23. Renggang

425 14 0
                                    

Happy reading ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ✨

Tepat dua minggu proses pencarian korban jatuhnya pesawat Air 201, pencarian dinyatakan berhenti, tidak ada satupun korban yang selamat karena pesawat mengalami ledakan

"Merelakan adalah jalan terbaik mas, kak Ameera sudah bahagia disana" Hawa menepuk pundak kakaknya yang sedang menangis

"Kak Ameera pasti sedih melihat kondisi mas Aska yang menyedihkan" Hawa mencoba membujuk Aska karena ia prihatin melihat kondisi kakaknya yang tak terurus, rambut yang biasanya tersisir rapi sekarang acak-acakan, badan tegap dan raut wajah datar sekarang menjadi sendu, sad boy lah si mas Aska ini, Hawa jadi kasihan, udah nasib percintaannya gagal total, eh kakaknya ikut-ikutan, memang takdir selalu tak terduga

"Sekarang mas Aska makan dulu ya" Aska menggeleng tanda tak mau, semenjak kematian Ameera, pola makannya menjadi tak teratur, bahkan seringkali ia menerima infus karena pingsan

"Dikit aja"

Hawa sudah mulai menangis "mas Aska cuma mikirin kak Ameera, mas gak pernah mikirin Hawa, Hawa khawatir juga sama mas, mas fikir yang sayang sama mas cuma kakk Ameera aja!" Ia berteriak diakhir ucapannya

Hawa menangis sesenggukan, antara kesal dan sedih, ia sudah menahan diri karena mencoba faham dengan kondisi Aska, ia juga sedang down karena hubungannya kandas, tapi ia mencoba kuat untuk kakaknya, kalau dibiarkan begini terus jangan salahkan Hawa kalau ia bisa meledakan emosi kapanpun

"Saya gak ada nyuruh kamu khawatir! Tinggalkan saya sendiri!" Bentak Aska pada Hawa

Hawa menatap kakaknya dengan pandangan tak percaya, inikah Aska, gak gak ini bukan mas Aska, batin Hawa seakan menolak jika lelaki kasar didepannya ini kakak kandungnya, Hawa tampar pipinya sendiri, mencoba mengembalikan kesadarannya karena terkejut "mas bentak Hawa? MAS ASKA BENTAK HAWA?" Hawa menarik kerah kemeja yang Aska pakai, sialnya Hawa tersulut emosi karena bentakan Aska

"Kamu bukan Mas Aska, kembalikan mas aku!" Hawa menangis, genggaman tangannya pada kerah kemeja Aska melemah, badannya meluruh kelantai

"Hiks... Kembalikan mas Aska" lirih Hawa

Ladha mendengar keributan dari kamar Aska, tadi ia menyuruh Hawa membujuk Aska agar mau makan, tapi ia terkejut melihat putrinya terduduk dilantai "astaga Cece, kamu ngapain" Ladha meraih lengan Hawa dan membantunya berdiri

"Kalau emang mas Aska udah gak butuh Hawa, oke mas... anggap kita ga saling kenal" Hawa tak menghiraukan mamanya, ia melengos pergi dari kamar Aska

Aska mengacak rambutnya kasar, mulutnya tidak bisa dikontrol, ia benar-benar kalut, benar kata Hawa... Ini bukan dirinya, ia tak mungkin tega menyakiti perasaan adiknya

S E R A S I ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang