(Name) duduk termenung di sofa kamar, setelah mandi Lumine langsung tidur bersama Paimon, sepertinya akhir-akhir ini sebelum (Name) datang Lumine memang menahan rasa sedihnya, maka dari itu tadi dia menangis sampai tersedu-sedu di pelukan (Name) meluapkan segala rasa lelahnya.
(Name) menghembuskan nafas berat menatap langit-langit ruangan, tangannya iseng menarik asal salah satu buku di rak samping.
(Name) membuka buku yang terlihat seperti sebuah majalah dengan tulisan yang tak dimengerti, untungnya kacamata itu memiliki sistem penerjemahan. Beberapa jam yang lalu (Name) menyadari beberapa hal, salah satunya tentang layar hologram yang tak akan muncul jika di hadapan karakter dan kacamata itu yang tak bisa lepas seolah menyatu dengan telinga (Name).
Tadi (Name) sempat bertanya asal pada Lumine tentang model kacamatanya, bukan nya menjawab Lumine malah berkerut heran dan menanyakan kacamata apa yang dimaksud, hal ini jelas menunjukkan kalau kacamata itu hanya bisa terlihat oleh (Name).
Rasa bosan mulai melanda (Name), (Name) bangkit dan berjalan keluar menuju lantai satu, Lumine bilang di belakang dapur ada perpustakaan kecil yang biasa di pakai Albedo untuk bereksperimen.
(Name) melangkah pelan sebisa mungkin tak meninggalkan suara karena tak ingin membangunkan Lumine, matanya melirik meja dapur, di sana sepiring kue terlihat mengiurkan.
(Name) menoleh kesana-kemari memeriksa apa ada pemiliknya atau Lumine yang memang meninggalkan nya untuk dirinya, merasa tak ada siapa-siapa di sekitar (Name) mencomot satu kue itu lalu kembali melangkah menuju ruangan di samping dapur.
(Name) memutar pelan kenop pintu dan mendorong nya, kepalanya masuk lebih dulu menatap sekitar ruangan persegi panjang yang di kelilingi banyak rak buku besar, di tengahnya meja bundar dengan 4 kursi menghadap sebuah perapian.
Kaki (Name) melangkah masuk lalu menutup pintu perlahan, (Name) menatap takjub perpustakaan yang menurutnya cukup luas, ruangan ini di bagi dua dengan lemari sebagai pembatas di tengahnya, (Name) melangkah mau melihat ruangan yang tertutup rak buku.
Sebuah kasur di pojok ruangan terlihat empuk, di sekelilingnya buku-buku berserakan dan sebuah meja dengan alat-alat Kimia yang berantakan.
(Name) berbalik berusaha mengabaikan tempat itu dan mulai mencari buku-buku yang menurutnya menarik untuk di baca sambil menunggu rasa kantuk datang.
Satu persatu buku Selesai di baca, dari mulai sejarah para archon dan dewa, teknik bertarung, macam-macam monster dan hewan, buku tentang obat-obatan herbal, semua (Name) baca karena rasa kantuknya tak kunjung datang, kue yang tadi diambil sudah habis.
Saat (Name) sedang fokus membaca sejarah Seelie pintu ruangan terbuka perlahan membuat jantungnya berdegub panik, pemuda tinggi berambut kuning dengan bandana bermodel tanduk berdiri di ambang pintu.
Thoma?, Batin (Name) berusaha menebak pemuda yang terlihat sedang celingak-celinguk menatap sekitar.
"Lumine?" Seru pelan Thoma berusaha menajamkan penglihatannya sambil menatap (Name) yang berdiri kaku.
"Ah, ma-maaf apa aku menganggu mu?" Seru (Name) berjalan mendekati Thoma yang kelihatan susah melihat karena ruangan yang lumayan gelap.
"Ah tidak-tidak, aku yang harusnya minta maaf, maaf menganggu mu, ku kira Lumine bangun dan memakan kue ku," seru nya sambil menggaruk tengkuk nya.
(Name) tersedak saat mendengar bahwa kue yang tadi dimakan ternyata milik pemuda ini.
"Ma-maaf aku yang makan kue di dapur, aku kira Lumine sengaja meninggalkan nya untuk ku karena ku lihat tak ada siapa-siapa," seru (Name) merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus (Genshin Impact Ff)
FanfictionKamu yang awalnya hanya ingin dapat pekerjaan malah berakhir masuk ke dalam Game sebagai AI, lika-liku kehidupan pun kamu jalani disana sebagai orang asing. Sampai akhirnya kamu bertekad untuk menghancurkan hukum dunia Teyvat dan membebaskan semuany...