Hening, kepala (Name) menoleh kesana-kemari menatap tempat yang tengah dia pijak begitu gelap. Kaki (Name) melangkah menyusuri tempat itu, manik hitamnya menangkap sosok yang dia kenali tengah duduk di bawah sorot cahaya.
"Irus?" Panggil (Name) berjalan menghampiri Irus.
"Loh kok kau disini? Kalau kita berdua disini. Yang pake tubuh mu siapa?" Tanya Irus terheran-heran.
"Ntahlah. Seingat ku tadi pingsan," sahut (Name) duduk membelakangi Irus. Punggungnya bersandar pada punggung Irus.
"Kita sudah melakukan hal benar kan?" Tanya (Name) menatap sorot cahaya.
"Heee~ kau ragu? Jarang sekali," sahut Irus tersenyum simpul.
"Aku tidak ragu. Hanya takut, aku yakin habis ini Administrator akan bergerak mengejar kita," tutur (Name) menghela nafas.
"Baguslah. Bukanya kau ingin membunuhnya?" Tanya Irus ikut menyandarkan punggungnya pada punggung (Name).
"Itu hanya kata-kata emosi sesaat Irus. Aku tak benar-benar ingin melakukannya," sahut (Name).
"Heh. Beginilah kau, begitu naif. Coba saja dari awal kau tak menahan diri. Pekerjaan kita sudah selesai dari lama," ketus Irus.
"Ahaha kalau begitu kau tak akan bisa bertemu dengan Tighnari kan?" Kekeh (Name).
"(Name) hentikan candaan itu. Itu sudah tak lucu lagi, aku benar-benar tak punya perasaan pada NPC itu," tekan Irus mendengus kesal.
"Ahahaha aku tahu. Maaf, aku hanya tak ingin kau jadi begitu kaku. Kau juga boleh merasakan hal-hal seperti itu Irus," tutur lembut (Name). Irus diam tak menjawab, manik merahnya terpejam.
"Irus," panggil (Name). Irus berdehem sebagai jawaban.
"Aku lupa menanyakan ini. Waktu itu kau bilang pada gadis itu kalau kau memang berniat membebaskan mereka, apa itu benar?" Tanya (Name).
"Heh. Kenapa? kau takut aku mengkhianati mu?" Sahut Irus tersenyum remeh.
"Tentu saja! Kau itu teman pertama ku, kau tau kan aku tak pernah punya teman sebelum datang kesini. Kau itu berharga untuk ku Irus," seru (Name).
"Heee~ begitu. Lalu si Lal itu siapa mu kalau bukan teman?" Tanya Irus.
"Ummm te-tentu saja teman ku juga," cicit (Name). Irus tertawa merasakan rona di wajahnya atau lebih tepatnya ikut merasakan perasaan merona milik (Name).
"Kau menyukai pemuda itu ya?" Celetuk Irus. (Name) tersentak kaget.
"Ummm ya tak ada salahnya sih mengaku sekarang. Toh kami tak akan pernah bertemu lagi," sahut (Name). Irus terkekeh geli.
"Heee kira-kira bagaimana reaksi mereka saat mendengar ini ya," ledek Irus. (Name) menoleh memukul bahu Irus.
"Jangan berani-berani kau membocorkan nya! Bisa ada badai dirumah," ancam (Name) mengusap bahunya ikut merasakan sakit atas pukulannya sendiri. Irus tertawa terbahak-bahak puas meledek (Name).
"Sebenarnya dari pada rasa suka aku lebih seperti mengagumi nya. Dia itu baik sekali, selalu menolong ku," jelas (Name) tersenyum lembut memulai sesi curhat nya sambil bersandar di punggung Irus. Irus diam sibuk mendengar kan segala ocehan (Name).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
(Name) berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Tubuhnya terasa begitu kaku, perlahan cahaya mulai masuk mengisi kornea mata (Name). Manik hitamnya melirik seluruh kamarnya, suara benda jatuh membuat (Name) menoleh. Menatap Lumine yang menangis di depan pintu kamar (Name) sambil menutupi mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus (Genshin Impact Ff)
FanfictionKamu yang awalnya hanya ingin dapat pekerjaan malah berakhir masuk ke dalam Game sebagai AI, lika-liku kehidupan pun kamu jalani disana sebagai orang asing. Sampai akhirnya kamu bertekad untuk menghancurkan hukum dunia Teyvat dan membebaskan semuany...