17. Titik terendah

506 25 1
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Satu hari kemudian

Ladha merasa sangat hancur melihat putrinya terpuruk seperti ini, ibu mana yang kuat melihat sorot mata yang biasanya ceria berubah kosong

"Sayang, diminum susunya" Ladha mengelus rambut Hawa dengan lembut

"Nanti Hawa minum"

"Iya, nanti diminum ya, mau mama panggilkan Fika?" Tanya Ladha, mungkin saja Hawa membutuhkan sahabatnya untuk bercerita

"Ga usah, mama disini aja"

Ladha merengkuh Hawa dalam pelukannya, ia menangis "maafkan mama, harusnya mama lebih selektif lagi"

"Hiks.." Hawa mulai menangis diperlukan Ladha

"Maafkan mama sayang, andai mama tau mereka jahat sama kamu, mama yang akan maju, kenapa Hawa ga cerita ke mama"

"Hiks.. ma-- sakit" Hawa menangis tersedu-sedu

Adi Hartono, atau yang kita kenal pak Hartono, seorang ayah sekaligus cinta pertama putrinya... Tentu saja merasa marah saat ini, putrinya hancur karena seorang lelaki

"Fairuz tarik semua investasi dari B&B property, batalkan semua kerjasama" perintah Adi pada sekretarisnya

"Baik pak"

"Pergilah, saya akan berada disini sampai putri saya sembuh, katakan pada Aska untuk menggantikan saya sementara waktu, saya juga titip Laskar, awasi dia jangan sampai lalai"

"Siap pak"

Adi menghampiri ranjang Hawa, ia ikut mengelus rambut putrinya lembut "maafkan papa juga ya nduk, papa harusnya bisa melindungi kamu"

"Papa, peluk" pinta Hawa

"Udah jangan sedih ya sayang, kamu terlalu sempurna untuk dia, akan papa bawakan 1000 lelaki terbaik didunia untuk kamu"

Hawa tertawa pelan "Satu aja pa"

"Mau yang blesteran Arab lagi?"

Hawa menggeleng lucu "udah trauma pah"

Adi tertawa "pokoknya putri papa harus bahagia"

***

"Kamu yakin, ce?" Tanya Ladha

"Ya yakin ma, orang Cece udah dandan gini"

S E R A S I ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang