1

1.2K 75 5
                                    

.



.



.

Saat ini cahaya matahari tampak begitu menyilaukan, menandakan betapa panasnya siang hari ini. Tapi hal tersebut tidak menjadi alasan bagi kedua insan di depan kita untuk menghentikan aksi mereka. Terlihat dengan jelas seorang lelaki tampan yang memiliki pahatan sempurna, wajah yang tampak begitu tegas. Wajah itu begitu menipu, nyatanya sifat lelaki itu tidak setegas wajahnya.

Daisuke, nama lelaki tersebut. Sejak 5 menit yang lalu Daisuke terus asik bermanja-manja dengan kekasih tercintanya. Sakura Haruno, Perempuan cantik dengan sejuta pesona. Anak ketiga dari keluarga Haruno yang disegani di Kota bahkan di Negara ini. Sayang seribu sayang, Sakura memiliki sifat yang tidak bisa ditolerir yaitu playgirl, dia banyak main lelaki. Dia suka bergonta-ganti lelaki, karena dia beranggapan laki-laki adalah mainan. Namun diantara laki-laki itu, Daisuke tetaplah menjadi rumahnya untuk pulang.

Daisuke adalah rumahnya, sejauh apapun Sakura pergi dia pasti akan ingat kemana dia harus kembali.

Kehangatan Daisuke membuat Sakura nyaman, tapi bukan berarti Sakura akan berhenti jajan. Katakan saja dia brengsek, Sakura tidak peduli. Kata itu sudah menjadi simbolis untuknya, karena dengan jahatnya dia menyelingkuhi seorang Daisuke. Lelaki baik hati nan lugu.

Jika ada yang bertanya apakah Daisuke tahu? Jawabannya ya Daisuke tahu, setiap malam Daisuke selalu menangisi hal itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan, melarang? Dia terlalu takut. Memutuskan hubungan mereka? Daisuke tak sanggup. Untuk itu Daisuke tetap memilih mempertahankan Sakura, karena dirinya juga tahu kemana pun Sakura pergi; Sakura pasti akan kembali.

Daisuke memeluk lengan Sakura erat, sesekali ia mengendus aroma vanilla bercampur stoberi milik kekasihnya. Sangat wangi dan Daisuke suka. Sakura hanya diam, membiarkan Daisuke bertindak semaunya. Sakura melirik ponsel miliknya, dia baru saja mendapat notif pesan dari beberapa mainnya. Mereka mengajak dia berkencan.

Sakura tersenyum tipis, tak sabar menanti dimana dia akan memutuskan mereka. Jujur dia sudah bosan dan muak, karena para lelaki itu sama saja. Sama-sama suka cari perhatian dan uang.

Daisuke yang tak dihiraukan mulai menunjukkan ekspresi kesal, dia menatap Sakura dengan bola mata tajam. Onyx miliknya setajam Elang.

Menyadari hal itu Sakura segera menoleh, dengan kaku Sakura tertawa, lalu mengelus surai Daisuke penuh sayang. Mendapat perlakuan seperti itu Daisuke langsung luluh, dalam hati Daisuke meruntuki dirinya sendiri.

"Hmppt! Dasar hati baperan."

Itu tak berselang lama karena setelahnya Daisuke langsung tersenyum cerah.

"Kura belum makan kan?" Tanya Daisuke sambil menatap Sakura dalam.

Sakura mengangguk, setelah itu ia melirik kotak berwarna biru yang sejak tadi berada disamping Daisuke.

Sontak mendengar itu Daisuke langsung berdiri tak lupa mengambil kotak yang dibawa nya. Daisuke menatap Sakura yang masih duduk, tangan langsung merapikan anak rambut Sakura yang tadi berantakan. Setelah itu dia duduk kembali.

"Kura lihat!" Daisuke membuka kotak itu dan menyodorkannya kearah Sakura, agar Sakura bisa melihat lebih jelas.

Sakura tersenyum simpul. "Omelette hmm?"

Daisuke mengangguk antusias. "Iya, aku tadi pagi sengaja bangun lebih awal. Semoga Kura suka ya," ujar Daisuke yang terlihat senang. Sangat senang.

Sakura merasa terharu, dengan sigap dia mencicipi Omelette buatan Daisuke. Lidah perasa miliknya langsung terbang, ini benar-benar enak.

Daisuke menatap takut-takut. "Gimana rasanya?" Tanyanya dengan nada pelan. Daisuke terlalu takut kalau Sakura tidak menyukainya, ini pertama kalinya dia membuat Omelette.

Sakura mengelus rambut Daisuke kembali. "Enak, Kekasih ku ini rupanya pintar memasak ya?" Puji Sakura disertai pertanyaan.

Tentu saja pujian itu membuka seluruh wajah Daisuke memerah, rasa bangga mulai mengelilingi tubuhnya.

"Te-terimakasih, kedepannya aku akan belajar membuat banyak menu agar Kura puas. Dan tidak main dengan lelaki lain lagi." Kalimat terakhir hanya dia ucapkan dalam hati, Daisuke tidak seberani itu.

Sakura memeluk Daisuke. Sepertinya menjadikan Daisuke rumahnya untuk pulang adalah pilihan terbaik.

Merasa suasana mendukung Sakura mempersempit jarak keduanya, hal itu menyebabkan Daisuke terdiam kaku. Daisuke panik, dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan lembut Sakura mendekat dan mencium Daisuke, dengan lincah pula ia memainkan bibir Daisuke bagian atas dan bawah.

Hanya saja itu tak berlangsung lama, Daisuke segera menoleh dengan wajah memerah.

"Ma-maaf Kura, a-aku," ujar Daisuke dengan napas terengah-engah.

Mendapat respons seperti itu membuat Sakura mendecih tak suka. Inilah salah satu sifat Daisuke yang Sakura tidak suka. Terlalu pasif. Sakura muak, dia ingin Daisuke menjadi sosok yang berani; kalo perlu agresif. Tapi sepertinya itu mustahil, berciuman saja Sakura harus menyetok ribuan kesabaran, apalagi ke tahap selanjutnya.

Daisuke melirik raut yang Sakura tujukan, dalam hati ia juga kecewa pada dirinya. Sekali lagi dia membuat Sakuranya kecewa, pasti setelah ini Sakura akan mencari lelaki lain untuk dijadikan pelampiasan.






To be continue...

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang