34 END

666 39 3
                                    

.












.










.


"Kalo dia nolak gimana?" Sasuke merasa tidak percaya diri, dan percayalah ini adalah kali pertama seorang Sasuke Uchiha seperti ini; Sakura Haruno memang hebat bisa mengacak-acak kehidupan Sasuke.

"Urusan itu belakangan, yang penting kamu udah confes. Jujur aku nggak rela kalo Sakura nggak sama kamu, percayalah kalian cocok. Aku rasa kalian pasangan yang udah ditakdirkan."

Sasuke semakin terdiam. Keputusan apa yang harus ia ambil?

.

.

Sakura memeluk anggota keluarganya satu per satu, mereka mengantar Sakura penuh haru. Sakura juga tersenyum haru, ia tak menyangka keluarganya dapat kembali harmonis. Sazuma telah memaafkan kesalahan Makoto, Sasori dan Sakura sebagai anak pun ikut memaafkan. Bagaimana nasip Matsuri? Wanita itu ikut ibu kandungnya, biar bagaimanapun Matsuri adalah anak Mebuki, Matsuri ingin berbakti pada ibu kandungnya.

Sasori kembali memeluk adiknya. "Jaga diri baik-baik Kura." Sakura mengangguk.

"Terimakasih semuanya, kalian udah bisa pulang. Palingan 5 menit lagi aku berangkat." Keluarga Haruno mengangguk, mereka menuruti permintaan Sakura.

Dengan langkah sedang Sakura menarik koper pink kesukaannya. Sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya ia berharap Sasuke datang, ia ingin melihat Sasuke untuk yang terakhir kalinya; hanya saja ia tidak bisa egois. Ia takut menjerat Sasuke, mereka berdua harus berada dijalan pilihan masing-masing tanpa adanya ikatan masa lalu. Sakura tidak ingin Sasuke bersamanya hanya karena Daisuke, jelas Sasuke dan Daisuke adalah dua orang yang berbeda.

5 menit terasa lama, Sakura semakin gusar. Mungkin ekspektasinya saja yang terlalu tinggi, dalam ekspetasinya Sasuke akan menyusulnya kemari; lalu mengatakan sesuatu yang membahagiakan. Ternyata itu hanya sekadar angan.

.

.

Sakura menuju ke kursi penumpang VIP, Sakura terlihat kecewa. Sakura menatap heran ruang VIP yang sudah ia pesan. Kenapa bisa ada banyak bunga di sini? Dengan segera ia bertanya ke pramugari yang berdiri tepat di samping ruangan.

"Kenapa ada banyak bunga di sini? Bukan kah ini terlalu berlebihan?" Pramugari itu hanya tersenyum.

"Silakan masuk Nona, setelah masuk Nona akan mendapat jawabannya." Sakura semakin heran, namun karena rasa penasaran yang tinggi ia pun masuk.

Emerald nya mengamati seisi ruangan, tidak ada hal yang mencurigakan. Sampai anak matanya menangkap sosok misterius berlapis jubah tebal.

"Siapa?" Tanya Sakura sambil mempersempit jaraknya dengan sosok misterius itu. "Kyaaa!" Sakura tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, dia barusan ditarik sosok misterius itu.

"Apa-apaan ini Tuan, Anda sangat tidak sopan," protes Sakura dengan raut kesal. Tangannya hendak melayang menampar wajah tertutup Pria kurang ajar ini.

"Tidak sopan dari mananya hmm?" Akhirnya Pria misterius itu membuka suara. Mendengar itu Sakura melotot.

"Sa-sasuke? Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Sakura tak sabaran.

Tahu penyamarannya terungkap Sasuke segera melepaskan jubah serta topeng yang menutupi mukanya.

"Aku ingin menyusul mu," jawab Sasuke.

Sakura hendak turun dari pangkuan Sasuke, tapi Sasuke menahannya. "Biar aku turun dulu," pinta Sakura. Sasuke menggeleng.

"Nggak, kamu tetap di sini. Aku merindukanmu," bisik Sasuke. Bisikan itu membuat bulu kuduk Sakura berdiri, ia merasa kegelian.

"Ta-tapi kenapa?" Sial Sakura merasa didominasi, padahal biasanya Sakura lah yang mendominasi para pria.

"Lalu gimana dengan Perusahaan Uchiha?"

"Itu perkara mudah, aku bisa mengurusnya. Saat ini kamu yang terpenting Sakura."

Setelah pembicaraannya dengan Suigetsu kemarin, akhirnya Sasuke memutuskan untuk mengejar cintanya. Sasuke menjadi percaya diri. Sasuke merasa tidak harus rendah diri, dia seorang Uchiha yang punya kuasa sekaligus pesona.

"Maksudmu? Jangan ambigu Sas." Sakura masih belum bisa mencerna semuanya. Karena ketidakpekaan Sakura Sasuke menghela napas.

"Aku suka eh nggak... aku cinta sama kamu Sakura," ungkap Sasuke sambil menyelami manik Sakura. Sakura tak bergeming. Ia menatap Sasuke balik, mencoba mencari kebohongan dalam manik Pria itu, nyatanya ia tak menemukannya sama sekali.

"Aku nggak bohong Sakura, mungkin ini terdengar aneh tapi sandiwara yang aku lakukan justru jadi boomerang. Aku nggak bisa nolak pesona bungsu Haruno ini." Sasuke mengendus aroma tubuh Sakura, aroma alaminya begitu memabukkan. Rasa vanilla dan stoberi bersatu padu.

"Geli Sas," protes Sakura sambil menjauhkan wajah Pria itu. Sasuke tak mau kalah, ia tidak menghentikan aksinya. Sakura dibuat pasrah.

"Tahu nggak Sakura, lain di mulut lain di otak itu namanya sandiwara; kalo lain di mulut lain di hati namanya munafik. Dan kemarin-kemarin aku munafik, aku berpura-pura tidak terbawa perasaan; padahal aku terbawa perasaan." Sakura diam menatap Sasuke, perkataan Pria itu terkesan sangat bijak. Sakura menyukainya.

"Aku..."

Sasuke terlihat murung. "Aku tahu ini nggak mudah buat kamu, mengikhlaskan Daisuke itu nggak gampang. Aku nggak masalah kok jadi prioritas kedua," ujar Sasuke dengan senyum tipis.

"Bukan itu masalahnya Sas, bagi aku ikhlas itu nggak ada; yang ada hanya menyesuaikan diri dengan keadaan atau kenyataan. Dan itu semua butuh waktu, kamu rela buang waktu kamu demi Wanita seperti aku?" Emerald Sakura menelisik Onyx Sasuke.

"Aku rela, kalo nggak, aku nggak akan nyusul kamu. Buktinya sekarang aku ada di sini kan? Mari kita mulai kisah kita yang sempat tertunda, kamu mau kan?" Tanya Sasuke sambil harap-harap cemas.

Sakura yang sejak tadi berada dipangkuan Sasuke, mulai mencari posisi ternyaman. Merasa sudah pas, Sakura mengalungkan tangannya pada leher Sasuke, ia langsung memeluk Sasuke erat.

"Aku mau." Sasuke tersenyum haru, ia merasa sangat bahagia. Keduanya langsung berpelukan, pelukan penuh kasih sayang.

"Makasi udah jaga Sakura sebelumnya, sekarang gantian aku yang jaga dia. Kamu yang tenang ya di sana, adikku Daisuke."

Sasuke jatuh pada permainannya sendiri, ia menelan ludah sendiri, dan ia memakan umpan yang ia tabur sendiri. Pada akhirnya justru ia terjebak pada permainan cinta yang sudah ia rancang. Tapi Sasuke tidak menyesal, kalau saja waktu itu ia tidak setuju dengan rencana Kakashi; mungkin ia tak akan pernah mendapatkan cinta yang saat ini ia rasakan.

Begitupun dengan Sakura, memang ia sempat merasa kecewa; ia merasa dipermainkan oleh Sasuke. Tapi itu tak berselang lama. Setelah Sakura pikir-pikir wajar jika Sasuke melakukan hal itu, karena pria itu dimanipulasi, saat itu Sakura juga menjadi tersangka utama. Kakak mana yang membiarkan pembunuh adiknya bahagia?

Setelah memeluk Sakura erat Sasuke beralih mencium Sakura dengan tempo pelan, dengan sedikit agresif Sakura membalas ciuman Sasuke. Keduanya saling menuangkan rasa cinta sekaligus hasrat yang terpendam, pesawat ini serasa milik berdua; yang lain hanya makhluk halus yang gentayangan.














End

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang