✍️ Chapter 24

1.3K 216 56
                                    

5 hari berlalu begitu saja. Jadwal maintenance hanya tersisa 6 hari dan (Name) justru di nyatakan hilang. Rumah nya kosong tidak ada tanda kehidupan kecuali piring berisi makanan yang belum habis.

Yang lain kalang kabut mencari keberadaan (Name) yang tidak kunjung di temukan seolah menghilang begitu saja. Venti tinggal di rumah (Name) menunggu kedatangan sang pujaan hati setiap malam. Wajahnya kacau karena bergadang selama berhari-hari.

Puluhan lembaran kertas tentang kehilangan (Name) tersebar ke penjuru Teyvat. Lumine memimpin pencarian (Name), membagi tugas pada mereka yang tidak sibuk.

"Percuma. dia menghilang seolah tak pernah ada di dunia ini," keluh Tartaglia memijit pangkal hidung nya.

"Kita tak boleh menyerah! A-aku yakin (Name) ada di suatu tempat," tutur Lumine berusaha menyemangati yang lain.

"Kau benar Lumine. Kalau begitu besok kita lakukan pencarian ulang, semoga saja ada titik terang," sahut Kazuha.

"Harusnya aku tak pergi.... harusnya aku menemaninya disini," gumam Venti.

Lumine dan yang lain menatap pilu Venti yang duduk di pojok sofa rumah (Name). Keadaan nya jauh dari kata baik-baik saja.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. Zhongli yang berdiri di dekat pintu lantas membuka pintu rumah (Name).

"Maaf...aku tak menemukan nya," tutur Xiao berdiri di balik pintu. Wajahnya menggelap, seluruh pakaiannya basah. Ntah habis mencari kemana Adeptus satu itu.

Helaan nafas terdengar bersamaan saat mendengar informasi dari Xiao. Amber datang menghampiri Xiao, memberikan handuk kering pada Xiao.

"Bagaimana dengan di Inazuma? Dan Sumeru?" Tanya Albedo. Dia menyempatkan diri datang ikut rapat di rumah (Name).

"Belum ada kabar dari Thoma. Dia bilang Ayato dan Kojou sara tengah mengerahkan beberapa prajurit berpengalaman untuk mencari (Name) di pulau-pulau kecil," Sahut Lumine.

"Lalu Paimon yang memeriksa Sumeru. Dia minta dia sendiri yang memeriksa nya," sambung Lumine.

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Semua orang serempak menoleh pada pintu yang baru di tutup Xiao. Zhongli membuka pintu itu lagi.

Thoma masuk bersama Ayaka. Lumine memapah tubuh Ayaka yang sempoyongan, sepertinya mereka nekat melakukan Teleportasi ke rumah (Name).

"Maaf Lumine. Kami tak bisa menemukan nya, bahkan di bawah enkanomiya. Kokomi yang mengabari kami, dia sedang berusaha mencari sekali lagi," tutur Thoma. Kepalanya menunduk merasa bersalah.

"Sebenarnya dia kemana....," Isak Ayaka menangis di pelukan Lumine. Sedih karena teman berharga nya menghilang begitu saja.

Semuanya diam menunduk. Zhongli yang baru menutup pintu di kejutkan karena pintu terbanting dengan keras. Beruntung dirinya sempat menghindar sebelum terjepit.

"Lumine! Aku menemukan nya," Pekik Paimon dengan nafas terengah-engah.

Semuanya serentak menoleh. Wajah mereka bersinar, Amber berseru memanjatkan puji syukur.

"Dimana!?" Jerit Xiao dan Venti berbarengan.

Paimon menunjuk luar rumah. Semuanya bergegas keluar rumah terburu-buru, menoleh kearah yang Paimon tunjuk.

Seorang pria tinggi dengan Surai blonde pucat terlihat berjalan kearah mereka. Tangannya menggendong tubuh (Name) yang tak sadarkan diri.

"Dain!?" Pekik Lumine berlari mendekati Dainsleif.

Semuanya termenung syok melihat tubuh (Name) yang terbalut jubah Dainsleif. Tubuhnya penuh dengan luka dan memar, rambut hitam (Name) berantakan.

Venti berlari. Tangannya terulur meraih tubuh (Name) dari gendongan Dainsleif memeluk erat (Name).

Virus (Genshin Impact Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang