Beberapa saat sebelum perubahan terjadi di Teyvat.
"Psst....(Name), hei sadarlah. Jangan mati dulu," bisik Irus berusaha membangun kan (Name) yang tak sadarkan diri, manik merah nya menatap waspada sekitar. Takut akan kehadiran Administrator.
"Hei aku sudah berhasil menyabotase sistem si bodoh itu, bangun lah," mohon Irus, detak jantung nya berdebar kencang tak bisa merasakan kesadaran (Name).
"(Name) aku masih membutuhkan mu. Kumohon bangun," bujuk Irus memejamkan matanya.
Irus kembali membuka kelopak matanya, menatap tubuh (Name) yang bergetar menahan tawa.
"Sialan, kau mengerjai ku ya!" Omel Irus menatap (Name) yang terkekeh geli.
"Maaf-maaf, aku hanya berusaha menyakinkan diri ku kalau kau tak mengkhianati ku. Yang tadi itu terlalu menusuk sampai aku lupa kalau kita sedang bersandiwara," tutur (Name) menyeka ujung matanya yang berair.
"Huh, harusnya aku tak membangun kan mu. Biar ku ambil saja tubuh mu," gerutu Irus, mendengus sebal.
"Ei~ apa benar begitu?" Ledek (Name) Menaik turunkan alisnya. Irus berdecak beralih menatap tubuh (Name).
"Bagaimana? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Irus, sorot matanya menunjukkan ke khawatiran. (Name) tersenyum lalu mengangguk.
"Oh ayolah, yang tadi itu bahkan tak berkesan pada ku," sahut (Name) sambil merenggangkan badannya yang terasa kaku.
"Eleh, kau sampai berteriak sekencang itu. Mana mungkin tak berkesan," ejek Irus.
"Hei itu hanya acting kalau aku tak melakukan itu, Administrator tak akan percaya," bela (Name) bertolak pinggang.
"Heh. Acting mu jelek sekali, harusnya kau mencontoh ku tadi. Saking hebatnya aku, si bodoh itu tak sadar kalau dia yang sedang di khianati," cemooh Irus tersenyum miris.
"Tapi kan aku yang mengajari mu berakting," sahut (Name) menatap datar Irus yang membanggakan diri.
(Name) dan Irus mendadak tersentak kaget karena mendengar suara benda jatuh, mereka menoleh waspada kearah robot yang menjatuhkan gelas minuman.
"Aduh jantung ku, ku kira si bodoh itu susah kembali," dumal Irus.
"Sial, aku lupa ada benda itu disini. A-apa dia mendengar pembicaraan kita?" Bisik (Name) ragu.
"Tenang saja (Name), mereka ini cuman robot tingkat rendah. Tak punya alat pendengaran, mereka hanya mengandalkan sistem sensorik," sahut Irus menggerakkan tangannya yang langsung diikuti robot itu.
"Ah syukur lah kalau begitu," Hela (Name) merasa lega.
"Jadi bagaimana selanjutnya?" Tanya Irus.
"Sebentar aku ingat-ingat lagi," tutur (Name) berusaha mengingat rencana yang telah dia susun bersama Irus tepat saat Dainsleif membuat nya pingsan.
"Lihat? Aku bilang juga apa! Dia mahkluk yang berpotensi paling besar akan mengkhianati mu!" Omel Irus.
"Hei ayolah jangan marah-marah dulu, justru ini menguntungkan. Aku yakin habis ini Dain akan membawa kita pada Administrator, bukannya dengan begitu kita bisa menjalankan rencana kita," sahut (Name).
"Lalu apa? Apa kau tak berpikir kalau si administrator itu akan memisahkan kita? Kau tak ingat dengan kejadian saat gadis pemburu itu menyuntikan sesuatu pada mu?" Dumal Irus.
"Hei justru itu bagus!" Sorak (Name).
"Ha!? Jadi kau mau membuang ku!?" Bentak Irus tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus (Genshin Impact Ff)
FanfictionKamu yang awalnya hanya ingin dapat pekerjaan malah berakhir masuk ke dalam Game sebagai AI, lika-liku kehidupan pun kamu jalani disana sebagai orang asing. Sampai akhirnya kamu bertekad untuk menghancurkan hukum dunia Teyvat dan membebaskan semuany...