27

308 36 1
                                    

.








.




.

"Kenapa baru sekarang ada sebutan partner? Bukan kah sebelumnya kita sudah menjadi partner," ujar Sasuke ambigu membuat Sakura memandang Pria itu bingung.

"Gimana bisa? Ini saja perkenalan pertama kita," sahut Sakura tak terima; dirinya tidak mungkin lupa. Sasuke terkekeh melihat ekspresi tak terima Sakura, entah kenapa saat ini Wanita itu terlihat menggemaskan.

"Partner ranjang," ucap Sasuke ringan. Ia terlihat santai tanpa peduli ekspresi Sakura yang sudah semerah tomat. Dengan kasar Sakura menepuk bahu lebar Sasuke, ia menatap Pria itu garang.

"Sialan kamu Sas, kalo saja saat itu aku tahu kamu bukan Daisuke, aku nggak akan ngasih juga kali," tutur Sakura tanpa pikir panjang. Sakura tak menyadari akibat yang sudah ia timbulkan.

Sasuke meremas jari jemarinya sampai memutih, hatinya merasa tidak terima dengan penuturan Sakura barusan. Ia seolah tertampar realita yang ada. Itu benar, dia bukan Daisuke; jadi untuk apa ia berharap lebih? Jangan bodoh Sasuke.

Sasuke tidak memberi respon apapun, dia membiarkan Sakura yang tergagu. Saat ini Sasuke sedang merasa kesal.

Sakura menyadari perubahan suasana hati Sasuke, lantas ia membekap mulut ceplas-ceplosnya. Merutuki hal itu. "Maaf Sas, aku nggak bermaksud," pinta Sakura. Dia harap Sasuke mau memaafkannya.

Sasuke menghadap Sakura, posisi mereka saat ini begitu dekat. "Jadi kamu menyesal udah kasih itu ke aku?" Tanya Sasuke memastikan. Hatinya harap-harap cemas. Sakura sontak menggeleng kasar.

"Aku nggak nyesal kok, aku hanya merasa bersalah aja ke Daisuke. Seharusnya itu milik dia," cicit Sakura. Sorot matanya meredup.

Sasuke semakin tertampar, setiap lontaran Sakura tentang Daisuke pasti selalu menamparnya. Secara tidak langsung takdir seolah mengatakan bahwa ia harus sadar diri.

Sakura mendengus melihat Sasuke yang terdiam, ia memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan. "Dan satu hal lagi Sas, aku minta penyelidikan kita ini hanya diketahui oleh aku, kamu, dan temanku. Cukup kita. Jangan libatkan siapapun apalagi bawahanmu," ujar Sakura matang. Ia langsung mendapatkan kontra dari Sasuke.

"Kenapa bawahanku nggak boleh tahu? Sedangkan teman kamu bisa, itu nggak adil," protes Sasuke.

"Aku tahu Sas, tapi untuk situasi ini cuma teman aku yang bisa dipercaya. Alasan bawahan kamu nggak boleh tahu karna aku takut mereka merupakan mata-mata. Tolong mengerti Sas, untuk kali ini saja." Sasuke tampak berpikir.

"Gimana kalo Kakashi aja yang tahu?" Sasuke bernegosiasi.

Sakura mendelik tak suka, Sasuke keras kepala sekali. "Semuanya Sas tanpa terkecuali," tegas Sakura. Ia harap Sasuke mengerti dan tidak bernegosiasi lagi.

"Kakashi orang kepercayaan aku, dia nggak mungkin macam-macam." Sasuke sudah sangat percaya dengan Kakashi. Kakashi merupakan asisten sekaligus sahabat yang paling ia percaya, kalo seluruh bawahannya mengkhianatinya Kakashi tidak akan menjadi salah satu diantara mereka.

"Kenapa kamu bisa se yakin itu? Jujur aku saja nggak pernah percaya sama orang lain sedalam itu, bahkan keluarga ku sendiri," cetus Sakura.

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang