🌺 Spesial Chapter: Ayah

1.4K 171 51
                                    

🌺Calia.

Gadis kecil dengan Surai biru gelap tengah duduk di bawah pohon, matanya terpejam menikmati alunan musik yang tengah di mainkan sosok pemuda di samping nya.

Kelopak matanya perlahan terbuka menampilkan manik hitam nya yang mengkilap.

"Gimana enak gak lagu nya?" Tanya Venti tersenyum cerah.

"Um. Seperti biasa, lagunya bagus! Pap- paman Venti hebat!" Puji Calia tersenyum canggung karena hampir keceplosan memanggil Venti dengan sebutan Papa.

Venti tertawa kecil kembali menatap danau di depannya. Hening untuk beberapa saat sampai akhirnya Venti kembali membuka mulutnya.

"Cal, apa paman boleh bertanya?" Tanya Venti menatap Calia yang menganggukan kepala nya.

"Wanita yang sering jemput Calia itu mama Calia?" Tanya Venti. Calia terlihat mengkerut berusaha mengingat siapa orang yang di maksud ayahnya.

"Yang rambut biru?" Tanya Calia memastikan. Venti mengangguk sebagai jawaban.

"Oh itu mah pengasuh Calia bukan Mommy. Mommy Calia mah cantik, lembut gak pernah marah-marah," jelas Calia sedikit bernafas lega.

Venti terkekeh geli mendengar jawaban Calia, teringat Irus selalu marah-marah jika menjemput Calia.

"Memang nya Mama Calia kemana? Kok pakai pengasuh," tanya Venti menyandar kan punggung nya pada batang pohon.

"Ada kok, pakai pengasuh karena mama gak bisa ngurus 4 anak sendirian," sahut Calia.

"Ah benar juga kamu 4 bersaudara ya," tutur Venti mengangguk-anggukkan kepalanya teringat sosok 3 adik Calia yang sering datang ke Mondstad.

"Tunggu sendiri? Memangnya kemana papa mu?" Tanya Venti mengkerut bingung. Calia dia termenung, detak jantung nya berpacu cepat.

"Pa-papa? Ahahaha papa.....gak tau," lirih Calia. Venti semakin mengkerut bingung dengan jawaban Calia.

"Tak tahu? Maksudnya Calia gak pernah ketemu Papa?" Tanya Venti lagi.

"Ketemu kok, sering malahan. Tapi....papa gak bisa ingat mama sama Calia," sahut Calia tersenyum sendu.

Venti termenung kaget, tangannya bergerak menarik Calia kedalam pelukannya.

"Jangan sedih, gak usah di pikirin Papa sejahat itu. Masa anak sama istrinya sendiri lupa," dumal Venti mengusap Surai biru Gelap Calia.

"Kalau mau, Calia boleh kok anggap Paman Papa Calia. Tapi jangan kasih tau mama Calia, nanti takut nya mama Calia marah karena ngira paman mau rebut posisi suaminya," sambung Venti melepas pelukannya.

Tapi papa kan memang papa Calia, batin Calia sambil menggaruk tengkuk Lehernya.

"Gimana? Mau gak? Nanti paman Venti bakal ngabulin apa pun yang Calia mau bahkan kalau Calia mau dunia ini bakal paman kasih," ucap Venti sambil menatap langit lalu kembali menatap wajah Calia.

"Eh tapi gak bisa deh, nanti Administrator marah," sambung Venti terkekeh geli. Calia ikut tertawa kecil, seulas senyum lembut terukir dibibir Venti tangannya bergerak mengusap puncak kepala Calia.

"Tapi paman Venti bisa kasih hal Lain buat Calia contoh nya buah apel ini," seru Venti memunculkan sebuah apel di tangannya. Manik hitam Calia berbinar terang, Venti terkekeh geli melihat ekspresi lucu Calia.

"Jadi Calia boleh panggil paman, Papa?" Tanya Calia sedikit ragu dengan pertanyaan nya.

"Tentu! Mulai sekarang Paman Venti akan jadi Papa Calia! Papa Barbatos ahahah," tawa Venti sambil mengangkat tubuh Calia.

Virus (Genshin Impact Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang