13. Pilihan Sulit

436 19 1
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

Beberapa minggu kemudian

Hawa merasa badannya remuk, tengah malam dan ia masih terjebak dikampus untuk persiapan hari Bumi

"Guys, persiapannya udah beres, kalian boleh pulang" teriak El selaku ketua pelaksana, akhirnya mereka semua bisa menghembuskan nafas lega

"Jangan lupa besok kumpul jam 7 pagi" lanjutnya

Semua panitia bergegas pulang, sedangkan Hawa mencoba menghubungi kekasihnya namun tidak ada jawaban

Saat akan menghubungi Aska, tiba-tiba Hawa dikejutkan oleh tepukan dibaginya "ce, pulang bareng gue aja"

"Aku hubungin kakak aku aja mas, takut ngerepotin mas Bumi, udah malem juga" tolak Hawa sungkan

"Gapapa ce, udah ayo"

"Ya udah deh, makasih ya mas Bumi"

Sedangkan disisi lain, Adam tengah menunggu di depan ruang ICU, tiba-tiba saja, Khadijah--adiknya menghubunginya kalau umi mereka sakit

Tak lama seorang dokter keluar, Adam dan Hasan langsung menghampiri dokter tersebut "bagaimana keadaan istri saya dokter?"

"Pasien terkena serangan jantung, Alhamdulillah beliau cepat dibawa kesini, sehingga mendapatkan penanganan lebih cepat"

Adam dan Hasan menghembuskan nafas lega "terimakasih dokter, apa pasien sudah bisa dijenguk?"

"Silahkan, satu persatu saja"

Hasan lalu masuk terlebih dahulu untuk melihat keadaan istrinya lalu setelah itu Adam

Adam melihat uminya terbaring di ranjang pasien, ia menitihkan air matanya, bagaimanapun sifat uminya ia tetaplah wanita yang paling berjasa untuk hidup Adam

Adam perlahan mendekati sang umi, ia raih tangan sang umi lalu ia cium "maafkan Adam, mi"

"A--adam" panggil umi

"Alhamdulillah, umi sadar. Adam panggilkan dokter"

"Jangan dulu nak, Adam kemarilah" pinta sang umi

Adam kembali duduk ditempatnya tadi "umi perlu apa?"

"Adam, umi mohon.. menikahlah dengan Aisyah"

"Umi--"

"Umi mohon nak"

Tidak baik membiarkan uminya memohon sedemikian, mungkin ini adalah takdirnya, berjodoh dengan Aisyah

"Baik umi" lirih Adam

Setelah itu Adam keluar dari ruang rawat uminya dengan perasaan kalut, ia memilih menenangkan dirinya di taman rumah sakit

"Apa yang harus saya katakan pada Hawa, bagaimana saya harus menjelaskan pada keluarganya"

"Kenapa harus seperti ini"

Saat Adam sedang kalut dengan pikirannya, seorang pria paruh baya yang tak lain abinya datang menghampiri

"Ada apa nak?"

"Abi, Adam takut dengan pilihan Adam sendiri"

"Jangan bilang--"

"Iya bi, Adam bersedia menikah dengan Aisyah"

"Adam, ini pernikahanmu nak, kamu yang yang akan menjalaninya, jangan ada paksaan dalam hatimu"

"Adam tidak bisa memilih antar gadis yang Adam cintai atau wanita yang sudah melahirkan dan merawat Adam, bi"

"Abi tidak tau harus berbuat apa, nak. Kamu kebanggaan Abi, terimakasih sudah berbakti kepada orang tua"

"Hawa maafkan saya" batin Adam

-tbc-

S E R A S I ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang