Xiao mengintip dari balik pintu, menatap (Name) yang tengah mengobrol bersama Lal. Dirinya baru saja bangun, berbarengan dengan Cyno dan (Name). Sebuah tangan menepuk pelan bahunya.
"Biarkan mereka berdua, pasti banyak hal yang harus mereka bicarakan," tutur Zhongli, Xiao mengangguk lalu mengekori Zhongli ke lantai bawah.
(Name) tersenyum lembut menggenggam kedua tangan Lal, buliran air mata terus turun dari kelopak mata Lal. Bibirnya kelu untuk sekedar menanyakan keadaan (Name).
"Lama tak bertemu Lal, bagaimana keadaan mu dan yang lain?" Tanya mu memulai topik pembicaraan. Lal masih diam membisu sibuk dengan air mata yang tak kunjung berhenti turun.
"Ayolah, berhenti menangis oke? Harusnya ini jadi pertemuan yang membahagiakan. Kenapa kau malah menangis?" Tutur (Name) lagi menyeka jejak air mata Lal.
"Siapa juga yang bahagia setelah melihat mu meledak seperti itu," sahut Lal menyeka hidung nya yang berair.
"Ahaha kau benar juga, maaf deh harus memperlihatkan hal mengerikan seperti itu," kekeh mu menyerahkan selembar tisu pada Lal.
"Jadi bagaimana keadaan di luar sana?" Tanya (Name) menatap Lal yang menghembus nafas berat.
"Masih sama saja, tak ada yang berubah. Kecuali hidup ku yang terasa hampa," sahut Lal tersenyum kecut.
"Eh kenapa? Bukannya sekarang Leya jadi Adik mu? Harusnya lebih berwarna dong," ucap (Name).
"Harusnya begitu, Tapi rasa bersalah selalu membuat ku sesak. Sampai aku berfikir tak layak untuk bahagia," tutur Lal. (Name) menghela nafas sudah menduga bahwa kematiannya akan berdampak besar pada kehidupan Lal.
"Tapi sekarang kau bisa lihat kan? Aku abadi di tempat ini. Jadi berhenti menyalahkan diri mu, kau harus menjalani kehidupan mu juga Lal. Kau harus mulai melihat kedepan, aku tak ingin gara-gara aku, kau menghambat pertumbuhan hidup mu," jelas (Name) mengusap lembut tangan Lal. Lal diam, kepalanya menunduk tak sanggup menjawab ucapan (Name).
"Ku dengar Leya sudah masuk sekolah, itu berarti keadaan nya sudah jauh lebih baik kan? Bagaimana dengan pendengaran nya?" Tanya (Name) mengalihkan topik.
"Yeah dia sudah baik-baik saja walau masih lupa pada mu, lalu Ayah memberikan alat bantu dengar untuk Leya," jelas Lal tersenyum lembut.
"Syukurlah kalau begitu. Oh ya, apa paman masih bekerja membuat game Vr? Atau sudah ganti pekerjaan lagi?" Tanya (Name) lagi.
"Masih sama, seperti nya ayah nyaman dengan pekerjaan nya. Dia jadi jarang pulang karena sibuk dengan game-game buatan nya," sahut Lal. (Name) mengangguk-anggukkan kepalanya, berusaha mencari topik pembicaraan lain.
"Ngomong-ngomong sudah berapa tahun semenjak aku pergi?" Tanya (Name) sedikit ragu. Lal terlihat mengkerut bingung.
"Tahun? Kau baru meninggal 3 bulan yang lalu (Name)," jawab Lal. (Name) melongo syok.
"Tunggu, 3 bulan? Tapi Leya kan sudah masuk sekolah," ucap mu kebingungan.
"Umur Leya memang sudah cukup untuk masuk sekolah dasar (Name). Harusnya dia sudah masuk tahun kemarin, memang nya kau pikir berapa umur nya?" Tanya Lal.
"4 tahun," tebak (Name) menggaruk pipi mu.
"8 Tahun (Name). Kau ini, umur adik sendiri saja tak ingat," sahut Lal sambil menggelengkan kepalanya. Kamu terkekeh kecil, tak menyangka umur Leya sudah sejauh itu.
"Habis nya Leya kecil sekali, jadi ku kira masih Balita. Kalau begitu, apa waktu di dunia ini kembali normal? Karena seingat ku, saat orang luar memberi kabar. Dia bilang, disana waktu berjalan lebih cepat dari dunia ini, lalu sekarang di dunia sana waktu berjalan lebih lambat, padahal aku sudah menghabiskan waktu selama 8 bulan di tempat ini," jelas (Name) dengan pose mengapit dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus (Genshin Impact Ff)
FanfictionKamu yang awalnya hanya ingin dapat pekerjaan malah berakhir masuk ke dalam Game sebagai AI, lika-liku kehidupan pun kamu jalani disana sebagai orang asing. Sampai akhirnya kamu bertekad untuk menghancurkan hukum dunia Teyvat dan membebaskan semuany...