28. Penyelesaian

463 11 0
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Adi baru saja sampai dirumahnya, hawa hangat yang biasa ia rasakan sekarang berubah menjadi sunyi dan penuh duka

Ia menghampiri istrinya terlebih dulu, Ladha-- wanita yang ia cintai sedang menangis sesenggukan diatas tempat tidur

"Ma"

Ladha membuka telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup mukanya saat menangis, ia menatap Adi dengan tatapan penuh kesedihan

"Pa, ini salah mama"

Adi mendekati istrinya, ia membawa wanita itu ke pelukannya "bukan salah mama, tapi kita sebagai orang tua harus lebih bersabar menghadapi masalah anak kita, campuri secukupnya, dan biarkan mereka berusaha mencari jalan keluar sendiri.. mereka sudah dewasa, tugas kita untuk menguatkan dan mengingatkan"

"Sekarang ayo kita bujuk Hawa"

Adi menggandeng istrinya menuju kamar putri mereka, ia memiliki kunci cadangan tapi ia tak ingin melanggar privasi sang anak

"Hawa, ini papa sayang"

"Papa mau bicara, kamu keluar dulu ya"

Aska keluar kamarnya, ia melihat orangtuanya berdiri di depan pintu kamar Hawa "pah"

"Belum mau keluar?" Tanya Aska dan dibalas gelengan oleh Adi

"Aska sudah minta tolong ke Fika mungkin dia bisa membujuk Hawa"

Ting tong

"Biar Aska yang buka"

Aska membuka pintu rumahnya, tapi ia sedikit kaget karena yang datang adalah Savier bukan Fika, pantas saja kok cepat

"Ngapain Vier?"

"Mau ketemu calon istri"

"Ha?"

"Your Lil sister, bro"

"Hawa maksud kamu?"

"Siapa lagi?"

"Bicaramu ngelantur, masuk saja, adik perempuanku sedang berada di kamarnya"

Savier melangkahkan kakinya memasuki mansion yang besar milik Hartono sekeluarga, ia menyapa kedua orang tua Aska

"Biar Vier yang bujuk om"

"Kamu yakin?"

"Kita coba dulu"

Savier membuka kamar Hawa menggunakan kunci cadangan yang ia dapat dari dan atas seizin Adi

Savier melihat Hawa yang masih menangis dikasurnya, wajah gadis itu tertutupi bantal

"Sweety... please, don't cry"

Hawa membuka bantal yang menutupi wajahnya, ia melihat lelaki yang sekarang berstatus kekasihnya sedang berdiri didepannya, apa boleh sekarang ia membagi kesedihannya kepada seseorang yang berjanji akan membawa kebahagiaan untuknya

Savier mengusap air mata yang berjejak diwajah cantik Hawa, lalu ia raih gadisnya kedalam pelukannya "jangan bersedih sendiri, kamu memiliki saya mulai sekarang"

Hawa semakin menangis dipelukan Savier "berhentilah menangis atau matamu akan sakit"

"Mas" panggil Hawa

"Hum?" Balas Savier, ia masih setia mengelus rambut kekasih kecilnya

"Mas" panggil Hawa lagi

"Ya?"

"I need you"

"I'm here"

"Udah gak ada yang ngerti perasaan Hawa, Hawa rasanya mau mati aja"

Savier terkekeh mendengar ucapan kekasihnya itu "Kamu terlalu berlebihan sayang"

"Satu hal yang harus kamu tau, semua orang sangat menyayangi kamu, gadis manis seperti kamu pasti akan mendapat ribuan ton kasih sayang dari orang-orang sekitar"

"Benarkah?"

"Bahkan jika kamu masih kurang dicintai, saya yang akan menjadi penyumbang cinta itu hingga kamu merasa penuh"

Benarkah? Apakah ia sekarang boleh berharap tanpa takut dengan rasa kecewa? Ia sungguh ingin dicintai sebesar itu oleh seseorang yang akan menemani separuh hidupnya

"Sekarang mari perbaiki apa yang telah kacau"

Savier mengangkat tubuh Hawa, ingatkan jika gadis itu tidak terlalu kurus dan memiliki postur yang tinggi, namun jika dibandingkan postur tubuh Savier, Hawa layaknya kresek dengan muatan 5kg sehingga mudah untuk diangkat oleh Savier

"Mas gak usah digendong juga"

"Ini langkah pertama saya untuk memuja kamu dengan cinta"

"Mulut mas Vier manis sekali" keluh Hawa

***

Singkat cerita Hawa dan keluarga telah akur kembali, mereka sadar jika kondisi yang seperti ini tidak seharusnya malah terpecah, mereka harus lebih kuat lagi, dan masalah sudah selesai, barulah datang sahabat tercinta Hawa

"Fika datang!" Teriak gadis itu

Keluarga Hawa yang berada diruang keluarga menatap Fika aneh, gadis itu memerlukan waktu yang lama untuk datang kesini tapi lihatlah penampilannya, memakai baju tidur dan sandal bulu, seperti orang yang buru-buru karena khawatir.. tapi jika mengingat waktu.. sepertinya gadis itu tidak seburu- buru itu untuk datang kemari

"Loh katanya Hawa gak mau keluar kamar?" Tanya Fika heran saat melihat Hawa duduk anteng disebelah Savier dan Aska

Aska berdecak sebal "pulang sana!"

"Mas itu nyuruh aku kesini, pas udah sampai kenapa disuruh pulang sih" kesal Fika

"Udah selesai masalahnya, mending kamu pulang"

"Aska, udah malam, Fika tadi kesini sendiri?"

"Iya om"

"Menginap lagi saja disini, kamu tidur sama Hawa?"

"Boleh Tante?"

"Tentu saja, anggap ini rumah sendiri"

"Boleh dijual berarti?"

Aska menjitak kepala Fika "Ya bukan gitu konsepnya bocil"

Fika mengaduh dan mengelus kepalanya "Tante, mas Askanya jahat"

"Aska...!"

"Bukan Aska mah, tangan Aska"

-bersambung-

Akhirnya baikan juga kan
Sekarang pawangnya cece udah ganti
Yang masih ngarep pak Adam siapa?

Lucu banget si Rafika kalau gini, kira-kira mas Aska kita bakal suka gak ya?

Lucu banget si Rafika kalau gini, kira-kira mas Aska kita bakal suka gak ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S E R A S I ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang