatlah dekat. Dijodohin? Rahma merasa dunianya berputar. Rahma sekali tidak menyangka bahwa orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan dirinya tanpa berdiskusi terlebih dahulu.
"Mama gak bercanda sayang, ini sudah di bicarakan sama keluarga calon suami kamu" lanjut Liora.
"Rahma kamu terima ya perjodohan ini, ini adalah perjanjian Papa kamu sama sahabatnya dulu, coba kamu pikir Papa kamu gak pernah lo minta yang aneh-aneh sama kamu selama ini kaan? Kalo kamu tolak papa kamu pasti kecewa" ucap Liora tenang, namun kata-katanya terasa seperti pukulan bagi Rahma.
Rasanya seperti dirinya terlempar ke dalam dunia yang asing. Rasa kaget mengisi setiap pori-porinya tubuhnya. Rahma meraba-raba mencari kata-kata untuk menyampaikan kebingungannya.
"Tapi Maa aku belum siap,aku mau kuliah dulu...hiks. Aku belum siap pisah sama Papa,Mama hiks" Rahma memeluk Mamanya dengan erat. Air matanya keluar sampai membasahi baju mamanya
"Nanti lama kelamaan kamu akan terbiasa naak. nanti kalo kamu kangen bisa kesini kan sama suami kamu. Kalo kamu mau kuliah kan juga masih bisaa" Dengan suara lembut Mama Liora mencoba menghibur anaknya di pelukannya.
Rahma mencari alasan lain untuk menolak perjodohan ini." Aku juga gak kenal kan sama dia""Kamu kenal kok" sarkas Liora
Rahma melepas pelukan mama dan melihat mata mamanya dengan serius. Rahma ingin sekali membuka mulutnya, namun lidahnya terasa kelu, suara yang ia keluarkan tidak kentara dan tidak mampu mencerminkan kebimbangan dan ketidakpastiannya."Terserah mama sama papa aja deh, pusing pala Rahma" Rahma berbaring ke kasur. Ia melihat langit-langit di kamarnya mulai berfikir siapa yang dijodohkan dengannya.
"Masa sih aku kenal sama dia??emang siapa? Teman? Au ah gelap. Mending tidur aja"gumannya.
Seminggu kemudian keluarga calon suami Rahma datang ke rumahnya. Mereka asik mengobrol di ruang tamu. Sedangkan Rahma masih di kamar karena tubuhnya merasa sangat berat untuk bertemu keluarga calon suaminya.
Tok tok tok
Liora membuka kamar Rahma yang tidak terkunci, ia mengajak Rahma untuk segera turun menemui calon suaminya.
Dengan hati yang berat, Rahma asal-asalan mengambil jilbab lalu ia pakai. Rahma turun bersamaan dengan Mamanya. Melihat anaknya cemberut, Liora memperingati Rahma untuk memasang wajah yang sopan dan menyenangkan.
"Iya Ma" Rahma memutar bola matanya malas.
Lengkap sudah dua keluarga yang akan menjadi satu. Kini rahma duduk disebelah Mamanya dengan mata melihat ke lantai. Bukan malu, tapi lebih tepatnya malas.Alvi dan Rita yang sudah lama tidak melihat pertumbuhan anak sahabatnya yang tumbuh dewasa jelas pangling. Terakhir, mereka melihat Rahma masih imut dan menggemaskan. Sekarang sudah besar menjadi semakin cantik.
Rahma mendongakkan kepalanya dan melihat cowok yang ada di sebelah Alvi. Ia sontak kaget karena cowok itu adalah teman SMA nya . Teman?? Lebih tepatnya musuh. Namanya Andre. Dia adalah cowok yang selalu mengganggunya. Sering membuat darah Rahma naik. Rahma berdiri dan mau menolak perjodohan ini.
"Haah lo"teriak Rahma menunjuk wajah cowok itu. Tapi cowok itu hanya tersenyum. Andre menarik tangan Rahma dan mengajaknya mengobrol di luar rumah. Bingung.
"Ikut gue" bisik Andre kepada Rahma.
Sebenarnya Rahma tidak mau ngobrol sama Andre tapi yaa gimana lagi, dia harus terlihat sopan di depan kaluarganya. Rahma mengikuti Andre dari belakang."Kenapa sih harus lo yang dijodohin sama gue?"dengus Rahma setelah melihat keadaan yang mungkin keluarganya tidak mendengar ucapannya.
"Udah lo nurut sama orang tua kita aja, mungkin ini udah jalannya buat kita" Andre memiringkan bibirnya. Dalam hatinya ia bersyukur karena yang dijodohkan adalah perempuan yang pernah ia sayangi dulu.
"Kenapa gak lo tolak aja?" tanya Rahma.
"Gini aja gimana kalo gue yang balik nanya sama lo, kenapa lo gak nolak perhodohan ini?"Andre tanya balik ke Rahma.
Dalam keheningan, Rahma merenungkan bagaimana hidupnya jika perjodohan ini terjadi. Rasanya seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Namun, dibalik gejolak perasannya, Rahma juga tidak mau mengecewakan orang tuanya. Merka pasti mempunyai alasan tersendiri. Rahma cemberut, ia meletakkan dua tangannya di depan dadanya.
"Ya udah ayo masuk"ajak Andre.
Andre mengajak Rahma untuk kembali bergabung bersama keluarga mereka. Mereka memberi tahu keluarganya kalau setuju dengan perjodohan ini. Orang tua mereka senang mendengar anaknya yang menerima perjodohannya. Mereka pun mencari tanggal pernikahan yang bagus.
"Gimana kalo besok kamis?"Kevin mengusulkan hari yang bagus menurut agama dan setujui semuanya, kecuali Rahma.
"Gak kok, saya juga setuju" sarkas Andre.
Ia tersenyum melihat Rahma mengangkat alisnya."Tuh calon suami kamu aja setuju" jawab Kevin.
"Ya udah deh terserah kalian, aku mau naik ke atas mau tidur, capek!!"dengus Rahma. Dengan perasaan kesal, Rahma berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Ia hanya bisa pasrah dan berdoa kepada penciptanya agar perjodohan ini yang terbaik buatnya dan calon suaminya.
Penasaran dengan cerita selanjutnya?
*
Stay tune terus akun saya kawaan*
Jangan sampai terlewatkan part selanjutnya*
Jangan lupa follow akun sayaHalo teman-teman pembaca cerita "My Enemy Husband", kini cerita ini berhasil diterbitkan dengan judul yang diubah menjadi "The Fated Foes" Dan tentunya cerita dan alurnya menjadi lebih menarik. Jika berkenan teman-teman bisa pesan🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fated Foes (END & Sudah Terbit)
TienerfictieAndre dan Rahma, dua jiwa yang seolah-olah tak bisa disatukan. Semasa SMA, mereka selalu bersitegang dan bertengkar atas hal-hal kecil. Namun, tak disangka, takdir mempertemukan mereka kembali dalam sebuah perjodohan. Rahma menolak mentah-mentah per...