27. Kami hancur

493 12 1
                                    

Happy reading ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ✨


Akhirnya Aska memiliki waktu berdua dengan adiknya setelah kabur-kaburan, Ladha yang geram dengan tingkah anaknya itu dengan tegas mengunci mereka dalam satu ruangan

Hawa duduk diatas kasur Aska sedangkan Aska mencoba mendekat tapi Hawa seakan diprogram otomatis akan bergeser 50cm darinya

"Jangan menjauh" perintah Aska

Hawa tetap bergeser jika Aska mendekat, Aska yang sudah gemas lalu menarik tangan adiknya tak mendekap erat Hawa dipelukannya

Hawa berontak karena ia masih marah dengan Aska, meski tak bisa dipungkiri pelukan kakaknya adalah tempat yang nyaman

"Lepas!"

"Gak akan"

"Lepas gak?!"

"Diam!"

Hawa merengut mendengar sentakan Aska "ngapain sih, kita gak saling kenal ya" sinis Hawa

"Dengerin mas dulu"

"Mas minta maaf oke, kemarin mas gak bisa kontrol omongan, kamu tau kan mas lagi kacau"

"Gak!" Hawa tetap saja kesal, bisa-bisanya kemarin Aska berbicara seperti itu padanya

"Mas harus apa biar kamu maafin?"

"Kamu mau mobil baru? Tas limited edition? Atau mau shopping sepuasnya?"

Hawa tidak akan bisa disogok dengan itu semua, ia juga punya uang banyak, endors dari orang-orang aja numpuk di kamarnya, belum lagi adsense YouTube miliknya

"Kamu fikir Hawa gak bisa beli sendiri?"

"Kamu? Kamu manggil mas 'kamu'?"

"Kita kan gak kenal"

Inilah konsekuensi yang harus Aska tanggung karena sudah menyakiti hati adiknya, bahkan semalam ia sudah mendapatkan pukulan dari Adi

Aska menghela nafasnya "Ya sudah, mungkin kamu masih butuh waktu buat maafin mas" lalu ia bangkit dari ranjangnya dan mengambil kunci cadangan untuk kamarnya

"Kamu boleh keluar"

Hawa melenggang keluar dari kamar Aska, ia ingin Aska lebih berusaha untuk mendapat maaf darinya, Hawa sebenarnya sedikit kelas dan cemburu karena Aska segitu kacau karena wanita lain, selama ini Hawa hanya tau jika dirinyalah prioritas Aska, tapi ia sadar jika ia bukan prioritas Aska lagi saat lelaki itu sudah menemukan jodohnya

"Gimana?" Tegur Ladha saat Hawa keluar dari kamar Aska

"Apanya ma?"

"Kamu belum maafin mas kamu?"

"Hmm"

Ladha memukul pantat Hawa "kamu ini!" geram Ladha

"Apa sih ma, kok main pukul Cece" gerutu Hawa

"Wes lah sekarepmu! sama saudara sendiri kok egois banget"

"Kok jadi Cece yang egois sih?!"

"Kamu itu simpati sedikit dengan kakakmu, dia lagi kacau jadi maklumin kalau bicaranya ngawur, harusnya kamu lebih sabar"

"Mama fikir cuma mas Aska yang lagi kacau? harusnya dia bersyukur Hawa mau nemenin dia disaat hancur, tapi apa? Mama gak mikirin Hawa juga ya? Hawa juga lagi hancur tapi berusaha kuat buat mas Aska tapi dia sama sekali gak menghargai Hawa ma!" teriak Hawa dengan tangisannya

Plak

"Kamu berani sekali teriak didepan mama?"

Sakit sekali, tubuhnya seakan berhenti beroperasi, ia tergugu ditempat dengan wajah yang menunduk akibat tamparan sang mama

"Ternyata akhirnya begini, harusnya Hawa gak pulang aja kemarin" lirih Hawa, matanya mengeluarkan air mata sedangkan bibirnya menyunggingkan senyum pahit

"Hawa benci mama!"

Ladha sungguh terkejut, bukan ini maksudnya, ia sungguh menghawatirkan kedua anaknya, ia tidak menyangka jika langkah yang ia ambil ternyata salah

"H-hawa, sayang" panggil Ladha, namun Hawa sudah berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya

"Sayang maafin mama, Mama berbicara seperti itu, mama peduli dengan kalian berdua, mama hanya ingin kalian saling mengurangi ego masing-masing, maafin mama" Ladha menangis sambil menyandarkan dirinya dipintu kamar Hawa

Hawa didalam mendengar semua ucapan mamanya, ia sadar jika seseorang yang hatinya sedang kacau akan melakukan hal yang tidak semestinya, ia ingin memakluminya tapi ia merasa sakit dengan itu semua, ia hanya ingin sedikit waktu untuk membaik tanpa dipaksa untuk baik

Air matanya sungguh tidak bisa lagi dibendung, bahkan ia meredam isakannya dengan bantal

"Hiks.."

Aska keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan dari luar, ia melihat mamanya yang menangis didepan kamar Hawa

"Ma?"

"Aska-- ini salah mama, Aska tolong bujuk Hawa keluar, harusnya mama gak nampar dia" Hawa menangis sesenggukan

"Apa? Mama nampar Hawa? Ma ini salah Aska kenapa mama jadi tampar Hawa?"

"Mama-- mama gak tau, mama kelepasan"

"Biarkan Hawa sendiri dulu, ayo Aska antar mama ke kamar ya"

"Mama gak mau kemana-mana sebelum Hawa keluar!"

"Ma, berikan waktu untuk Hawa, ayo Mama ke kamar aja"

Aska menuntun Ladha ke kamarnya, lalu ia menelfon sang papa untuk pulang, ia menjelaskan kejadian sebenarnya ke papanya, dan papanya langsung bersedia pulang karena keluarganya sedang kacau

Adi yang sedang berada di kantor merasa buruk menjadi kepala keluarga, ia tidak bisa menyikapi hal ini lebih baik lagi, bahkan saat keluarganya kacau bisa-bisanya ia duduk di kursi kerja dan memilih mengurus kertas-kertas ini

"Ton, urus berkas-berkas ini, saya harus pulang"

"Tapi masih ada rapat dengan siren company pak"

"Rescedule ulang, saya ada urusan keluarga"

-bersambung-

Hallo readers
Sedih banget sih kalau jadi Hawa, tapi mereka semua sama-sama hancur, author cuma pingin mereka saling menguatkan kok

Keep strong FL kesayangan author

Keep strong FL kesayangan author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


S E R A S I ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang