Tak terasa sudah hampir 2 bulan (Name) tinggal di Teyvat. Keseharian nya masih sama saja hanya sedikit di tambah bumbu romansa Harem.
Venti terkadang bertingkah aneh hanya karena ingin mencuri perhatian (Name) dan kalau sudah di lihat Xiao, Adeptus satu itu akan menahan (Name) diam di wanghsu inn dengan berbagai alasan dan perintah.
Sayangnya (Name) tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal rumit seperti itu. Waktu nya habis hanya untuk proyek besarnya di tambah (Name) harus semakin cepat bertindak sebelum Administrator kembali mengirim Seseorang untuk mencegahnya.
"Jadi kau benar ingin bangun rumah di Guyun stone forest?" Tanya Zhongli menyeruput teh nya sambil menatap (Name) yang duduk di sebrang nya.
"Em, saya sudah memutuskan untuk tinggal disana. Saya juga sudah minta tolong pada Yanfei dan sudah dapat izin dari nona Ningguang," sahut (Name) lalu mengigit Rice Bun miliknya.
"Bukanya disana penuh dengan monster. Kau yakin mau disana? Tak mau cari tempat lain? Disana juga jauh dari penduduk lain," saran Zhongli.
"Tenang saja tuan Zhongli saya sudah memikirkan hal itu dari jauh-jauh hari dan hati saya tetap memilih tempat itu. Kalau urusan monster, saya bisa sekalian melatih skill bertarung saya. Tuan Zhongli kan tau sendiri saya tak bisa pakai Vision maka Skill bertarung saya harus bisa bersanding dengan para pemegang Vision," terang (Name) mengangguk yakin dengan pilihannya.
"Baiklah aku tak bisa memaksa mu kalau kau sudah memutuskan nya dari jauh-jauh hari. Ah, bagaimana latihan Polearm mu dengan Xiao?" Tanya Zhongli mengganti topik pembicaraan.
"Lancar kok! Sho sangat handal dalam mengajarkan Seseorang! Berkat bantuannya saya tak kesulitan menggunakan Polearm," sahut (Name) menatap lembut gelas teh nya.
"Sho?" Beo Zhongli. (Name) mematung keceplosan memanggil nama Xiao di depan tuannya.
"Ma-maksud saya Xiao! Ahahaha tadi itu panggilan yang saya buat untuk Xiao karena lidah saya terkadang susah mengucapkan nama Xiao," gumam (Name) menggaruk pipinya malu-malu.
Zhongli tersenyum lembut, sorot matanya menatap hangat (Name) yang bergerak kikuk memakan rice bun nya.
Syukurlah dia tak sendirian lagi, batin Zhongli merasakan lega di hatinya.
"Terimakasih (Name)," tutur lembut Zhongli.
"Ya? Eee untuk apa tuan Zhongli?" Tanya (Name) kebingungan.
"Untuk Segalanya, aku belum sempat berterimakasih langsung pada mu semenjak Lantern Rite," jawab Zhongli menyeruput teh nya.
"Ahaha saya juga sangat berterimakasih karena tuan Zhongli selalu memperhatikan saya seperti seorang ayah. Jujur saja saya belum pernah merasakan perhatian dari sosok ayah," lirih (Name) menatap sendu gelas teh nya.
"Aku juga tak keberatan mengangkat mu sebagai putri ku, mau peluk?" Tawar Zhongli merentangkan tangannya.
"Tidak-tidak, astaga tuan kita masih di tempat umum," tolak (Name) menggeleng kan kepalanya. Rona merah semakin terlihat dipipinya.
Zhongli mendengus geli melihat (Name) panik karena diperhatikan orang-orang dan berakhir bersembunyi di balik tudung jubahnya. Bibir mungilnya terus mengomel, memarahi sikap teledor Zhongli. Hal itu justru mengundang tawa Zhongli yang semakin membuat (Name) terheran-heran.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah puas menemani dan mentraktir Zhongli, (Name) segera pergi untuk mengerjakan misinya.
Kakinya melangkah menyusuri Dragonspine untuk mencari sebuah liontin milik Kliennya.
"Fuh~ dingin banget, pantes bayaran nya besar cuman nyari liontin," gumam (Name) menggosok dan meniup kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus (Genshin Impact Ff)
FanfictionKamu yang awalnya hanya ingin dapat pekerjaan malah berakhir masuk ke dalam Game sebagai AI, lika-liku kehidupan pun kamu jalani disana sebagai orang asing. Sampai akhirnya kamu bertekad untuk menghancurkan hukum dunia Teyvat dan membebaskan semuany...