✍️ Chapter 29

1.1K 200 21
                                    

"Jadi Fatui benar dalang nya?" Bisik Lumine duduk di belakang kursi (Name).

"Yeah seperti yang ku beritahu pada Paimon," sahut (Name) dengan suara kecil matanya menatap orang-orang penuh waspada.

"Lalu bagaimana rencana mu selanjutnya?" Tanya Lumine tangannya berpura-pura menyuap makanan.

"Tentu saja menangkap ketuanya, tapi sudah 2 hari aku belum dapat kabar apapun, ya kalau aku ditipu pun aku sudah punya bukti wajahnya tinggal ku serahkan pada pihak Matra," bisik (Name) menenggak jus anggur nya.

"Kau tak perlu memergoki mereka langsung, itu terlalu berbahaya untuk mu, kabari aku kalau sudah tau tempatnya, biar aku dan Al-Haitham yang akan menangkap mereka," saran Lumine dengan nada khawatir karena tau (Name) pasti akan maju duluan.

"Ahaha tenang saja aku tak selemah itu, dan lagi kalau kau memang mau menangkap nya bersama Al-Haitham kenapa dari awal bukan dia saja yang menyelidiki nya?" Sahut (Name) berpura-pura memesan makanan pada pelayan.

"Eh aku belum bilang ya, Al-Haitham itu murid Akademiya juga dan sepertinya dia di takuti para murid disana. kalau dari awal yang maju dia, si Rigel itu mana mungkin mendekat dan mengajak bekerja sama," jelas Lumine.

"Heee begitu. Pantas saja kau minta tolong pada ku, kalau kau yang maju juga pasti mereka langsung mengenali mu dan bersikap waspada," tutur (Name) tersenyum kearah pelayanan yang membawakan makanan miliknya.

Lumine berhenti menjawab karena Paimon memberitahu bahwa target mendekati meja (Name).

"Naen! Ah ternyata kau disini, aku mencari mu," panggil Rigel duduk di hadapan (Name) yang sedang makan.

"Oh maaf aku lapar jadi keluar sebentar, ada apa?" Tanya (Name).

"Orang itu sudah mengabari ku, dia meminta ku membawa mu kesana," bisik Rigel mendekat kearah (Name).

Sudut bibir (Name) terangkat begitu juga Lumine yang duduk membelakangi mereka namun tetap menguping.

"Ah oke oke, aku selesaikan makanan ini dulu," sahut (Name) terburu-buru menghabiskan makanannya.

"Kalau begitu aku akan tunggu di luar," usul Rigel beranjak pergi, matanya melirik Lumine yang sedang sibuk mengobrol dengan Paimon.

"Aku akan kirimkan info tempat nya pada Paimon. Paman! Uang nya di atas meja ya!" Panggil (Name) setelah berbisik pada Lumine lalu beranjak pergi menyusul Rigel.

(Name) dan Rigel berjalan menyusuri gurun, peluh di kening terus mengucur turun, rambut (Name) yang tergerai kini terikat manis.

"Masih jauh? Astaga bayangkan aku berjalan dari kota Sumeru sampai Padang gurun," gumam (Name) mulai kelelahan karena terbiasa menggunakan teleport.

"Sedikit lagi, tahan sebentar lagi. Memang nya kau tak mau penelitian mu berhasil?" Sahut Rigel wajahnya juga terlihat kelelahan di tambah hawa panas yang menyengat.

"Ahhh te-tentu saja mau!" Ucap (Name) mencoba kembali bersemangat.

(Name) mengkerut melihat Rigel membawanya kesebuah bangunan rumah sakit tua, hawa dingin mendadak menyapa kulit (Name) membuat bulu-bulu nya berdiri.

"Ayo Naen!" Panggil Rigel memaksa (Name) memasuki lubang bawah tanah.

(Name) turun dengan Hati-hati, masuk kedalam lubang berdiameter setengah lingkaran, sebuah lorong panjang terlihat saat (Name) turun.

Rigel mulai memimpin jalan, (Name) mengekori dari belakang, lorong panjang yang hanya diterangi satu dua obor, hal ini membuat (Name) bergerak resah tak nyaman.

Sial pantas saja mereka tak ketahuan ternyata bersembunyi disini, batin (Name) matanya melirik ukir-ukiran tembok yang cukup mengerikan untuk nya.

Virus (Genshin Impact Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang